Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komennya. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.
•
•
•Dexter menegakkan dagunya, memandang tenang petugas polisi yang tengah berkutat dengan kunci sel. Pria berambut ikal itu bangun begitu pintu selnya terbuka, lalu meregangkan punggung demi menyentak rasa kakunya karena tidur di kursi panjang sel.
Dexter merentangkan kedua tangannya, membiarkan petugas polisi itu memborgolnya dan mengantarnya keluar. Ujung bibir pria itu berkedut menahan seringai yang mengancam timbul.
Ia tahu Mia tak akan sanggup mengatakan apa-apa pada para polisi ini. Wanita itu terlalu mencintainya untuk membiarkan Dexter membusuk di penjara. Atau mungkin Mia terlalu takut akan apa yang bisa Dexter lakukan padanya, itu tidak penting.
Ia telah bebas kembali.
Jantung Dexter bertalu, tak sabar untuk segera keluar dari gedung menyesakkan itu dan kembali menghirup udara sejuk Brooklyn.
Kakak laki-lakinya, Matthew, telah menunggu di depan. Sebuah senyum terular di bibir Dexter ketika ia berjalan mendekati kakaknya. Namun senyum itu segera meluntur ketika seseorang keluar dari kursi penumpang belakang mobil Matthew.
"Alex?"
Pria berkulit gelap itu berjalan mendekati Dexter, dan tanpa aba-aba, ia meraih kerah baju Dexter dan menghantamkan tubuhnya ke mobil Matthew.
"Kau keparat gila," umpat Alex.Dexter yang terkejut dengan serangan itu tak dapat membalas. Matthew segera mendekat untuk memisahkan keduanya.
"Alex," geram Matthew. "Hentikan. Kita masih di depan kantor polisi. Apa kau ingin membuat masalah?"
Mendengar itu, Alex pun melepaskan kerah Dexter. Ia menunjuk pada wajah sahabatnya dan mendesis, "Aku belum selesai denganmu."Mereka berkendara dalam keheningan. Dexter duduk di belakang sendirian, Alex memilih untuk duduk di kursi depan karena masih merasa kesal dengannya.
Mereka pergi ke rumah Dexter. Tempat itu tak berubah. Evan menyambut kedatangan mereka, terlihat canggung setelah mengetahui apa yang terjadi antara Dexter dengan Mia. Pria itu jarang pulang dan lebih sering menginap di rumah Gladys, namun ketika ia pulang dan mendengar cerita dari para tetangga bahwa Dexter ditangkap setelah apa yang ia lakukan pada kekasihnya, Evan berniat untuk menjaga jarak dari pria itu.
Jadi, begitu Dexter dibebaskan dari penjara dan telah sampai di rumah, Evan mengejutkan ketiganya dengan mengatakan bahwa ia hendak pindah untuk tinggal bersama kekasihnya, Gladys.
"K-kenapa?" tanya Dexter, terlihat bingung.
Evan mengangkat bahu. "Bilang saja hubunganku dengan Gladys menjadi lebih serius, dan kami memutuskan untuk tinggal bersama," jawabnya. Itu hanya separuh dari kebenarannya, tapi Evan tidak ingin membuat masalah dengan menyinggung perasaan Dexter.
"Apa kau yakin?" Dexter kembali bertanya.
"Ya. Aku sudah memindahkan sebagian barangku beberapa hari lalu. Ini sisanya." Evan mengangkat tas jinjingnya. "Jadi... jika kalian tidak keberatan, aku akan pergi." Ia berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan Dexter yang tampak tergagap, kesulitan mencari kata-kata.
"Oh," kata Evan. Pria itu membalikkan badan. "Aku sudah membayar tagihan sewaku untuk bulan ini. Just wanna let you know."
Setelah mengatakan hal tersebut, Evan kembali berjalan dan pergi.
Dexter menghela napas memandang kepergian teman satu rumahnya. Pria berambut ikal itu menghempaskan tubuhnya ke sofa, kemudian beralih pada Matthew dan Alex.
![](https://img.wattpad.com/cover/274818379-288-k148818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
Ficción General[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...