[38. Ada apa?]

5.7K 474 162
                                    

Selamat membaca🌻

---

"Apa lagi yang kamu innginkan, Indro?!" Tanya Brama dengan suaranya yang meninggi.

Indro tersenyum sinis seolah meremehkan ucapan Brama. Brama tersengal-sengal karena merasa emosinya tersulut saat berhadapan dengan Indro.

"Kamu bertanya apa yang aku inginkan, huh?" Tanya Indro diselingi kekehan sinisnya.

Pria itu maju mendekati Brama yang saat ini sedang mati-matian menahan emosinya. Tersenyum miring seolah tidak merasa takut dengan Brama yang sedang dilanda emosi. Pria yang kerutan pada kulitnya sedikit mulai terlihat itu menepuk bahu Brama pelan sebanyak dua kali.

"Tentu aku mau harta, tahta, dan semuanya," lagi-lagi kalimat itu dilontarkan dengan sangat tenang.

"Aku ingin kekayaan dan jabatan." Sambungnya.

Brama berdecih sinis sambil seolah-olah sedang meludah ke samping. "Harta katamu? Apa yang selama ini telah aku beri, masih belum cukup untukmu?"

"Kau pikir dengan harta sedikit seperti itu akan cukup untukku?" Indro menggeleng-gelengkan kepalanya. "Brama, Brama... hartamu itu berlimpah, namun kenapa kau sangat pelit?" Tanya Indro seolah Brama hanya sedikit memberikan hartanya untuk lelaki tidak tahu diri seperti Indro.

"Aku ingin jabatan, aku ingin perusahaanmu!" Tekan Indro.

Brama menggeram tertahan saat mendengar penuturan Indro. Pria seperti tidak ada beban mengatakannya. Dia ingin harta dan tahta tanpa kerja keras. Sedangkan Brama adalah pekerja keras yang sejak dulu mati-matian bekerja agar bisa seperti sekarang ini, walaupun itu ada sedikit campur tangan dari keluarganya yang memang sudah kaya raya.

"Aku sudah memberikanmu banyak uang, barang, dan rumah yang mewah. Lalu untuk apa lagi sekarang? Kau memerasku, sialan!" Maki Brama benar-benar emosi.

"Berani-beraninya mengataiku seperti itu!" Indro tidak terima.

"Tentu saja aku berani!"

Kedua pria dewasa itu saat ini sedang adu argumen di ruangan milik Brama. Tentu saja Indro bisa dengan mudah masuk ke ruangannya. Selain Indro bekerja disatu perusahaan yang sama dengannya, Indro juga telah mendapatkan akses khusus dari Brama atas kehendak pria licik itu sendiri.

"Kau mau main-main denganku, Brama? Apa kau lupa bahwa aku mempunyai bukti tentang perbuatanmu di masa lalu, huh?"

"Aku bisa saja menyebarkan itu semua dan membuatmu dibenci semua orang, termasuk putra yang menjadi kebanggaanmu," Indro tersenyum sinis saat melihat Brama yang terdiam kaku.

Brama itu... bodoh. Pria itu sangat mudah dimanfaatkan oleh Indro sejak beberapa tahun lalu. Indro senang bisa mengetahui rahasia besar Brama, hingga ia dengan mudah memanfaatkan itu untuk kesenangannya.

"Mengapa kau selalu mengancamku?" Tanya Brama setelah beberapa saat terdiam.

"Bukankah kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan? Kau sudah memiliki menantu kaya raya yang sayangnya adalah pria sialan itu." Ujar Brama dengan datar.

Indro mengedikkan bahunya acuh, "aku hanya memanfaat apa yang bisa aku manfaatkan." Ujar Indro tenang lalu keluar dari ruangan Brama.

Brama menggeram kesal. Ia marah. Marah pada Indro, marah pada Andrew, dan... marah pada dirinya sendiri.

Kalau saja dulu semuanya berjalan dengan mulus dan tanpa diketahui Indro. Pasti Andrew, lelaki sialan itu lenyap dari dunia ini. Sedangkan Brama? Tentu saja ia akan hidup bahagia bersama Ella, wanita yang sangat ia cintai.

Ayo Nikah Om!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang