Warning dan WAJIB BANGET DI BACA : kali ini aku harus banget kasih peringatan kalau part ini tuh panjang banget dan aku sengaja engga membagi dua part ini. Jadi persiapkan diri kalian dengan kebosanan yang terjadi di sepanjang part ini.
Sekedar memberitahu, seperti judulnya kalau ini lanjutan dari part Fake Protagonist, seperti yang kalian minta. Cuman, aku mau kasih tahu kalau kalian berharap Anthony membalas Jonatan, mohon maaf banget kalian engga akan menemukan itu di sini. Seperti yang udah aku bilang, Anthony itu anak baik (anak baik banget buat aku pokoknya) jadi aku engga mungkin membuat dia untuk membalas perbuatan Jonatan.
So, kalau merasa ini engga sesuai dengan yang kalian harapkan, kalian bisa memutuskan untuk melewatkan part ini dan menganggap kalau part Fake Protagonist selesai di part 2.
Terima kasih sebelumnya dan selamat menikmati part ini.
Pagi mengetuk mata
Menamatkan sang mimpi
Dan satu malaikat
Dia tertinggal di sini
"Ony!" Jonatan membuka matanya dan menatap ke sekelilingnya. Tidak ada Anthony di sana, dia memejamkan matanya kembali dan mengusap wajahnya kasar. Jonatan kembali bermimpi tentang Anthony, pria manis yang sudah menghilang dari hidupnya selama bertahun-tahun. Pria manis yang tanpa sadar sudah pergi membawa separuh hatinya.
"Udah bangun Jo?" tanya Mia saat dia baru saja masuk ke dalam kamar dan menemukan Jonatan sudah terduduk di kasurnya. Jonatan menatap sekilas kepada Mia lalu mengangguk. "Itu muka kenapa? Masih pagi udah engga enak banget dilihat." Ledek Mia.
"Mimpi buruk." Mia menaikkan sebelah alisnya.
"Sejak kapan Anthony jadi mimpi buruk kamu? Bukannya selama ini Anthony selalu jadi pemeran utama di setiap mimpi kamu?" Jonatan mengusap wajahnya kasar. Mia selalu sukses merusak paginya setiap kali dirinya terbangun karena memimpikan Anthony.
"Berisik. Kamu ngapain sih pagi-pagi udah di sini?" Mia menatap jengah kepada Jonatan lalu mendengus karena selalu mendengar pertanyaan yang sama setiap paginya jika dirinya membangunkan Jonatan.
"Halo Jonatan Christie, Anda sepertinya lupa kalau ini tuh apartemen saya bukan apartemen kamu." Sindir Mia, Jonatan terdiam. "Semalem kamu yang dateng ke sini dan minta dibangunin pagi karena hari ini ada ketemu klien katanya. Terus sekarang malah marah-marah udah dibangunin." Jonatan terdiam, dia menoleh ke sekelilingnya dan meyakinkan dirinya kalau itu memang kamarnya hanya saja di apartemen Mia bukan di apartemennya.
"Udah inget? Jadi lebih baik sekarang kamu mandi, terus sarapan baru berangkat ketemu klien. Aku ngga mau ya kena marah Ihsan lagi karena kamu telat." Kata Mia lagi menyadarkan Jonatan dari lamunannya.
"Iya bawel." Jawab Jonatan dan Mia melangkah keluar dari sana. Jonatan merebahkan kembali dirinya dan menatap langit-langit kamar, mencoba membawa kenangan lamanya saat Anthony masih ada di sisinya. Jonatan masih ingat, bagaimana pagi harinya dulu akan terasa begitu menyenangkan karena akan selalu ada Anthony di setiap paginya.
Dia meraih ponsel miliknya yang berada di atas nakas dan memandangi foto Anthony yang menjadi wallpaper ponselnya sejak tujuh tahun yang lalu. Jonatan mengusap wajah Anthony dengan jari telunjuknya dan tersenyum sedih.
"Kamu dimana Ny? Aku kangen." Lirihnya. Jonatan membuang nafasnya kasar ketika melihat jam yang ada di layar ponselnya dan beranjak dari tidurnya untuk segera membersihkan dirinya. Dia tidak mau kembali mendapat ceramah dari Mia jika melihat dirinya masih belum beranjak dari tempat tidur.
