Welcome back and enjoy your reading.
•
•
•"Naikkan kecepatannya atau menyingkirlah dan biarkan aku yang menyetir, Nolan," desak Rafael. "Aku akan menyalahkanmu kalau kita kehilangan jejak mereka!"
"Bersabarlah, Mr. Davis," balas Nolan, mulai kesal karena Rafael begitu bersikukuh dan tergesa-gesa. "Saya sedang berusaha."
"Tenanglah, Raf," timpal William, mencoba menenangkan sahabatnya. "Kita akan membawa Mia kembali. Ada Marlo yang akan setia melacak keberadaan mereka, ingat?"
Di sisi lain, Mia baru saja teringat akan ponselnya yang ada di tas tangannya. Ia bisa menelepon Rafael atau menelepon Hannah untuk memberitahukan keberadaannya. Hanya saja, bagaimana caranya ia bisa mengeluarkan ponsel tanpa menarik perhatian Dexter?
"Hei, mobil itu mengikuti kita sejak tadi," ujar Alex, menarik perhatian mereka. Dexter menoleh ke belakang, diikuti Mia.
"Yang mana?" tanya Dexter.
"Yang itu, mobil SUV warna abu-abu gelap," jawab Alex. Ia melirik Dexter dari spion. "Apa menurutmu itu Rafael dan kawan-kawannya? Menurutmu mereka berhasil menyusul kita?"
"Omong kosong," balas Dexter. "Dia tidak tahu kalau akulah yang membawa Mia pergi. Tidak ada yang melihatku membawa Mia pergi."
"Oh, ya? Lalu siapa yang mengikuti kita? Tidak mungkin mobil itu mengikuti kita hanya karena iseng, 'kan?"
Dexter memandang Alex lama. Mia menelan ludah ketika pria itu menoleh ke arahnya. Ia beringsut menjauh hingga punggungnya menubruk pintu.
"Apa kau yang memberitahu mereka?" tanya Dexter.
"B-bukan aku, kok," elak Mia.
Mata Dexter tertuju pada tas tangan Mia yang digenggam erat menggunakan kedua tangan. Pria itu merampas tas Mia dan menumpahkan isinya ke lantai mobil. Ia mengambil ponsel Mia dan memeriksanya.
"Tidak ada nama Rafael di riwayat panggilan terakhirnya," kata Dexter. "Mereka pasti berhasil melacak keberadaan kita lewat ponselnya. Salah satu teman FBI Rafael bekerja di bidang IT, itu pasti ulahnya."
"Kembalikan padaku!" seru Mia. Ia mengulurkan tangan untuk meraih ponselnya kembali, namun gagal karena Dexter mendorongnya menjauh. Kepanikannya bertambah ketika Dexter menurunkan jendela mobil. "Jangan!!"
Terlambat.
Dexter telah melempar ponselnya keluar jendela. Mia segera mengecek lewat kaca belakang. Harapannya pupus ketika sebuah mobil menginjak ponselnya, menghancurkan benda itu."Fuck!" Terdengar Marlo mengumpat di seberang panggilan. "Aku kehilangan dia!"
Keempat pria di dalam mobil SUV itu tak ada yang menanggapi. Mereka melihat kejadian tersebut.
"Jace!? Apa yang terjadi!?" seru Marlo.
"Dexter mungkin mengetahui kalau kita mengikutinya, Marlo," Jasper memberitahu. "Kami melihatnya membuang ponsel Mia ke jalan."
Marlo mengumpat sekali lagi. Rafael sontak mencondongkan tubuh ke depan ketika ia melihat mobil taksi yang ditumpangi Dexter dan Mia menaikkan laju kecepatannya.
"Tidak," lirih Rafael. Ia mencengkeram baju Nolan. "Kumohon, Nolan, aku tidak bisa kehilangannya... kumohon, menyetirlah lebih cepat dan kejar taksi itu," pintanya.
Pria paruh baya itu menghela napas. "Demi Tuhan," desahnya lelah. Sebelah tangannya meraih persneling dan mempercepat laju kendaraan, sesuai permintaan Rafael.
ㅤㅤ
"Yup, mobil itu jelas mengikuti kita," celetuk Alex begitu melihat mobil SUV tersebut ikut mempercepat lajunya. Pria itu mengalihkan fokus kembali ke jalan, beberapa kali menyalip mobil lain agar bisa lepas dari kejaran mobil SUV tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
Fiksi Umum[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...