I remember the day
Even wrote down the date, that I fell for you
And now it's crossed out in red
But I still can't forget if I wanted too
Helaan nafas panjang terdengar entah sudah keberapa kalinya dari Jonatan, satu-satunya orang yang berada di ruangan itu. Seorang CEO muda yang sedang menjadi perhatian semenjak dia memulai karirnya di dunia bisnis. Memang bisnis yang dia jalani pada awal karirnya adalah milik sang ayah, tetapi semenjak dirinya mengambil alih perusahaan sang ayah semuanya mulai berubah.
Bisnis sang ayah yang semula hanya di bidang perhotelan, kini semakin mantap melebarkan sayapnya ke beberapa industri lain seperti pariwisata, kuliner dan yang paling terbaru di bidang modeling. Jonatan baru saja secara resmi mendirikan sebuah agensi model enam bulan yang lalu tetapi seluruh model yang berada di bawah naungan agensinya sudah mampu bersaing dengan para model lain dari agensi-agensi besar lainnya.
Hal ini lah yang membuat dirinya mendapati julukan 'Jonatan si tangan dingin' dari berbagai media, baik itu media lokal maupun media asing. Sepak terjang Jonatan di dunia bisnis selama lima tahun terakhir sudah menjadi perhatian dari banyak pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri. Banyak pengusaha yang berlomba-lomba untuk menjadi rekan bisnis dari si pengusaha muda tersebut.
Tetapi tidak ada yang mengetahui, kalau kisah cintanya tidaklah berjalan lancar seperti karirnya. Tidak ada yang mengetahui siapa sosok di belakang layar yang menjadi penyemangat Jonatan dalam mengejar karirnya ini. Sudah berbagai macam usaha media mencari tahu akan hal ini tetapi sampai sekarang mereka juga belum mengetahui siapa sosok yang selalu Jonatan katakan sebagai sumber inspirasinya.
Tidak hanya Jonatan yang menolak memberitahunya, tetapi seluruh keluarga serta sahabat dekatnya Marcus dan Fajar yang sama-sama dikenal sebagai pengusaha pun menolak untuk memberitahukannya kepada media. Jonatan benar-benar menutupi sosok itu dari media. Baginya, biarkan masyarakat umum mengetahui secara detail bagaimana perjalanan dia dalam menjalankan bisnisnya dari pada harus memberikan informasi tentang sosok inspirasinya ini.
Jonatan kembali menghela nafasnya ketika dia tidak bisa berkonsentrasi dengan berkas-berkas yang ada di hadapannya. Ini sudah lebih dari dua jam dia berkutat dengan dokumen itu tetapi sampai sekarang dia juga belum bisa memutuskan untuk melanjutkan kerja sama atau tidak dengan salah perusahaan terbesar di bidang pariwisata.
Padahal Jonatan hanya tinggal melihat bagaimana keuntungan perusahaannya yang meningkat cukup signifikan setelah bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Tetapi lihatlah sekarang, dia benar-benar harus memutar otaknya dengan keras hanya untuk menandatangani proposal perpanjangan kontrak keduanya di program kerja yang sama.
Jonatan membanting tubuhnya dengan kasar pada sandaran bangku, menutup matanya sembari memijat pangkal hidungnya berharap rasa penat di kepalanya bisa berkurang. Menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, berusaha mencari ketenangan yang dia butuhkan untuk kembali fokus pada pekerjaannya.
Tetapi sekali lagi, Jonatan tidak bisa. Ada hal lain yang selalu mengusik pikirannya sejak tadi, sejak dirinya membuka mata di pagi hari. Hal yang selalu mampu merusak hari Jonatan selama lima tahun terakhir.
Jonatan menatap kalender di mejanya, dimana terdapat sebuah tanggal yang dahulunya selalu ditandai dengan bentuk hati kini berubah dengan sebuah coretan tinta merah. Jonatan tidak mau membenci hari itu tetapi dia tidak bisa untuk tidak membenci hari itu, hari dimana dirinya harus merasakan jatuh dan kehilangan di tanggal yang sama.