04 | party

470 299 221
                                    

Haiii, welcome back.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.



Dexter menuang wine ke gelas Mia. Ia menuang untuk dirinya sendiri lalu duduk di samping wanita itu. Ia memutar otak. Bagaimana caranya ia menggali informasi dari wanita itu? Haruskah ia membuat Mia mabuk?

"Apa kau ingin berbicara?"

Mia menggoyang isi gelasnya. "Tentang apa?"

"Tentang... sahabatmu. Pria yang ada di ponselmu."

Alis Mia mengerut. Dexter menelan ludah, berharap niatnya tak akan terungkap secepat itu.

"Ada apa dengannya?"

Dexter menyesap anggurnya, berharap itu bisa membuatnya lebih rileks. "Jujur saja, aku tidak tertarik untuk berhubungan dengan wanita yang telah memiliki kekasih. Dia bukan kekasihmu, 'kan?"

Mia segera terkekeh. "Bukan. Sama sekali bukan." Wanita itu meminum anggurnya. "Kami hanya bersahabat."

"Kau yakin dia tidak menyimpan perasaan padamu?"

Pertanyaan itu membuat Mia terdiam cukup lama, meski akhirnya, wanita itu menggeleng. "Kurasa... tidak," jawabnya. "Bisa kita bicarakan hal lain? Kenapa kita membicarakan sahabatku? Teman kencanmu 'kan aku, bukan dia."

Dexter tersenyum miring. "Apakah itu nada kecemburuan yang kudengar?" godanya.

"Tidak," elak Mia.

"Baiklah." Dexter berdehem panjang. "Mari kita mulai dengan pertanyaan yang ringan. Apa pujian paling konyol yang pernah kau terima?"

Mia tertawa. "Pertanyaanmu yang konyol," komentarnya.

Mendengar wanita itu tertawa membuat Dexter ikut terkekeh. "Oh, ayolah. Jawab saja!"

"Hmm, oke, oke. 'Kau perempuan paling cantik yang pernah berkencan denganku, dan aku yakin, meski kau adalah seekor cacing, aku akan tetap menyukaimu.'" Mia tak dapat menahan tawanya melihat reaksi Dexter. "Itu pujian yang sungguh menyebalkan. Aku meninggalkannya tak lama setelah itu. Maksudku--siapa yang mau dibandingkan dengan seekor cacing?"

"Aku akan memukulnya kalau aku jadi kau," cetus Dexter.

Mia mengangkat bahu. "Aku tidak memukulnya, tapi aku memberitahunya kalau aku tak akan pernah menyukainya meski dia dikutuk menjadi anjing laut yang lucu."

Sebelum Dexter sempat membalas, Mia segera melontarkan pertanyaannya. "Oke, giliranku. Apa kado terburuk yang pernah kau terima?"

Pria itu mengerang. "Kaos suporter sepak bola dari ayahku. Aku bahkan tidak suka klub sepak bola itu." Ia bergeser mendekat. "Giliranku. Apa tentang dirimu yang paling kau kagumi?"

Mia tersenyum. "Langsung ke pertanyaan seriusnya, huh?"

"Jawab saja. Aku ingin mendengarnya."

Mia menegak sisa anggurnya lalu meletakkan gelas di meja. "Rambutku. Aku suka bermain dengan rambutku. Hal yang paling kusuka dari hari-hariku adalah memutuskan bagaimana aku akan menata rambutku hari itu."

Twisted Fate (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang