So they say that time
Takes away the pain
But I'm still the same
Jonatan menghela nafasnya lelah ketika mendapati dirinya masih berada di kantor saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dia merapihkan semua berkas-berkas di mejanya dan bersiap untuk pulang sebelum mamanya kembali menelfonnya dan menyuruhnya untuk pulang atau yang lebih parahnya lagi mengirim seseorang untuk menyeretnya pulang. Membuat Jonatan bingung sendiri kenapa mamanya begitu tega kepadanya, padahal kan Jonatan hanya ingin menyelesaikan seluruh pekerjaannya saja agar tidak semakin menumpuk esok harinya.
Saat Jonatan hendak mengambil ponselnya yang ada di meja, tidak sengaja dia melihat foto dirinya bersama seorang pria manis yang saling berpelukan dengan latar belakang matahari terbit di sebuah pegunungan. Foto yang diambil satu tahun yang lalu, tepat saat hari anniversary mereka yang kelima. Jonatan masih ingat bagaimana pria manis itu tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya dan merengek kepadanya padahal saat itu di dalam ruangan Jonatan ada dua sahabat Jonatan dan mereka sedang membicarakan kerja sama untuk perusahaan mereka.
"Jojo!"
Pintu ruangan Jonatan terbuka dengan kasar dan diiringi dengan teriakan dari pria manis favoritnya membuat Jonatan dan kedua sahabatnya cukup terkejut. Bahkan Fajar, salah satu dari sahabat Jonatan, tersedak saat sedang meminum kopinya membuat pria itu mengeluarkan kembali kopi di mulutnya yang membasahi celananya. Sedangkan pria lainnya, Marcus, hanya menggeleng melihat kelakuan kekasih sahabatnya itu.
"Selalu bersemangat seperti biasanya ya?" tawa Marcus melihat tingkah Anthony.
"Eh ada Koh Sinyo ternyata." Katanya tersenyum manis mendapati Jonatan tidak sendiri di dalam ruangan itu.
"Apa kabar Nik?" tanya Marcus kepada Anthony, pria manis yang merupakan tersangka utama mengganggu rapat mereka.
"Baik Koh, Kokoh gimana? Baik? Si tengil mana Koh? Kok engga di ajak?" tanya Anthony yang sudah berjalan menghampiri ketiga orang itu.
"Baik Nik, Kevin juga baik kok, sibuk urus si kecil. Dia titip salam buat kamu, dia juga tanya kapan kamu main ke rumah lagi? Si kecil kangen kamu katanya." Marcus dengan sabar menjawab semua pertanyaan dari Anthony.
"Ih Onik juga kangen sama si kecil, udah bisa apa dia Koh? Udah bisa main bola?" Marcus tertawa mendengarnya sedangkan Fajar ingin sekali memukul kepala Anthony mendengar pertanyaannya tetapi dia tidak ingin mencari ribut dengan Jonatan.
"Bayi belom genap satu bulan mana bisa main bola Ony. Manggil mama sama papanya aja belum bisa ya kali dia udah bisa main bola." Celetuk Fajar.
"Eh ada A' Fajar ternyata, kirain cuman ada koh Sinyo doing di sini." Sahut Anthony dengan nada mengejek dan membuatnya mendapat cubitan gemas di pipinya. "Aw, sakit ih." Kata Anthony mengusap-usap pipinya yang baru saja dicubit oleh Fajar.
"Salah sendiri itu pipi makin lama makin kaya bakpao." Anthony merengut, dia paling tidak suka kalau ada yang mengatakan pipinya seperti bakpao kecuali Jonatan.
"Jojo." Adu Anthony yang segera duduk di samping Jonatan dan menunjukkan wajah sedihnya.
"Kenapa sayang? Pipinya sakit? Coba sini Jojo lihat." tanya Jonatan dengan sangat lembut sambil mengusap-usap pipi Anthony.
"A' Fajar nakal, masa pipi Ony dibilang kaya bakpao." Kata Anthony yang kemudian memeluk Jonatan.
"Halah gitu doang pake ngadu, kaya anak kecil." Celetuk Fajar yang kemudian terdiam mendapati Jonatan sedang menatapnya tajam.