"Din, liat tugas geografi dong," pinta Dira sambil mencolek pinggang sahabatnya, membuat Adin yang terkejut langsung menggeliat menjauh.
"Dih, genit banget. Gak usah colek-colek kek gitu, geli anjrot!" protesnya kesal. Kendati demikian, Adin tetap mengeluarkan buku tugas geografi miliknya, membiarkan tugas yang semalaman suntuk dia kerjakan disalin cuma-cuma oleh Dira.
"Sorry, and thanks." Adin hanya balas bergumam tak jelas, dia sedang sibuk membaca novel yang baru dia beli beberapa hari yang lalu.
Dira juga tampak tak peduli, gadis itu langsung saja menyalin tugas Adin dengan telinga yang disumbat earpod dengan lagu-lagu berlirik bahasa Inggris kesukaannya.
"I just want you on top of me, if you just take off your clothes i'll be the best you never know." Dira mengikuti lirik lagu yang dia dengar sambil mengangguk-anggukan kepalanya mengikuti irama.
Mendengar lirik lagu tak senonoh yang di nyanyikan sahabatnya, Adin hanya bisa menggelengkan kepala. Entah sudah berapa puluh kali dia mengingatkan Dira untuk berhenti mendengarkan dan menghafal lirik-lirik lagu dengan arti tak pantas seperti itu. Namun Dira selalu saja berkilah, dan tetap melakukan hal tersebut.
Jika ditelisik lebih jauh, Adin dan Dira itu merupakan dua gadis cerdas yang berprestasi. Buktinya saja mereka selalu bisa mendapatkan peringkat ke-dua dan ke-tiga di setiap semester.
Namun tentu saja mereka memiliki cara belajar yang berbeda. Adin si tekun yang selalu merasa cemas saat tugas-tugas sekolahnya belum dikerjakan, lalu Dira yang selalu malas mengerjakan tugas di rumah dan memilih untuk menyalin tugas-tugas milik Adin saja.
Meski demikian, Adin tak pernah marah walaupun beberapa kali dia mendapatkan peringkat di bawah Dira. Ia tahu sahabatnya itu memang cerdas, hanya saja malas karena selalu dipaksa belajar.
Tak lama kemudian, Dira dengan semangat menarik novel yang sedang dibaca oleh Adin, melemparnya ke atas meja hingga menimbulkan suara nyaring.
"DIN! GUE LUPA BELUM CERITA!"
Adin menutup kedua telinganya, takut telinganya bermasalah karena mendengar teriakan Dira yang kerasnya menyamai speaker tukang tahu bulat.
"Gak usah teriak-teriak, gue gak budek, anjir!" protesnya kesal.
"Bodo amat, pokoknya lo harus tau. Kemaren pas pulang dari rumah lo, gue papasan sama bebeb Jordan! Ganteng banget gila! Auranya, tuh, hot daddy banget!"
"Astaghfirullah, istighfar lo, Ra!" ujar Adin sambil mengusap wajah Dira seraya mengucap istighfar. Hal itu sontak saja membuat Dira merengek kesal karena pucuk kerudungnya lepek.
"Ihh, rusak pucuk gue, Din!" protesnya sambil membetulkan kerudungnya. Adin terkekeh, gadis itu menjulurkan tangannya untuk membantu Dira memperbaiki kerudung.
Jordan adalah seorang laki-laki dewasa yang berusia sekitar dua puluh lima tahunan. Laki-laki dengan tubuh tegap, wajah tampan nan tegas juga memiliki tutur kata yang ramah membuat Dira diam-diam mengagumi sosok itu sejak lama. Sudah sekitar dua tahun ini Dira terus-terusan berusaha mengambil perhatian Jordan.
Namun selama itu juga Adin selalu mengingatkan sahabatnya untuk tidak terlalu berlebihan, mengingat agama mereka berbeda. Belum lagi usia mereka yang terpaut cukup jauh, Adin hanya tak mau Dira akan merasakan sakit yang luar biasa suatu hari nanti.
"Anindira Yazia Alkhanza, gue udah sering banget bilang ini sama lo. Lo jangan terlalu berharap atau bahkan berusaha buat deketin Kak Jordan." Nasihat Adin sambil mengelus pipi Dira yang chubby.
"Lo kenapa, sih, gak suka banget gue deketin Kak Jordan? Lo suka sama dia?"
Adin membulatkan matanya. "Dih, amit-amit gue suka sama om-om."
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
Teen Fiction(n.) beautiful thinking ; a well mind. Seperti makna dari kata 'eunoia' yang bermakna niat baik. Pertemuan tak sengaja mengundang perasaan. Menumbuhkan niat baik dari dua pemuda paham agama yang atas dasar ingin membimbing wanita yang mereka temui...