Memenangkan hatiku bukanlah
Satu hal yang mudah
Kau berhasil membuat
Ku tak bisa hidup tanpamu
Seorang pria manis dengan pipi gembil dan mata bulat sedang duduk bersandar di tempat tidurnya dengan memangku sebuah album foto yang berisi berbagai macam kenangan terindah dalam hidupnya. Pria itu membuka sampul album itu dan sebuah foto di podium saat memenangkan sebuah kejuaraan bergengsi terpampang di sana. Foto itu menjadi pembuka di album kenangan itu karena memang moment itu adalah awal dari semuanya. Pria manis itu teringat kejadian manis yang terjadi malam setelah moment di podium saat itu.
"Lo kenapa Nik?" tanya Kevin ketika mendapati teman sekamarnya saat itu sedang menatap sedih pemandangan malam hari kota Changzhou di balkon kamar hotel mereka. Kevin tidak habis pikir dengan sahabatnya ini, siang tadi baru saja dia memenangkan sebuah gelar bergengsi yang gagal dia raih bersama pasangannya, Marcus, karena kalah saat di semi final. Tetapi malam ini pria mungil itu sedang menatap sedih entah karena apa.
Kalau pun karena patah hati, itu rasanya sangat tidak mungkin karena yang Kevin tahu Anthony sedang tidak menjalin hubungan dengan siapa pun. Itu karena sebuah berita yang mengatakan kalau seseorang yang sudah mencuri hati sahabat manisnya sudah memiliki kekasih. Jadi Kevin menyingkirkan hal patah hati sebagai penyebab Anthony bersedih saat ini.
Tidak ada jawaban dari pria manis itu membuat Kevin menepuk pelan pundak Anthony dan membuyarkan lamunannya. Anthony menoleh ke arah Kevin dengan pandangan bingung.
"Kenapa Pin?" tanya Anthony. Kevin menghela nafasnya.
"Lo kenapa? Kok sedih gitu? Lo baru aja jadi juara loh, masa udah sedih aja sih." Tanya Kevin lagi dan kali ini Anthony yang menghembuskan nafasnya kasar. Dia menatap sekilas ke arah Kevin lalu berjalan ke arah bangku yang tersedia di balkon kamar itu.
"Engga apa-apa kok." Jawab Anthony tanpa merubah raut wajahnya.
"Alasan klasik banget." Sahut Kevin malas. "Ikut gue aja yuk." Ajak Kevin yang teringat alasan dia kembali ke kamar untuk menghampiri sahabatnya yang memilih untuk menghabiskan waktunya di sepanjang sore itu dengan mendekam di dalam kamar.
"Kemana?" tanya Anthony yang tidak berminat sama sekali.
"Jalan-jalan, sebelum besok pagi terbang ke Korea. Mau nggak?"
"Sama siapa?"
"Sama kokoh, Rian, Fajar, Ade, Wahyu, pokoknya rame-rame deh."
"Emang dibolehin sama pelatih? Ini udah jam delapan loh." Tanya Anthony bingung.
"Boleh kok, bahkan mereka juga ikut. Katanya refreshing dulu sebelum besok ke Korea." Anthony terdiam sesaat, dia sedang mempertimbangkan tawaran Kevin.
"Pada mau jalan kemana emangnya?"
"Sekitaran hotel aja sih, engga jauh-jauh. Mau ikut nggak?" Anthony menggeleng.
"Engga deh."
"Beneran?"
"Iya Pin." Kevin mengangguk.
"Yo weis kalo gitu, gue pergi dulu. Kalo lo ada mau nitip atau mau nyusul kita kabarin aja." Anthony mengangguk. "Kalo mau tidur, kunci aja pintunya paling nanti gue tidur di tempat Rian." Anthony kembali mengangguk. "Tapi kalo lo mau jalan-jalan sendiri juga ngga apa-apa, asal kabarin gue terus baliknya jangan malem-malem." Anthony sekali lagi mengangguk.