Hi, welcome back. I hope you like it!
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.
•
•
•Bus yang mereka tumpangi berhenti di halte Montrose Avenue. Dexter membiarkan Mia menggandengnya, membimbingnya menuju tempat yang hendak ia tunjukkan.
"Di dekat sini, sebentar lagi," ujar Mia.
"Oke."
Mereka berbelok menuju bagian belakang gedung perpustakaan tempat Mia bekerja. Dexter mendengarkan seraya wanita itu mengoceh tentang pekerjaannya.
"Di sini."
Mereka berada di sebuah tempat parkir umum di belakang gedung perpustakaan. Mia mendekati pojok tempat parkir yang dipenuhi semak-semak lebat.
"Mitsy? Lotus? Apa kalian di sana?" panggilnya.
Dexter melihat dua ekor kucing keluar dari semak-semak itu, mengeong keras-keras menghampiri Mia. Wanita itu menyapa kucing-kucing tersebut, memberi mereka usapan di kepala, lalu menggendong keduanya.
"Kemari, Dex. Biar kuperkenalkan dirimu pada teman-teman berbuluku."
Ia tersenyum lembut, dan berjalan mendekat. "Dua anak kucing ini temanmu?" tanyanya.
"Yup. Aku menemukan mereka beberapa bulan lalu," jelas Mia. Dexter menggendong si kucing berbulu kuning. "Yang itu namanya Mitsy. Yang abu-abu ini namanya Lotus," kata Mia, memperkenalkan mereka.
"Mereka anak-anak kucing yang lucu."
Mia menurunkan Lotus dari gendongannya dan merogoh tas. "Aku selalu menemui mereka sepulang kerja. Tapi karena hari ini hari Minggu, aku jarang kemari karena lebih sering di rumah."
"Kenapa tidak membawa mereka pulang ke rumahmu?" tanya Dexter.
"Aku tidak bisa." Wajah Mia berubah murung. "Aku berharap aku bisa membawa mereka pulang. Tapi apartemenku tidak memperbolehkan penghuni memelihara hewan." Mia mengeluarkan wadah stoples kecil berisi makanan kucing.
"Ah." Dexter tersenyum penuh arti. "Kau ingin memelihara kucing?"
"Sangat." Mia menaburkan makanan kucing itu di tanah. "Waktu kecil dulu, aku selalu ingin memelihara kucing. Tapi karena ibuku tak menyukai mereka, aku tak pernah punya kesempatan memelihara kucing."
Sebuah ide tercetus di benak Dexter seraya ia menurunkan Mitsy agar bisa makan bersama saudaranya.
.
.Rafael menghempaskan tubuh ke sofa. Ia melepaskan dasi yang terasa mencekik lehernya. Fredrick Reyes, kepala pelayan di rumahnya, menghampiri dan menawarkan untuk membawakan Rafael sebuah minum demi membangkitkan semangatnya.
"Tidak usah, Fred," tolak Rafael halus. "Istirahatlah. Sudah larut."
Pria paruh baya itu mengernyit tak setuju. "Anda yakin? Saya bisa membuatkan teh hangat. Anda terlihat seperti tengah membutuhkannya."
"Yang kubutuhkan saat ini adalah sedikit istirahat," kata Rafael. "Tidak apa, Fred. Tolong tinggalkan aku."
Tak ingin membantah sebuah perintah, Fredrick pun membungkuk sopan sebelum akhirnya ia berjalan pergi.
Rafael mengeluarkan ponsel dan menghidupkan layar. Foto dirinya bersama Mia menyambutnya begitu Rafael membuka kunci ponsel. Pria itu membuka akun sosial media Mia, penasaran akan apa saja yang telah terunggah di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
General Fiction[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...