Dira menghembuskan nafas berat saat mendengar handphone miliknya bergetar dan memutar lagu milik NCT 127 berjudul Sit Down! Yang itu artinya seseorang sedang menghubunginya melalui panggilan telepon.
Dengan berat hati Dira menghentikan motornya di pinggir jalan, mengambil ponselnya lalu menerima panggilan yang ternyata dari Ayahnya—Surya.
"Assalamualaikum." Dira mengawalinya dengan salam.
"Waalaikumussalam, Kakak di mana? Ayah tadi telpon Pak Budi katanya Kakak belum sampe tempat bimbel."
"Kakak di jalan Yah, ini sengaja minggir dulu pas Ayah telpon."
"Ya sudah, hati-hati di jalan. Jangan berani-berani bolos apalagi bohong sama Ayah! Kakak sendiri tahu konsekuensinya apa!"
Dira lagi-lagi menghela nafas berat, gadis itu sudah sangat bosan mendengar peringatan seperti ini dari Ayahnya. Seolah Dira pernah bolos atau melakukan kenalan lainnya, padahal sebenarnya boro-boro bolos bimbel apalagi sekolah, pergi ke minimarket depan komplek tanpa izin saja Dira sudah keringat dingin.
"Iya Ayah, Kakak paham," jawabnya pelan.
"Belajar yang bener! Ayah masukin kamu bimbel supaya nilai kamu makin bagus." Lagi, Surya kembali mengatakan hal-hal yang lebih dari cukup dimengerti oleh putri sulungnya.
"Iya, Kakak juga ikut bimbel supaya bisa jadi pinter kayak yang Ayah mau," jawab Dira.
"Nah, itu tau. Jangan bikin Ayah kecewa ya, cuma kamu harapan Ayah."
"Iya Ayah, kalo gitu Kakak tutup ya. Takutnya makin lama nyampe tempat bimbelnya."
"Iya, hati-hati. Assalamualaikum."
"Siap Ayah, waalaikumussalam."
Dira menutup sambungan telponnya lalu memasukan ponselnya ke dalam
Kehidupan Dira tidak semudah orang-orang kebanyakan. Gadis itu menanggung beban besar yang belum tentu orang lain sanggup menanggungnya. Terlahir dari keluarga ambisius yang sangat protektif dan banyak menuntut membuat Dira menjadi sosok yang kuat. Dira berhasil menjadi sosok periang untuk menutupi kesedihan serta rasa tertekan yang selalu menghantuinya.
"Loh, ini kenapa?" gumam Dira saat merasa ada yang janggal dengan motornya. Seperti berat dan agak tidak stabil.
"Shit! Why you can't let me arrive safely first?" maki Dira sambil menendang ban motor bagian belakang yang ternyata kempes. Dira bahkan tidak tahu, apakah ban tersebut bocor atau hanya kurang angin. Persetan dengan urusan ban, saat ini Dira hanya perlu sampai di tempat bimbel tepat waktu dan tentunya selamat.
Dengan mood yang memburuk, Dira berniat untuk menghubungi seseorang yang sekiranya bisa membantunya dalam waktu singkat. Karena demi apapun, Dira takut Ayahnya marah jika tahu dia telat masuk kelas.
"Assalamualaikum."
Sedikit terkejut, Dira dengan reflek membalikan tubuhnya menghadap seseorang yang tadi mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam," jawabnya sambil memperhatikan lelaki yang mengenakan hoodie hitam dan celana bahan berwarna serupa.
Raut wajah Dira berubah masam saat menyadari bahwa laki-laki itu merupakan satu dari dua cowok sok suci yang tak sengaja bertemu dengan dirinya dan Adin tempo hari.
"Ngapain lo? mau ngomentarin kerudung gue lagi?!" tanya Dira sewot sambil bertolak pinggang.
"Astaghfirullah, kamu bisa gak kalo bicara sama saya gak usah sambil marah-marah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
Teen Fiction(n.) beautiful thinking ; a well mind. Seperti makna dari kata 'eunoia' yang bermakna niat baik. Pertemuan tak sengaja mengundang perasaan. Menumbuhkan niat baik dari dua pemuda paham agama yang atas dasar ingin membimbing wanita yang mereka temui...