Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.
•
•
•"Apa yang kau lakukan di sini, Butterfly?" desis pria itu marah.
Ah. Nama panggilan itu. Mia mengenalinya.
"Hei," tegur pria asing yang tadi berdansa bersama Mia. "Apa masalahmu, sobat? Dia bersamaku."
"Dia kekasihku, asshole," geram Dexter. "Jauhi dia atau aku akan membuatmu babak belur."
"Dexter," lirih Mia. Wanita berambut cokelat itu tiba-tiba terkikik. "Sayang, kau terlihat tampan."
"Kenapa kau kemari, Mia?"
Mia mengerucutkan bibir. "Kenapa kau bertanya padaku? Kenapa kau ada di sini? Bagaimana kau bisa tahu aku ada di sini, omong-omong?" Mia menyipitkan mata curiga. Badannya terasa ringan ketika ia mencondongkan wajah ke arah Dexter dan hampir terjatuh jika saja Dexter tidak menahan bahunya.
Pria itu tidak menjawab, jadi Mia mengguncang lengannya dan kembali bertanya, "Kenapa kau bisa tahu aku di sini, Dexter?"
Rahang Dexter mengetat, tapi pria itu tak mau menjawab. "Aku akan membawamu pulang," geramnya.
"Tidak mau." Mia melepaskan diri dari Dexter dan menghampiri pria asing yang tadi berdansa bersamanya. "Aku tidak ingin pulang bersamanya," rengeknya.Pria itu memegangi tubuh Mia yang tampak sempoyongan karena pengaruh alkohol. "Apa dia menyakitimu, nona?"
"Ya--"
"Kita pulang," sela Dexter, kali ini dengan nada yang lebih tajam. Ia mencengkeram lengan Mia, menariknya menjauh dari si pria asing."Tidak mau!" tolak Mia. "Kau bukan orang tuaku, jadi pergilah dan tinggalkan aku sendiri."
Tak ingin mendengar sebuah penolakan, Dexter pun menariknya pergi dari klub. Mia meringis kesakitan. Ia berusaha melepaskan lengannya dari cengkeraman Dexter, yang hanya membuat pria itu mencengkeram lengannya jauh lebih erat. Mia yakin lengannya akan terasa nyeri besok pagi.
"Dexter--"
Tubuh Mia meremang ketika angin sejuk menerpa kulitnya yang terasa panas. Dexter membuka pintu mobil dan mendorongnya masuk. Mia mengaduh ketika tubuhnya terhempas ke kursi penumpang. Kepalanya berdenyut-denyut karena pengaruh alkohol."Pria sialan," umpat Mia.
Dexter duduk di balik kemudi dan melajukan mobilnya menjauh dari klub. Kedua tangannya mencengkeram setir kemudi dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih. Matanya masih menyiratkan amarah. Kakinya menginjak pedal gas dalam-dalam, melajukan mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Untungnya, jalanan malam itu lengang.
Mia menaikkan kedua kakinya. Sepatu haknya tergelincir jatuh dari kakinya, menimbulkan suara gedebuk ringan.
Ponselnya bergetar. Mia mengeluarkan ponsel dari tas yang melingkar di pundaknya. Nama Hannah tertera di sana. Wanita itu pasti cemas karena Mia tiba-tiba pergi tanpa berkata apa-apa.
Tapi sebelum Mia dapat menjawab panggilan itu, Dexter merampas ponselnya dan melemparnya ke kursi belakang. Terdengar suara keras ponsel itu beradu dengan atap mobil sebelum akhirnya benda tersebut jatuh ke bagasi belakang.
"Jangan bicara dengannya. Aku tidak mau kau semakin tertular sifat pelacur sepupumu. Lihat yang dia perbuat. Dia membuatmu pergi ke klub malam menggunakan pakaian pelacur dan membuatmu menggoda pria lain di belakangku. Apa itu yang akan kau lakukan? Menjadi pelacur dan meniduri setiap pria yang kau temui di klub? Huh!?"
Karena merasa marah, Mia memukuli lengan Dexter, membuat pria itu kehilangan fokus untuk sesaat dan membuat mobil yang mereka kendarai oleng.
"Are you fuckin' mad?! Apa kau berniat membuat kita berdua mati?!" bentak Dexter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
General Fiction[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...