15 | came unannounced

142 82 68
                                    

Hi, welcome back.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.



Pria berambut ikal yang tengah berdiri di hadapan Rafael terdengar santai ketika ia menjawab, "Aku kemari karena Mia--" Ia menjeda ucapannya lalu menekankan, "Kekasihku, mengajakku untuk datang."

Rafael tak dapat menyembunyikan ketidaksukaannya pada pria itu.

Dexter mengangkat sebelah alisnya. "Apa kau akan menahanku di sini sepanjang malam atau kau akan mempersilakanku untuk masuk?"

Terpaksa, Rafael pun membuka pintu lebih lebar, mempersilakan Dexter untuk masuk. Mereka pergi ke ruang makan, di mana semua orang telah menunggu.

"Oh! Siapa ini?" tanya ibu Mia penasaran begitu Dexter berada dalam jarak pandang mereka.

Mia membelalak kaget melihat kehadiran pria itu. "Dexter?"

Hannah melongo. "Itu Dexter-mu? Holy sweet Jesus," gumamnya.

"Halo," sapa Dexter ramah. Pria itu berubah kikuk pada detik selanjutnya. "Uh, aku membawa cauliflower casserole." Ia mengangkat sebuah wadah yang ia pegang sedari tadi.

"Oh, baik sekali," puji Camila. Wanita paruh baya itu menerimanya, membuka penutupnya, lalu menaruh wadah tersebut di meja. "Ayo, duduklah, dear," sambutnya.

"Tunggu. Kita membutuhkan satu kursi lagi," kata James.

"Biar kuambilkan," tawar Julian. "Beritahu saja di mana kalian menyimpannya."

"Kau bisa menemukannya di basement, Jules," balas Natalia.

"Kau tahu jalannya, 'kan?" James bertanya.

"Tentu saja."

Dexter tersenyum pada Mia. Ia melihat kursi di samping kanan wanita itu kosong, dan berniat duduk di sana. Tapi seseorang tiba-tiba meletakkan tangannya di punggung kursi, seolah tengah mengklaim tempat tersebut.

"Ini tempat dudukku," ujar Rafael datar. "Tunggu kursimu sendiri, sobat."

Dexter memberi pria itu tatapan tajam. Siapa pun di ruangan itu pasti bisa merasakan ketegangan di antara kedua pria tersebut.

"Well, Mia adalah kekasihku. Tidak bisakah kau mengalah agar aku bisa duduk di sebelahnya?" balas Dexter tak kalah sengit.

"Tidak," jawab Rafael cuek.

Dexter menoleh pada Mia, meminta pendapat tentang keputusan Rafael. Tapi wanita itu tak terlihat keberatan dengan pernyataan Rafael.

"Kau bisa duduk di sebelah kiriku," tawar Mia.

Dexter tak menanggapi. Julian kembali membawa sebuah kursi untuk Dexter. Hannah yang sebelumnya duduk di sebelah kiri Mia pun menggeser kursinya demi memberi Dexter sedikit ruang.

Setelah Dexter duduk dan mendapatkan piring, mereka pun melanjutkan makan malam yang sempat tertunda tersebut. Pria itu terlihat tenang menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan keluarga Mia.

Sesudah makan utama habis dan kini waktunya menyantap makanan penutup, Mia bangkit untuk mengambilkan Rafael pecan pie cheesecake buatan bibinya, Camila. Pria itu berterima kasih lalu menyantap pai tersebut.

"Bisa kau ambilkan sepotong pai apel itu untukku?" pinta Dexter sambil menyodorkan piringnya pada Mia.

"Tentu."

Sebagai inisiatif, Rafael memotong pai labu dan meletakkannya di piring Mia. "Ini dia. Pai labu untuk perempuan favoritku."

Karena kata-kata itu, Rafael mendapatkan lirikan tajam dari Dexter. Ia mengabaikannya. Rafael hanya tersenyum manis ketika Mia menyipitkan mata curiga padanya.

Twisted Fate (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang