Terdengar lirih bisikanmu
Di antara bayang-bayangmu
Terucap kata cinta yang dulu tersimpan
Dan tak mau pergi
Jonatan menatap kosong ke arah televisi yang sedang menayangkan acara favoritnya, biasanya dia akan menikmati acara itu dan tertawa lepas jika salah satu dari pembawa acaranya memberikan lelucon. Tapi tidak untuk kali ini, Jonatan tidak bisa menikmati acara itu ada hal yang mengganggu pikirannya. Dia melirik ke arah jam dinding yang ada tepat di atas televisi, menatap ke arah ponselnya dan menghela nafasnya lelah.
Sudah hampir tengah malam, tetapi masih belum ada kabar dari orang yang ditunggunya. Jonatan kembali mengecek ponselnya, memastikan jika orang yang dia tunggu kabarnya menerima pesan darinya. Tetapi nihil, sama sekali tidak ada jawaban. Jangankan jawaban, pesan itu saja tidak sampai kepada penerimanya sejak dua jam yang lalu. Jonatan sudah mencoba menghubungi orang itu tetapi hanya suara operator yang menjawab panggilannya.
Jonatan khawatir, dia ingin mencari orang itu tetapi ia tidak tahu harus mencari kemana. Karena pesan yang Jonatan terima dari sahabatnya yang kebetulan berada satu tempat kerja dengan orang itu mengatakan kalau orang itu sudah meninggalkan tempat kerjanya sejak pukul delapan malam. Dan sekarang sudah lewat jam sebelas malam, orang itu masih belum menampakkan dirinya.
Sungguh, Jonatan sangat tidak suka berada dalam situasi seperti ini, dimana dia tidak menghubungi seseorang dan tidak tahu harus mencari kemana keberadaannya. Jonatan sangat tidak suka dengan situasinya sekarang. Jonatan ingin kembali mencoba menghubungi orang itu, berharap kalau kali ini bukan suara operator yang didengarnya tetapi suara orang yang sangat dia rindukan.
Baru saja Jonatan hendak menghubungi orang itu, terdengar suara pintu yang terbuka dan menampilkan sosok yang sejak tadi dikhawatirkan olehnya. Jonatan menatap ke arah sosok itu, mengamati bagaimana berantakannya penampilan orang itu dan wajahnya terlihat sangat lelah. Jonatan berdiri dan menghampiri orang itu yang sepertinya masih belum menyadari kehadiran Jonatan di sana. Benar saja, begitu orang itu berbalik dia terkejut menemukan Jonatan sudah berdiri di hadapannya.
"Belum tidur Jo?" tanyanya dengan suara pelan setelah berhasil menyembunyikan keterkejutannya. Jonatan menggeleng.
"Kalo aku udah tidur engga mungkin kan aku ada di sini sekarang nungguin kamu." Jawab Jonatan menampilkan senyumnya. Orang itu ikut tersenyum dan mengangguk. "Kenapa baru pulang?" Jonatan bertanya dengan nada senormal mungkin meski nyatanya dia sangat khawatir dengan pria ini. Jonatan tidak ingin pria yang ada di hadapannya terusik dengan kekhawatirannya. Pria itu hanya menggeleng membuat Jonatan harus kembali menghela nafasnya.
"Udah makan?" tanya Jonatan lagi, dia masih ingin berada cukup lama dengan pria ini. Karena kalau boleh jujur, Jonatan benar-benar merindukan sosok yang ada di depannya. Pria itu kembali mengangguk.
"Gue masuk kamar dulu ya." Katanya saat melihat Jonatan hendak mengatakan sesuatu. Pria itu melewati Jonatan begitu saja dan masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Jonatan yang menatap sendu kepadanya.
"Gue juga cinta sama lo Jo." Jonatan seperti merasakan ribuan kupu-kupu terbang di perutnya saat mendengar suara lirih dari sosok yang ada di dalam pelukkannya. Jonatan menatap tidak percaya kepada sosok yang semakin membenamkan kepalanya pada dadanya.
"Gimana Nik? Coba ulangin." Pinta Jonatan kepada Anthony, pria yang sudah mengambil hatinya sejak mereka diperkenalkan oleh sahabat-sahabat mereka. Anthony menggeleng, dia terlalu malu untuk kembali mengucapkan kata-kata itu. Buktinya saja dia tidak berani menatap Jonatan setelah kelepasan mengatakan apa yang ada dalam hatinya setelah mendengar pengakuan dari Jonatan beberapa saat yang lalu.