I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, prince, now when did
You last let your heart decide?
I can open your eyes
Take you wonder by wonder
"Lo ngapain di sini sendirian Nik?" Tanya Fajar ketika mendapati sahabat manisnya duduk di sebuah bangku tepat di bawah sebuah pohon besar. Anthony menoleh singkat ke arah Fajar dan menggeleng.
"Ditemenin sama dedemit penunggu pohon ini aja lo baru tahu rasa." Celetuk Fajar lagi karena kesal tidak mendapat respon apa pun dari Anthony.
"Nih gue udah ditemenin sama salah satunya." Sahut Anthony. Fajar terdiam, mencerna kalimat yang baru saja dikeluarkan oleh Anthony. "Dasar lambat." Sindir Anthony ketika melihat perubahan raut wajah dari sahabatnya itu.
"Wah sial lo bilang gue dedemit. Ganteng-ganteng begini masa dibilang dedemit sih." Protes Fajar tidak terima.
"Lo kebanyakan ngaca di air butek kayanya Jar sampe nggak bisa bedain mana ganteng mana buluk." Fajar menatap sinis kepada Anthony. Fajar benar-benar heran kenapa sahabat manisnya ini bisa punya mulut pedas seperti itu hanya kepadanya. Catat, hanya kepada Fajar saja.
"Sumpah ya Nik, gue bener-bener nyesel tahu ngga waktu awal kuliah nyamperin elo dan tetep sahabatan sampe sekarang padahal kalimat dari mulut lo itu sadis banget."
"Tambahin bagian elo yang sempet naksir gue juga dong Jar." Fajar memukul pelan lengan Anthony, sedangkan Anthony hanya tertawa saja.
"Itu cerita lama loh Nik, jangan diungkit-ungkit terus kenapa. Malu tahu." Fajar mengerucutkan bibirnya kesal.
"Malu gara-gara gue tolaknya pas banget di depan anak-anak ya?" Tawa Anthony kembali meledak saat mengingat bagaimana Fajar dengan tidak tahu malunya mengutarakan perasaannya kepada Anthony saat Anthony sedang mengerjakan tugas bersama dengan teman satu kelompoknya di kantin kampus mereka.
Yang membuat Fajar semakin malu adalah semua orang yang ada di kantin, entah mengapa memperhatikan ke arahnya dan menunggu jawaban dari Anthony yang masih berusaha mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Dan parahnya lagi, semua orang di sana bertindak kalau itu seperti sebuah lamaran karena mereka meminta Anthony untuk menerima Fajar.
"Ih sumpah ya Nik, itu bikin gue malu banget. Lo tega banget lagi nolak gue. Jahat kamu Nik." Fajar menjawab dengan mengeluarkan ekspresi yang membuat Anthony mengernyit jijik.
"Jijik Jar." Anthony memukul lengan Fajar agar dia menghentikan ekspresi yang dikeluarkannya itu.
"Ya elo bikin malu aja, pake acara nolak gue."
"Hey Bapak Fajar Alfian yang tidak terhormat karena belum lulus kuliah, kalo boleh saya mengingatkan kita itu baru kenal dua minggu ya dan elo tiba-tiba nembak gue? Pasti gue tolak lah."
"Tapi kan bisa Nik terima gue dulu kek baru habis itu putusin gue juga ngga apa-apa. Seengganya gue kan engga malu begitu." Fajar masih menyimpan sedikit rasa kesal terhadap sahabatnya itu.
"Terus besokkannya gue putusin lo di depan anak-anak lagi ya?" Goda Anthony. Fajar semakin merajuk dengan candaan Anthony.
"Onik jahat, udah engga sayang lagi sama Fajar."
"Emangnya kapan gue sayang sama lo?" Sindir Anthony, Fajar hanya bisa pasrah menerima semua perkataan 'manis' dari sahabat manisnya itu.
"Lo kenapa Nik? Ada masalah?" Tanya Fajar yang paham kalau Anthony sedang 'kumat' seperti ini pasti ada sesuatu yang mengganggunya. Anthony menggeleng dan Fajar mengangguk, dia tidak akan memaksa Anthony karena dia tahu cepat atau lambat Anthony pasti akan menceritakan masalahnya kepada dirinya.