31 | London

48 13 16
                                    

Haii! Apa kabar nih?

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.



Dexter tengah berkutat dengan komputernya, menggulir halaman toko online demi mencari CPU baru untuk ditambahkan ke komputer kliennya, ketika sebuah notifikasi muncul di layar, memberitahu bahwa ada suara yang tertangkap alat penyadap yang ia taruh di apartemen Mia.

Melihat itu, Dexter pun cepat-cepat menancapkan headphone dan memakainya. Suara Mia segera terdengar tak lama kemudian.

"Maaf aku jarang mengabarimu, aku hanya... sedang merasa tidak enak badan."

"...."

"Aku baik-baik saja, Hannah. Tidak, kau tidak perlu kemari. Akhir-akhir ini aku menetap di rumah Rafael. Aku punya Rafael untuk merawatku." Dexter mendengar wanita itu menghela napas, namun ada senyum di sana. "Berhenti menggodaku, oke? Tidak ada apa-apa di antara kami."

Dexter tak mampu menahan diri untuk tidak memutar bola matanya mendengar kalimat terakhir itu. Mia mungkin tak menyimpan perasaan istimewa pada Rafael, tapi si keparat itu jelas-jelas mencintai Mia-nya. Miliknya.

"Baiklah," ujar Mia. "Kuakui... Rafael pria yang romantis dan manis." Wanita itu terkekeh kecil. "Kau sungguh berpikir kalau kami mungkin terlihat cocok jika bersama?"

Pertanyaan itu mengejutkan Dexter. Apakah itu artinya Mia mulai menyukai Rafael?

"Omong-omong, aku akan pergi ke London."

Dexter begitu terkejut dengan berita itu. London? Mau apa ia pergi ke sana?

"Tidak lama. Hanya beberapa hari. Aku ke sana untuk menghadiri pernikahan orang tua Rafael."

Dan, itulah jawaban dari pertanyaannya.

Mia terkesiap. "Kau juga akan pergi ke sana!?" Dexter mendengarnya memekik senang. "Apa kita akan berangkat bersama? Aku sedang bersiap-siap. Sopir Rafael menungguku di bawah. Aku bisa menyuruhnya untuk menjemputmu setelah ini."

"...."

"Baiklah! Tunggu aku!"

Dexter mengambil buku kecilnya. Di salah satu halamannya, ia menuliskan, 'London, pernikahan Julian Davis.'

Pria itu memutar pulpen di tangannya, sebuah rencana tercetus di benaknya. Ia pun melepas headphone lalu meraih ponselnya, dan mencari nama ibunya di deretan kontak ponsel.

"Mom?" sapa Dexter begitu panggilan itu diangkat.

"Aku agak sibuk, sayang. Ada apa?" balas ibunya, menyuruh Dexter untuk bergegas dan mengatakan apa tujuannya karena sudah menelepon.

Kepala Dexter sedikit tertunduk. Tidak bisakah ia menyempatkan waktu sedikit untuk putranya?

"Aku membutuhkan bantuanmu, Mom. Aku harus ke London, secepatnya."

Permintaan itu membuat ibunya terdiam untuk sesaat. "Apa kau ingin Mom membelikanmu tiket ke London? Kapan kau akan berangkat?"

"Um, malam ini, kalau bisa."

"Tentu. Aku akan menyuruh orang suruhanku untuk menjemputmu. Mom juga sedang ada di London, apa kau punya waktu sebentar untuk menemui ibumu ini?"

Pulpen yang ia putar terjatuh ke lantai. Dexter sontak menegakkan badan. "Mom ada di London juga?"

"Ya. Kebetulan Mom ada pekerjaan di sini. Mom diminta untuk mendesain gaun pernikahan untuk Nyonya Davis yang akan diadakan dua hari lagi," jawab sang ibu.

Twisted Fate (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang