Oh I know
That I am not the main in your show
No matter how much that I have tried
I could never change your mind
Anthony tersedak saat ia sedang meminum kopi di meja makan dan mendengar suara bantingan pintu yang sangat keras. Anthony mengelap mulutnya dengan menggunakan tisu dan bersiap untuk mendengar umpatan dari seseorang yang baru saja memasuki apartemen itu dengan membanting pintu. Anthony menarik nafas dalam, menenangkan dirinya agar tidak terpancing dengan apa pun yang akan dikatakan oleh orang itu.
"Lo itu bener-bener bego ya Nik!" Anthony memejamkan matanya begitu mendengar kalimat itu dari seorang pria yang sudah berada tepat di depannya, di seberang meja makan.
"Ada apa sih Jar?" tanya Anthony dengan sabar.
"Lo masih nanya ada apa Nik? Gila lo ya!" omel Fajar, pelaku yang menutup pintu dengan sangat kasar tadi.
"Ya iyalah gue nanya ada apa, lo dateng-dateng udah marah-marah aja. Itu pintu di depan kasihan tahu lo banting begitu. Kalo rusak gimana? Kita juga kan yang keluar duit." Kata Anthony dengan sabar. Anthony kembali meminum kopinya dan mengamati raut wajah dari Fajar yang sepertinya benar-benar sedang dalam puncak emosinya. 'Gue harus sabar.' Batin Anthony mengendalikan dirinya.
"Sumpah deh Nik. Elo itu emang engga punya otak! Bego banget jadi orang." Fajar kembali memarahi Anthony yang hanya ditanggapi seadanya oleh Anthony. Anthony sudah terbiasa dengan kebiasaan Fajar ini, membiarkan pria itu melepaskan semua umpatannya baru setelah itu mengajaknya untuk berbicara.
"Gue bener-bener engga nyangka kalo mahasiswa dengan IPK nyaris sempurna kaya lo itu ternyata engga lebih dari seorang manusia yang bego banget." Anthony tersenyum mengejek.
"Tadi katanya gue engga punya otak terus gimana ceritanya gue bisa punya IPK bagus kalo gue engga punya otak Jar?" ledek Anthony. Fajar menatap Anthony kesal, Anthony selalu tahu bagaimana cara meredakan emosinya dengan membalikkan semua kata-kata yang dia lontarkan. Seperti sekarang ini, Fajar tidak berkutik. Fajar memilih untuk duduk dihadapan Anthony dan membuat Anthony tersenyum senang.
"Lo bego pokoknya." Kata Fajar menatap sengit Anthony yang beranjak dari kursinya.
"Iya Jar, gue bego. Lo mau minum apa? Kopi atau jus?" tanya Anthony berjalan ke arah kulkas untuk melihat persediaan jus di dalamnya.
"Jus aja. Gue butuh yang dingin-dingin gara-gara orang idiot kaya lo."
"Iya gue idiot. Mau jus apaan? Stok jus di kulkas lagi banyak nih. Tapi lo biasanya minum yang rasa jeruk kan? Jeruk aja ya?" kata Anthony mengeluarkan kotak jus rasa jeruk dari dalam kulkas lalu menuangkannya pada gelas yang sudah dia siapkan tadi sebelum membuka kulkas.
"Engga usah nanya kalo lo tahu jawabannya. Bego!"
"Iya, iya gue bego. Nih minum dulu, biar dingin itu otak." Kata Anthony masih dengan sabarnya dengan menaruh segelas jus tadi ke depan Fajar dan dia kembali meminum kopinya yang tersisa sedikit di gelas.
"Hm, makasih." Jawab Fajar meminum jus itu hingga habis. Anthony menatap takjub kepada sahabatnya itu yang mampu menghabiskan jus itu dalam satu tegukan. 'Haus apa gimana nih orang?' batin Anthony. Dia menyodorkan kotak jus tadi ke dekat Fajar.
"Nih kalo masih kurang." Fajar menggeleng, dia menghembuskan nafasnya kasar dan menatap lekat kepada pria di depannya ini.
"Berita yang gue denger dari anak-anak bener Nik?" tanya Fajar langsung pada intinya. Anthony mengangkat sebelah alisnya, memberi kode bahwa dia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Fajar. "Itu loh berita kalo lo sama Jojo mau tunangan." Jawab Fajar. Anthony tersenyum kecut.