25. Pacaran?

21 6 0
                                    

Minggu sore ini Adin sedang berjalan disekitar komplek habis belanja sesuatu karena perintah Yasmin. Sebelumnya, saat Adin berangkat ke warung Adin melihat Yudhit melewati rumahnya sambil membonceng wanita yang memeluk Yudhit dengan erat.

Seketika Adin beristighfar, memingat bahwa hal itu adalah zina. Dan Adin ingat ia pernah melakukan hal itu. Astaghfirullahaladzim, Adin tidak mau lagi melakukan itu kalau belum halal.

Ternyata, saat Adin sedang berada di jalan pulang ia bertemu lagi dengan Yudhit. Dan masalahnya laki-laki itu malah memberhentikan motornya tepat disamping Adin.

"Eh, Adin. Assalamu'alaikum cantik!" ujar Yudhit mengucap salam.

Adin menunduk risih sambil didalam hatinya misuh. Sungguh pertemuan dengan Yudhit bukan hal yang ia inginkan lagi. Adin sadar rasa cintanya kepada Yudhit kini telah memudar, bahkan rasanya biasa saja saat melihat Yudhit bermesraan dengan perempuan lain seperti halnya tadi.

"Waalaikumussalam," jawab Adin jutek sambil memegang minuman yang ia beli barusan.

Seperti biasa, jiwa jiwa keplayboy-an Yudhit belum juga sirna. Lelaki itu menggoda Adin dengan berbagai gombalan lagi. Padahal lelaki itu tahu Adin sudah hijrah dan tertutup tapi masiiihhhh sajaaa.

"Abis darimana? Kok sendirian aja?" tanya Yudhit.

"Ya terus harus banyakan gitu? Harus satu RT? Apa perlu satu RW?" tanya Adin tak santai.

Yudhit terkekeh. "Ya gak gitu juga cantik, maksudnya kenapa gak ditemenin aja sama aku?"

Adin mengernyitkan dahinya, risih.

"Apaan, sih, Kak? Kalo gak ada hal penting yang mau diobrolin Adin pamit ya?"

Tangan Adin langsung dipegang oleh Yudhit dengan segara Adin menepis tangan Yudhit dan beristighfar. Dia begitu takut dan rasanya ingin langsung berlari dan melakukan shalat dan mandi taubat lagi.

"Tunggu dulu.... Aku kangen tau sama kamu. Udah lama gak ngobrol kita, kamu gak kangen gitu sama aku?"

Adin tertawa miris. "Haduh haduh dasar buaya darat, buat apa aku kangen sama Kak Yudhit? Lagian Kakak juga udah dapet yang baru."

Yudhit langsung menyela. "Yang baru? Siapa? Orang aku masih stuck di kamu."

Adin tertawa sarkas. "Hahaha! Aduh, Kak, stop deh Kakak kapan tobat, sih? Udah mau akhir akhir zaman loh, Kak!"

Tiba tiba... Ada Bombom yang sedang bermain kejar-kejaran bersama Naufal.

"INDAHNYA PEMANDANGAN BANYAK LONTE-LONTE!" pekik Bombom.

"BOMBON BERISIK SINI KAMU!" teriak Naufal mengejar Bombom.

Akhirnya, tidak sengaja Bombom menabrak Adin sampai-sampai minuman yang Adin beli tumpah mengenai baju Bombom padahal Bombom sudah siap mau mengaji.

Adin kaget. "Astaghfirullahaladzim! Bombom?"

Bombom ikut kaget melihat baju koko nya yang basah.

"Yaahhhhh baju aku! Kak Adin mah jadi basah, ih!"

Adin mengernyitkan dahi. "Loh kok nyalahin Kak Adin? Makanya kamu jangan lari larian, mau ngaji ya? Yaudah Kak Adin minta maaf, deh."

"Jangan minta maaf, Kak! Emang salah si Bombom sendiri, kesel banget masa teriak-teriak ngomong yang gak bagus!" adu Naufal.

"Emang Bombom teriak ngomong apa?" tanya Adin dengan sopan.

Yudhit didalam diam memuji Adin dengan mengucap MasyaAllah.

"Masa Kak Adin gak denger?" Mendengar pertanyaan Naufal Adin menggeleng. "Nggak, emang apa, sih?"

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang