35. Akad Pernikahan

44 6 0
                                    

Suasana masjid Baiturrahman kini terasa begitu khidmat. Terlihat banyak tamu undangan serta anggota keluarga yang berkumpul untuk menyaksikan ijab qobul yang akan diucapkan oleh Arkan. Lelaki tampan itu akan segera melepas masa lajangnya.

Arkan diliputi perasaan gugup dan sangat tegang, matanya melirik orang-orang yang memusatkan tatap ke arahnya. Namun di samping itu, Arkan tak berhenti meminta kepada Sang Maha Kuasa untuk dilancarkan lisannya saat mengucap ijab qobul nanti.

Dengan tegas dan gagah Ammar selaku ayahanda dari Adin menjabat tangan lelaki yang akan meminang anaknya. Ammar sudah mempercayakan anak gadisnya untuk dititipkan kepada Arkan, dan sebentar lagi anak gadis satu-satunya itu bukanlah tanggung jawabnya lagi melainkan akan menjadi tanggung jawab  Arkan sebagai suaminya.

Dengan rasa bahagia sekaligus sedih dan haru Ammar perlahan menghela nafas lalu berkata, "Arkananta Muhammad Ghazali, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya Adinda Tsabina Maysara dengan mas kawin logam mulia seberat 28 gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Adinda Tsabina Maysara binti Ammar Faaz Abdullah dengan mas kawin tersebut tunai," ujar Arkan lancar dengan satu tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu.

"SAAAAHHH!!!!" jawab semua orang serentak dengan semangat beserta tangis bahagia.

Arkan mengusap wajahnya seraya mengucap Alhamdulillah. Ia sekarang adalah seorang suami, tanggung jawabnya saat ini sangat lah tinggi. Ia harus menjaga seorang wanita yang sejak kecil ditatap, diusap, diberi kasih sayang penuh oleh kedua orangtuanya.

Tak lama kemudian, Adin keluar dengan balutan busana pernikahan muslimah yang sederhana. Gadis itu terlihat sangat anggun, meskipun sederhana namun terlihat istimewa dimata Arkan.

Lelaki yang kini sudah berubah status menjadi seorang suami itu menatap lekat sang istri yang sedang berjalan menghampirinya, kedua tangannya digandeng oleh Dira dan Syahla — saudara Adin.

Setelah keduanya dipertemukan, Arkan dipersilahkan untuk memegang ubun-ubun sang istri sambil membacakan do'a. Dengan malu-malu Arkan mulai memegang ubun-ubun Adin dan gadis itu memejamkan matanya.

"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."

( Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya. )

Setelah itu Adin dipersilahkan untuk mencium tangan sang suami, lalu Arkan mencium kening Adin meski masih dipenuhi rasa malu-malu.

Para tamu disana ikut merasakan kebahagiaan yang kedua mempelai rasakan. Pernikahan yang awalnya disadari atas perjodohan menjadi pernikahan yang disadari dengan rasa cinta yang tulus dari kedua mempelai.

Arkan dan Adin mulai menandatangani buku nikah lalu berlanjut ke acara sungkeman yang membuat semua berderai air mata. Kemudian dilanjutkan dengan acara-acara lainnya, termasuk sesi foto bersama. 

Setelah prosesi ijab qobul, malamnya Arkan dan Adin menggelar resepsi di sebuah gedung hotel. Pesta yang bisa dikatakan mewah ini menghadirkan banyak tamu undangan. Mulai dari kerabat, tetangga, hingga kolega-kolega bisnis kedua mempelai.

"Huwwee sedih banget ditinggal kawin." Dira merengek sambil memeluk Adin yang juga balas memeluknya. Sedangkan Arkan yang berada di samping Adin hanya bisa terkekeh melihat interaksi dua gadis tersebut.

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang