Hi, welcome back.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.
•
•
•Dexter menyingkirkan helai-helai rambut Mia dari wajahnya. Pria itu memperhatikan kekasihnya yang tengah tertidur. Kening Mia berkerut samar, seolah mimpinya tak terasa menyenangkan.
Ia mengusap kerutan itu menggunakan ibu jari. Bukannya membuat Mia merasa lebih tenang, kerutan di kening wanita itu semakin dalam dan Mia terasa menggeser jauh, lalu memunggunginya.
Dexter mengernyit tak suka. Ia melingkarkan lengan ke perut Mia, hendak menarik wanita itu mendekat. Tapi dengan cepat, Mia menepis tangannya dan menoleh ke arahnya dengan mata terbelalak liar.
"Mia? Kau baik-baik saja?" tanya Dexter, terkejut dengan sikap kekasihnya. "Ini hanya aku."
Mata Mia menyipit di kegelapan. Sebelah tangan wanita itu dengan tergesa meraih lampu di atas nakas dan menghidupkannya.
"Oh," lirih Mia. "Itu kau."
"Ada apa?" Dexter mengulurkan tangan. "Kau terlihat ketakutan."
Mia menggenggam tangan Dexter dan menyandarkan pipinya di sana. "Tidak apa. Aku hanya... mengira kau orang lain," jawab Mia.
"Kemarilah." Dexter merengkuh wanita itu di pelukannya. "Kau menjauh dariku, jadi aku berusaha menarikmu mendekat. Aku tidak berniat apa-apa. Aku hanya ingin memelukmu. Aku tidak akan melakukan apa-apa, aku berjanji." Ia membelai rambut Mia. "Kau mempercayaiku, 'kan?"
Mia memejamkan mata dan mengeluarkan embusan napas lega. "Aku mempercayaimu."
"Bagus." Dexter memberi wanita itu kecupan ringan di dahi sebelum menarik selimut menutupi tubuh mereka. "Tidurlah kembali."
ㅤㅤ
Keesokan harinya, pria itu bangun lebih awal dari Mia karena berniat untuk membantu Natalia membuat sarapan hari itu. Wanita paruh baya itu terlihat terkejut mendapati Dexter memasuki dapur ketika dirinya sedang menyiapkan bahan makanan."Dexter? Kau bangun pagi sekali," kata Natalia.
Ia tersenyum dan menggulung lengan sweater hingga mencapai siku. "Aku selalu bangun pagi. Juga, aku suka memasak. Kupikir aku bisa membantu Anda sedikit di dapur."
Natalia menyunggingkan senyum jahil. "Apa kau berniat mencuri hatiku karena aku ibu dari kekasihmu?" godanya.
Dexter berdehem singkat, bersikap seolah memikirkan hal tersebut. "Hmm, mungkin sedikit," ia membalas kejahilan Natalia. "Apa itu berhasil?"
"Sedikit," balas Natalia. "Cobalah lebih keras lagi."
"Sure thing." Dexter mencuci tangannya sebelum bergabung dengan Natalia. "Jadi, apa menu sarapan hari ini?"
"Casserole yang kau bawa masih tersisa, jadi aku berpikir untuk menghangatkannya. Juga ada sisa daging kalkun di kulkas, aku berniat membuat turkey hash," jelas Natalia.
"Apa Anda ingin aku membuatkan cinnamon rolls juga?" tawar Dexter.
"Boleh, kalau kau tidak keberatan. Biar kucarikan apakah kita mempunyai bahannya."
Pukul delapan pagi, sekitar satu jam setelahnya, semua makanan telah tersaji di meja makan. James telah duduk di kursinya, menyeruput kopi hangat sambil membaca berita di koran.
Dexter mengeluarkan cinnamon rolls buatannya dari oven lalu menatanya di meja. Ia melepas sarung tangan dan meletakkannya di konter. Elliot turun dari kamarnya dengan wajah masih kental akan kantuk, rambutnya acak-acakan, dan pemuda itu terlihat tengah membersihkan kotoran di ujung matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
Художественная проза[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...