Hi, welcome back!
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.
•
•
•Rafael terpaksa bangun di siang itu. Kepalanya berdentum. Sisa efek alkohol yang ia konsumsi semalam masih terasa. Sinar matahari yang menyelinap dari balik tirai jendela menusuk kelopak matanya.
Ketukan di pintu kamarnya semakin keras dan menjadi tidak sabaran. Rafael melirik ke arah jam digital di atas nakas tempat tidur. Pantas saja ia masih terasa mengantuk. Belum ada delapan jam ia tidur, tapi seseorang telah berani membangunkannya.
Terpaksa, Rafael pun turun dari kasur untuk membukakan pintu. Dahinya mengernyit bingung melihat keberadaan ayahnya di sana. Dan yang lebih mengejutkan lagi, pamannya juga ada di sana.
"Dad? Paman Jose? Kenapa kalian bisa ada di sini? Kapan kalian sampai di Brooklyn?"
Rasa kantuknya menguap entah ke mana ketika Rafael menyadari bahwa ayahnya terlihat marah, wajah pria paruh baya itu memerah.
"Masuk," titah ayahnya.
Rafael mundur, memberi ruang bagi ayah dan pamannya untuk masuk ke kamar.
"Dari mana saja kau semalam, Rafael?" tanya Julian.
Ia melirik ke arah pamannya yang tampak menjaga jarak, seolah tahu kalau interogasi ini akan berakhir buruk. Jose membuat gerakan jari jempol mengiris leher pada Rafael, memberitahu tanpa suara bahwa ia akan tamat setelah ini.
"Uh, kenapa?" Rafael bertanya balik.
"Kenapa?!" Ia tersentak kaget karena ayahnya tiba-tiba meninggikan suara. "Karena ada orang idiot yang melihatmu pergi ke strip club dan mengatakan bahwa kau meniduri seorang pelacur!" raung Julian.
Mata Rafael membelalak, kedua alisnya terangkat tinggi. "Apa??"
Jose melangkah maju sebelum Julian sempat memarahi putranya lebih lanjut. "Dinginkan kepalamu, Jules," katanya. Ia lalu beralih pada Rafael. "Cari namamu di internet, Nak, kau akan paham."
Rafael pun meraih ponselnya dari atas laci samping tempat tidur, membuka internet, lalu mengetikkan namanya di kolom pencarian.
"Sudah?"
Rafael tertegun melihat artikel berita yang tertera di hasil pencarian paling atas. Artikel itu diunggah beberapa jam yang lalu. Ia membuka artikel tersebut dan membacanya dengan cepat.
"Shit," gumamnya lirih. Takut-takut, ia menoleh pada ayahnya. "Um, aku bisa jelaskan."
"Berhenti berusaha membuat alasan!" bentak Julian.
Pria itu menurunkan pandangan, tidak ingin melawan sang ayah. Ayahnya memang bukan orang yang temperamental, tapi sekali Julian marah, bahkan pria seperti Rafael pun akan bergidik takut.
Julian menatap putranya dengan perasaan yang tercampur aduk. Ia menghela napas frustrasi. "Apa maksud dari semua ini, Rafael? Apa kau berniat untuk mempermalukan ayah? Membuat nama keluarga Davis menjadi buruk? Begitu?!"
"Dad, sungguh bukan begitu--"
"Lalu apa?!"
"Tahan emosimu, Jules," sela Jose. "Biarkan anak itu menjelaskan."
Merasakan tatapan menusuk dari serta ayah serta pandangan menuntut dari pamannya, Rafael pun meringis. "Aku hanya... ingin bersenang-senang?"
Penjelasan itu tak berbuah baik. Jose harus menahan kakaknya demi melindungi si keponakan dari sebuah tamparan yang ia tebak hendak dilayangkan Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
General Fiction[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...