Hi, welcome back.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.
•
•
•"Pemandangannya sungguh indah, iya, 'kan?"
"Mm-hmm." Mia menyandarkan kepala di pundak Rafael. "Sungguh indah," gumamnya rendah.
"Lihatlah bulan itu." Rafael menunjuk ke angkasa. "Malam ini bulan terlihat indah, bukan begitu?"
Mia mendongak, namun tak mengatakan apa-apa. Dada Rafael serasa dicubit. Ia telah mencoba melontarkan kode seribu kali, tapi wanita itu selalu menepisnya dengan dingin.
Ia merasakan tubuh Mia bergidik. Rafael sontak meletakkan sebelah lengan merangkul bahunya dan merasakan pundak telanjang wanita itu terasa dingin.
"Fuck, aku sungguh bodoh," rutuknya pada diri sendiri. Rafael melepas jasnya lalu menggunakannya untuk menyelimuti pundak Mia. "Seharusnya aku tidak membawamu ke atap."
Rafael mendengarnya terkekeh ringan. "Aku baik-baik saja, Raf. Hanya sedikit dingin." Meski begitu, Mia menarik jas tersebut dan membalut tubuhnya lebih erat.
"Kau tidak bisa berbohong padaku, Pumpkin." Rafael menggandeng tangan Mia kembali memasuki hotel.
Mereka kembali ke ballroom, di mana pesta masih berlangsung. Rafael berniat untuk membawa Mia menuju meja makanan, namun dirinya terhenti begitu ayahnya mendekat.
Julian tersenyum pada putranya. "Aku minta maaf, darling, boleh aku bicara dengan Rafael sebentar?"
"Oh, tentu," jawab Mia.
Rafael melihat tatapan tajam ayahnya dan paham kalau ia berada dalam masalah. Ia tersenyum kikuk pada Mia. "Maaf, sepertinya aku harus pergi sebentar."
Mia yang memahami ketegangan di wajah Julian pun segera mengangguk. "Tidak apa, aku akan pergi ke sana kalau kau mencariku."
"Baiklah."
"Ayo, Nak," ajak Julian.
"Doakan aku beruntung," kata Rafael dengan nada berbisik.
Mia tersenyum simpatik sambil mengangkat kepalan tangannya. "Semoga beruntung," ia membalas tanpa suara.
Ia memperhatikan kepergian Rafael sebelum akhirnya berbalik untuk berjalan menuju meja yang menyuguhkan berbagai macam makanan. Mia bertemu Jeffrey di sana. Pria itu tampak tengah mencicipi berbagai macam snack. Ternyata ucapan Jasper benar, pria itu pergi kemari agar mendapatkan kesempatan mencicipi makanan dengan gratis.
"Hei," sapa Mia.
Jeff menoleh setelah menyuap mini s'mores ke mulutnya. "Oh, halo," ia membalas dengan mulut penuh.
Mia tersenyum geli. "Menikmati dirimu sendiri?"
"Aku hanya mencicipi," tampik Jeffrey. "Aku berniat untuk membuka toko roti, dan aku butuh referensi."
Alis Mia terangkat. Tertarik untuk mendengar lebih jauh, Mia pun memutar tubuh ke arah Jeffrey. "Begitu? Kenapa tidak bicara langsung ada kokinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
General Fiction[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...