22 | there's no "us"

102 34 26
                                    

Hi, welcome back.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.



Rafael memasukkan ponselnya setelah membaca sekilas pesan yang ia terima dari Aubree tanpa repot membalasnya. Pria itu menekan bel pintu apartemen Mia dan menunggu.

Namun bukannya Mia, Rafael dibuat tercengang karena mendapati keberadaan Dexter di sana, bertelanjang dada. Terlebih lagi karena pria itu terlihat begitu santai menyambutnya seolah ialah pemilik apartemen tersebut.

"Oh, ternyata kau." Dexter melipat lengan dan berdiri menghadang pintu. "Ada perlu apa?"

"Aku ingin bertemu Mia. Minggir." Rafael berusaha mendorong Dexter agar menyingkir dari jalannya, tapi gagal karena Dexter malah mendorongnya menjauh.

"Apa urusanmu, bung?" tanya Dexter. "Kalau ada sesuatu yang ingin kau sampaikan pada kekasihku, katakan saja. Aku bisa menyampaikannya untukmu."

"Aku tidak butuh burung penyampai surat," ketus Rafael. "Minggir." Karena tak berhasil mendorong Dexter agar menjauh, ia pun berseru, "Pumpkin! Mia, kau di sana?! Kita harus bicara!"

Langkah kaki yang berasal dari dalam apartemen terdengar. Tak lama setelahnya, Mia berlari kecil menuju pintu depan.

"Ada apa? Aku mendengar--" Suara Mia menghilang ketika matanya bertemu dengan pasang mata biru milik Rafael. "Rafael," lirihnya.

"Pumpkin. Ada sesuatu yang harus kau dengar," desak Rafael. Ia menunjuk ke arah Dexter. "Dia bersekongkol dengan Alex untuk mendekatimu agar mereka bisa menyakitiku. Dexter adalah mata-mata suruhan Alex, Mia. Kau harus mempercayaiku! Aku punya semua buktinya."

Mia tak terlihat terkejut. Malahan, wanita itu tampak tenang. Reaksi tersebut membuat Rafael gelisah. Apakah ia terlambat? Apakah Dexter telah mempengaruhi pikiran Mia? Apa saja yang sudah diceritakan Dexter padanya?

"Huh, itu aneh," komentar Mia. "Dexter mengatakan yang sebaliknya padaku. Dia tahu ini akan terjadi, jadi Dexter memperingatkanku lebih awal. Dia menegaskan untuk tidak mempercayai apa pun bualan yang kau lontarkan."

"Apa--" Rafael melongo tak percaya. "Kau tidak seharusnya mempercayai Dexter! Seharusnya kau percaya padaku, Pumpkin! Aku sahabatmu. Dia pria yang jahat! Dia menggunakanmu untuk mencapai tujuannya!"

"Dan kenapa aku harus mempercayaimu?" balas Mia enteng. "Dexter bercerita padaku bahwa alasan sebenarnya kenapa Alex memutuskanku dulu adalah karena kau mengancamnya. Kau menyuruh Alex untuk memutuskanku agar kau mendapatkan kesempatan memilikiku!"

Mia menggeleng tak percaya, binar di matanya meredup dipenuhi kekecewaan. "Teganya kau melakukan itu padaku, Raf? Tidak lihatkah kau kalau aku begitu mencintai Alex saat itu? Kenapa?"

"A-aku... Pumpkin--" Rafael gelagapan, mencoba menemukan kalimat untuk diucapkan. "Aku bisa menjelaskannya. Aku punya alasan kenapa aku melakukannya."

"Apa itu yang kau lakukan di belakangku?" tuduh Mia. "Mengancam semua pria yang mencoba mendekatiku? Menyuruh mereka agar menjauhiku?"

"Pumpkin, kau salah paham. Aku akan menjelaskan--"

"Alasan apa lagi yang akan kau gunakan, Davis?" Kini giliran Dexter yang angkat suara. "Tidak cukupkah semua penderitaan yang kau timbulkan padanya?"

Rafael menoleh pada Dexter. Matanya menyalang penuh amarah seraya napasnya berubah berat. "Kau," geram Rafael. Ia mendekati Dexter dan mencengkeram kerah bajunya. "Apa yang kau katakan padanya?!"

Dexter tersenyum miring, meledek kemarahan Rafael. "Tidak banyak, hanya kebenarannya."

"Kau pembohong!" seru Rafael. "Kau mencuci otak Mia dengan kata-kata busukmu!"

Twisted Fate (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang