Saat kau jatuh, Lukai hati
Dimana pun itu, I'll find you
Saat kau lemah, Dan tak berdaya
Lihat diriku, Untukmu
Babak Penyisihan Group
Anthony tersenyum lembut melihat Jonatan yang sedang berdiri di balkon kamar mereka dengan segelas kopi di tangannya, kopi yang tadi dibuatkan oleh Anthony sebelum dirinya keluar dari kamar mereka untuk menemui pelatih. Anthony berjalan pelan ke arah Jonatan dan memeluk pria itu dari belakang, membuat Jonatan sedikit terkejut tetapi kemudian kembali rileks saat tahu bahwa yang memeluknya adalah sang kekasih.
"Pacarnya Ony lagi mikirin apa?" tanya Anthony dengan manja sambil menyenderkan kepalanya di punggung Jonatan. Jonatan tersenyum, dia meletakkan gelas yang dipegangnya pada pagar pembatas dan memeluk lengan Anthony.
"Engga ada kok." Jawab Jonatan berusaha menutupi keresahannya. Anthony mendengus mendengarnya saat mengetahui kekasihnya berbohong kepadanya. Bukannya Anthony tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Jonatan, tetapi dia ingin Jonatan jujur kepadanya.
"Pacarnya Ony bohong nih, mau mancung kaya pinokio ya hidungnya makanya bohong?" ledek Anthony, mengundang tawa dari Jonatan. Jonatan melonggarkan pelukan Anthony agar dapat berbalik untuk menghadap langsung kekasihnya. Anthony tersenyum melihat Jonatan melemparkan senyum kepadanya.
"Bener ya kata orang-orang kalo kamu tuh bercandanya garing." Kata Jonatan yang ikut memeluk tubuh kekasihnya. Anthony tertawa pelan dan menyamankan dirinya dalam pelukan Jonatan.
"Biarin aja, yang penting kamu bisa ketawa karna candaan aku." Jawab Anthony. Jonatan tersenyum, dia mencium puncak kepala Anthony dan membenamkan wajahnya pada perpotongan leher Anthony, menghirup sebanyak mungkin aroma tubuh kekasihnya yang selalu mampu membuatnya merasa tenang.
"Aku sayang kamu." Bisik Jonatan. Anthony tersenyum, dia mengusap punggung Jonatan dengan lembut.
"Cerita sama aku Jo, kamu engga sendiri." Sahut Anthony. Jonatan menghela nafasnya panjang, sedikit merasa bersyukur kalau Anthony selalu tahu apa yang dia rasakan tetapi untuk sekarang sebenarnya dia tidak mau membahas masalah ini.
"Ada kamu di sini kan?" Anthony tersenyum dan mengangguk.
"Ada aku di sini. Makanya cerita sama aku, jangan disimpan sendiri." Jonatan melepas pelukannya dan menatap mata bulat kekasihnya, salah satu bagian yang sangat disukai Jonatan dari kekasihnya. "Cerita yuk sama aku." Bujuk Anthony lagi. Jonatan tersenyum dan menggeleng.
"Engga ada apa-apa kok, Kak." Anthony menghela nafasnya lelah.
"Harus aku yang mulai dulu, supaya kamu mau cerita Jo?" Jonatan diam. "Harus aku yang tanya dulu, baru kamu mau kasih tahu aku apa yang kamu pikirin?" Jonatan kembali memeluk Anthony.
"Maaf." Bisik Jonatan.
"Yang aku tanya itu kamu kenapa Jo, bukan minta kamu untuk bilang maaf ke aku." Kata Anthony yang masih berusaha sabar menghadapi kekasihnya itu. Anthony melepas pelukan Jonatan, dia mengusap pipi Jonatan dengan sayang. "Cerita sama aku ya?" Jonatan akhirnya mengangguk, dia menuruti Anthony yang mengajaknya untuk duduk di bangku yang ada di balkon.
"Kamu kenapa?" tanya Anthony sambil menggenggam tangan Jonatan. Jonatan terdiam sejenak, dia menatap tangannya yang digenggam erat oleh Anthony lalu menghela nafasnya.
"Hari ini aku dipercaya untuk main sama pelatih." Jonatan memulainya, dan perkiraan Anthony benar-benar tepat sasaran kalau prianya itu gelisah karena harus turun untuk membela negaranya.