Hi, welcome back.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.
•
•
•Mia terbangun dengan kepala berdentum-dentum. Wanita itu mengerang merasakan perutnya seakan diaduk. Ia menghabiskan entah berapa banyak gelas champagne semalam karena Jasper terus mencekokinya.
Wanita itu berakhir mabuk lebih dulu bahkan sebelum pesta ulang tahunnya benar-benar selesai. Ia bahkan belum sempat mencicipi kue ulang tahunnya!
“Aku akan menghajarnya kalau kami bertemu,” rutuk Mia.
Ia turun dari kasur, menyadari bahwa dirinya berada di kamar Rafael, namun pria itu tak terlihat di mana pun. Rasa pusing yang amat sangat serta rasa mual menghantamnya begitu kakinya menyentuh ubin lantai yang sejuk. Mia berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.
Setelah semuanya berhasil ia keluarkan, wanita itu menyandarkan tubuh di dinding, berusaha mengumpulkan tenaga untuk bangkit. Mia mengulurkan sebelah tangan untuk menekan penyiram toilet, lalu bangun demi membasuh wajahnya dan berkumur.
Selesai menggosok gigi dan mencuci muka, Mia mengunci pintu kamar mandi lalu memutuskan untuk pergi mandi karena gaun yang ia kenakan dipenuhi bau alkohol.
Wanita itu keluar dari bilik shower dengan tubuh terbalut jubah handuk milik Rafael. Dirinya merasa jauh lebih segar setelah air dingin mengguyur seluruh tubuhnya. Sisa pengar itu masih ada, namun sudah tak seburuk tadi.
Setelah berganti baju, Mia pergi keluar kamar, berniat mencari Rafael. Namun setelah bertanya pada Ian, yang kebetulan berpapasan dengannya, pria itu mengatakan bahwa Rafael harus pergi ke Cambridge karena ada urusan bersama ayahnya.
Kecewa mendengar jawaban itu, Mia pun mencari keberadaan ponselnya. Ia menemukan benda pipih itu di atas laci samping tempat tidur di kamar Rafael. Mia memeriksa ponselnya. Bahunya merosot kecewa karena tak mendapat kabar apa pun dari Dexter.
Pria itu tahu bahwa kemarin adalah hari ulang tahunnya. Kenapa ia tak menelepon atau mengucapkan selamat? Apa Dexter melupakannya dengan sengaja? Ataukah pria itu tidak peduli?
ㅤㅤ
Garpu yang ada di tangan Rafael terjatuh dan menimbulkan suara dentingan yang cukup keras ketika beradu dengan piringnya. Mulutnya menganga lebar mendengar penjelasan sang ayah.“Kalian berdua memutuskan untuk menikah?” ulang Rafael memastikan.
Senyum ayah melebar ketika Penelope, kekasih sang ayah, menggoyangkan tangan kirinya yang dihiasi cincin berlian di jari manis. “Ayahmu sungguh pria yang romantis, Rafael. Aku yakin dia pilihan yang tepat untukku. Juga, dia memperlakukan Addie dengan baik,” ujar Penny dengan nada penuh antusias.
Sebuah senyum perlahan tercetak di wajah Rafael. “Astaga, itu berita yang bagus,” katanya. “Apa Addie sudah tahu soal berita ini?”
“Tentu saja,” balas Julian. “Kami juga sudah memberitahu Jose.”
“Kapan pernikahan kalian akan dilaksanakan?”
“Tiga bulan ke depan,” jawab Penny. “Pernikahannya akan diadakan di London.”
“Ayah berniat menyewa tempat di gedung hotel di London,” Julian menjelaskan.
Rafael tersenyum lembut. “Aku ikut bahagia untuk kalian berdua.”
“Bagaimana denganmu, Rafael?” tanya Penny. “Tidakkah kau ada keinginan untuk menikah?” Wanita paruh baya itu menoleh pada tunangannya. “Julian bilang usiamu sudah 29 tahun?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
Художественная проза[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...