12 | panic attack

204 108 45
                                    

Welcome back!

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.



"Hai, Mrs. Sherwood!" sapa Mia. Ia mendekati meja resepsionis untuk berbincang sedikit dengan wanita perawat yang berdiri di balik meja itu.

"Mia," sapa Mrs. Sherwood ramah, "Halo. Kau datang lima menit lebih awal dari jadwalmu."

"Oh, aku tahu." Mia menyengir. "Aku sengaja datang lebih awal agar bisa berbincang sedikit denganmu."

Wanita paruh baya itu meneliti wajah Mia. "Kau terlihat riang hari ini."

Senyum Mia melebar. "Begitulah. Sebentar lagi Thanksgiving, kurasa aku merasa bersemangat untuk merayakannya bersama keluargaku."

Mrs. Sherwood ikut tersenyum mendengar nada bersemangat wanita itu. "Begitu? Apa yang akan kau bawa tahun ini?"

"Keluargaku telah membagi apa saja yang harus kami bawa masing-masing," Mia menjelaskan. "Ibuku memberiku tugas untuk membawa pai tahun ini. Aku berpikir untuk membawa pai apel dan pai labu." Dengan senyum jahil, Mia menambahkan, "Tolong jangan katakan pada siapa-siapa, tapi aku menyuruh temanku untuk membuat kedua pai itu."

Itu membuat Mrs. Sherwood tertawa lepas. "Aku tidak akan memberitahu siapa-siapa, aku berjanji," ujarnya setengah berbisik.

Pintu ruangan William terbuka, seorang pria yang tak Mia kenal keluar dari sana. Penampilan pria itu begitu tertutup, tudung jaketnya menyembunyikan sebagian wajah pria tersebut.

"Mia," sambut William, menarik perhatian wanita itu dari pasien misterius dokter tersebut. "Selamat datang."

Ia tersenyum. "Hai, Dr. Reed."

"Masuklah."

Mia memasuki ruangan pria itu, bau menenangkan dari lilin aromaterapi di atas meja menyambutnya. Pria berambut pirang kemerahan yang telah menjadi dokter terapis Mia selama dua bulanan itu meraih sesuatu dari rak.

"Aku membeli ini beberapa hari lalu, kupikir kalau kau mungkin akan menyukainya," kata William sembari menyodorkan benda tersebut.

Mia menerimanya. "Snow globe?" Ia menggoyang bola salju itu, menghujani desa mini di dalam bola tersebut dengan salju putih yang indah.

"Kau menyukainya?" tanya William.

Wanita itu mengangkat kepala dan mengulas senyum. "Aku sungguh menyukainya. Terima kasih, Dr. Reed."

"Bukan masalah besar." Pria itu melambai menunjuk sofa. "Ayo, duduklah."

"Kau terlihat riang hari ini, apa ada sesuatu yang baik terjadi?" tanya William setelah memperhatikan raut wajah Mia. "Aku melihatmu berbincang dengan Mrs. Sherwood tadi."

"Hari ini adalah hari ulang tahun Dexter yang ke-25, aku berniat memberinya kejutan nanti," ia memberitahu.

"Oh," balas William. Pria itu menyunggingkan sebuah senyum, tertarik untuk mendengar lebih jauh. "Bagaimana hubungan kalian?"

"Tidak buruk. Ada beberapa ketidaksetujuan di antara kami, tapi kami berhasil menyelesaikannya," jawab Mia. "Dexter sepertinya... suka menyentuhku. Bukan secara seksual, lebih ke secara intim. Seperti memelukku, bergandengan tangan, dan memberiku ciuman." Mata Mia menerawang ketika ia memikirkan sang kekasih.

William memperhatikannya dengan detail. "Dan bagaimana tanggapanmu dengan semua sentuhan itu? Kendati apa yang telah kau lalui di masa lalu?"

"Aku... menyukainya. Dexter membuat semua sentuhan itu terasa menyenangkan. Dia membuatku merasa aman." Mia mengangkat bahu. "Tentu, itu terasa menyeramkan pada awalnya, tapi seiring berjalannya waktu, semuanya terasa biasa saja. Dan lambat laun, aku menyadari kalau aku menyukai sentuhan-sentuhan itu. Aku tahu aku bisa mempercayainya. Aku tahu Dexter tak akan pernah menyakitiku." Tanpa bisa dicegah, sebuah senyum tercetak di wajah Mia.

Twisted Fate (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang