26. Menantu Pilihan

30 6 0
                                    

Adin berlari sekuat tenaga, gadis itu mengerahkan segala kemampuannya dalam melangkahkan kaki untuk bisa segera sampai rumah, sampai kamar lebih tepatnya. Rencananya Adin ingin berlari tanpa henti sampai kamar, namun apa daya tenaganya sudah sampai limitnya begitu dia menginjakkan kaki di ruang tamu.

Dengan dada yang naik turun, Adin mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Lemas sekali rasanya, bahkan tubuhnya pun sudah bersender sepenuhnya pada daun pintu.

"Hah... Hah... Hah... Capek banget Ya Allah." Desahnya sambil terus mengatur nafas.

Tak lama, Adin mendengar suara langkah kaki tergesa mendekat. Siapa lagi jika bukan Yasmin, ibu satu orang anak itu nampak panik melihat keadaan putrinya.

"Eh kamu kenapa?" Tanya Yasmin sambil mengelus punggung Adin. Namun si empunya punggung tak memberikan respon, dia masih sibuk mengatur nafas.

"Adinda! Kenapa?!!!" Lagi Yasmin bertanya. Tapi syukurlah, kali ini Adin memberikan respon. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Masa disuruh beli garem sampe ngos-ngosan gini? Kamu bengek Din?" Todong Yasmin sambil membantu putrinya untuk berjalan menuju sofa. Setidaknya benda empuk itu lebih nyaman dipakai senderan dari pada daun pintu.

"NAUZUBILLAH MIN DZALIK, MAMA!" Pekik Adin tak terima. Memangnya siapa sih yang mau dikatai bengek, mana sama Mama sendiri.

Yasmin berdecak, "ya terus kenapa? Mabok garem kamu?"

"Ya Allah Ma ngaco, deh, sore-sore. Udah ah Adin mau ke kamar, capek. Nih garemnya" Sela Adin seraya beranjak dari sofa. Dia meninggalkan sang Mama yang masih kebingungan sambil memandangi garam.

Adin mencoba menahan langkahnya. Dia tak mau terlihat aneh di depan Mamanya, walaupun otot-otot dalam tubuhnya sudah tak tahan ingin berjingkrak. Sampai di kamar, Adin segera menutup pintu, tak lupa menguncinya. Maka dengan sekali hentakan, tubuhnya melompat-lompat kegirangan.

"YA ALLAH, DOSA GAK SIH AKU BARUSAN NGOBROL SAMA ARKAN SAMPAI DAGDIGDUG SERRR."

"KENAPA GANTENG BANGET SIH CALON IMAM?"

"ASTAGHFIRULLAH, SADAR ADIN DOSA!"  Gadis itu memukul pelan kepalanya beberapa kali. Menghakimi diri sendiri yang berlebihan.

Adin berteriak tanpa suara. Gadis itu terlihat hanya menggerak-gerakkan mulutnya dengan semangat, tapi tak ada suara yang keluar.

Bukannya tak mau berteriak lepas, tapi Adin tak mau Mamanya semakin curiga. Sudah cukup dia dikatai bengek, jangan sampai dikatai gila.


– – –


Saat ini Dira beserta Anita sedang bersantai di ruang keluarga. Keduanya kompak mengenakan daster couple yang merupakan oleh-oleh dari Surya saat menjalani perjalanan dinas ke Bali beberapa waktu yang lalu. Anita duduk di sofa, sedangkan Dira rebahan dengan paha sang Bunda sebagai bantal. Gadis itu sibuk memainkan ponsel, membiarkan Anita menonton tv sendirian.

"Kak kamu udah gak suka sama Jordan?"

Pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan oleh Anita sukses membuat Dira mengernyitkan dahi bingung. "Hah? Gimana Bun?"

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang