37. Cemburu

55 6 0
                                    

2 hari setelah Adin dan Arkan melangsungkan pernikahan, mereka pindah ke rumah yang sudah Arkan siapkan dari jauh hari untuk keluarga kecilnya.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 04.00 WIB. Adin meregangkan tubuhnya lalu melirik ke samping, terlihat ada seorang pria yang sedang tertidur pulas dengan dibaluti selimut menghadap ke arahnya.

Adin cukup terkejut, ia masih malu-malu dan belum terbiasa saat menyadari bahwa dirinya kini adalah seorang istri dan sudah memiliki suami. Apalagi Adin mengingat kejadian semalam yang membuat dirinya sangat malu di depan Arkan.

Adin merubah posisinya menjadi duduk dan menghadap ke arah Arkan. Perempuan bermata sipit itu menepuk-nepuk bahu Arkan mencoba membangunkan.

"Mas, bangun sebentar lagi adzan subuh."

Tak berhasil jika hanya menepuk bahunya, Adin menggoyangkan tubuh Arkan dengan pelan-pelan.

"Mas, bangun... Ayo kita shalat."

"Eughhhh... 5 menit lagi sayang," sahut Arkan dengan suara berat beserta mata yang masih memejam dan tangan yang kini menarik Adin sampai wanita itu kini jatuh dipelukan Arkan.

Adin membulatkan matanya, jantungnya berdegup kencang. Dengan susah payah Adin berusaha melepaskan dekapan Arkan, namun nihil. Arkan memeluk istrinya dengan sangat erat sambil mencium pucuk kepala Adin.

"Mas, ih, ayo bangun!" desis Adin.

Cuppp!

Arkan mencium pipi Adin. "5 menit lagi sayang, tidur lagi bentar."

Tubuh Adin menegang, jantungnya kini sudah tidak bisa terkontrol lagi. Sudut mulutnya pun muncul, Adin baper. Tapi karena sebentar lagi memasuki waktu subuh, Adin tidak bisa tinggal diam meski sejujurnya Adin nyaman dalam posisi seperti itu.

"Sebentar lagi adzan, Mas, ayo bangun. Mau shalat di masjid, kan? Nanti telat gimana?" ujar Adin.

Arkan membuka matanya, ia menatap Adin. "Eh, iya. Mesti mandi wajib dulu, kan, ya? Telat, nih, kayaknya."

Adin duduk dan matanya membelalak, ia merasa malu saat mendengar ucapan Arkan. Meski memang nyatanya seperti itu, tetapi ucapan Arkan terlalu to the point.

"I-iya, harus mandi dulu, kan, kita punya hadas besar," ujar Adin tanpa sadar mengucapkan kalimat itu.

Arkan terkekeh lalu duduk menyerupai posisi Adin. Pria itu menatap Adin dengan lekat membuat Adin tersipu malu, wajahnya berubah menjadi seperti udang rebus.

"Saya gak akan dapet morning kiss, nih?" goda Arkan.

Adin dengan sigap menggeleng. "Nggak!"

"Yahhhh, kenapa?" rengek Arkan.

"Mandi dulu, Mas, terus kita shalat," ujar Adin.

"Morning kiss duluuuuu," rengek Arkan lagi.

"Udah shalat yaaaaa??? Sekarang mandi dulu, ih, bau keringet kamu," jujur Adin.

Arkan mencium aroma sekitar tubuhnya. "Masa, sih? Ya mungkin bekas semalem kali."

"Mas! Udah, ah, aku duluan aja yang mandi!" resah Adin dipenuhi rasa malu dan langsung turun dari ranjangnya, mengikat rambutnya yang tergerai.

Arkan tertawa kecil melihat sang istri salah tingkah karena ulahnya. Arkan suka jika sudah menggoda Adin sampai wanita itu salah tingkah dan pipinya kemerahan karena malu, menurut Arkan itu adalah salah satu keromantisan dalam hubungannya dengan Adin.

"Mandi nya bareng aja sayang," pekik Arkan sambil terkekeh.

"MAUNYAAAA!" teriak Adin dari arah pintu kamar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang