Hi, welcome back!
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.
•
•
•"Aku sudah memikirkan hal ini selama beberapa hari terakhir," kata Dexter. "Kurasa ini akan menjadi ide yang bagus."
"Apa maksudmu? Kita mau ke mana?" tanya Mia bingung.
Pria berambut ikal itu tersenyum. Ia meraih tangan Mia dan menggenggamnya lembut. "Kau akan tahu begitu kita sampai di sana. Aku yakin kau akan menyukainya."
Mia pun menunggu dengan sabar. Dexter melajukan mobilnya menyusuri 3rd Street, hingga akhirnya mobil Mercedes itu terparkir rapi di pinggir jalan depan gedung penampungan hewan.
Wanita itu mengernyit heran. "Kenapa kita kemari?" ia bertanya. "Apa kau berniat mengadopsi hewan?"
Dexter tersenyum. "Untukmu," jawabnya sambil menjawil hidung Mia. "Seperti janjiku sebelumnya, kau boleh mengadopsi kucing yang kau inginkan, dan kita bisa merawatnya di rumahku."
Mata Mia pun sontak berbinar antusias. "Benarkah??" Dexter mengangguk sebagai jawaban. Mia membekap mulut menggunakan tangan untuk menahan pekik girangnya. Wanita itu tersenyum begitu lebar seraya mereka memasuki tempat penampungan hewan tersebut.
"Hai! Selamat datang di Casey's Animal Rescue," sambut salah satu karyawan di sana. "Kalian ingin mengadopsi salah satu hewan kami?"
"Ya, kami berniat mengadopsi seekor kucing," jawab Mia.
Karyawan wanita itu tersenyum ramah. "Sure thing. Ada beberapa kucing yang kami biarkan berkeliaran di sini, ada juga yang kami taruh di kandang. Silakan ikuti aku."
Dua ekor kucing calico dewasa menyambut kedatangan mereka, salah satunya mengeong pada Mia dan menggosokkan badan ke kaki wanita itu. Tak tahan dengan keimutan itu, Mia pun menggendong salah satu kucing tersebut seraya mereka menyusuri ruangan penuh kandang itu.
Beberapa kucing di kandang itu mendesis dan mengeong keras ketika didekati, beberapa di antaranya memiliki tulisan peringatan untuk pengunjung agar tidak mendekati kucing-kucing itu. Kucing calico di gendongan Mia melompat turun dan berlari pergi karena merasa takut.
Wanita itu mendengar ngeongan anak kucing di salah satu kandang. Mia pun mengulurkan jari melalui sela-sela kandang agar bisa menyentuh kucing tersebut.
"Lihatlah bayi kecil ini!" kata Mia dengan suara diimutkan. "Dia sungguh menggemaskan."
"Kalian bisa menggendongnya, kalau mau," tutur karyawan wanita itu. "Silakan berkeliling terlebih dahulu, kalau kalian sudah menemukan kucing pilihan kalian, aku akan ada di sana untuk memberi kalian paperwork yang harus diisi."
"Tentu saja."
"Terima kasih."
Mia mengeluarkan anak kucing berbulu hitam itu dari kandangnya. Anak kucing lain yang ditaruh di kandang bersamanya menjauh ke pojok, tak ingin disentuh. Ia menggendong anak kucing tersebut dan membelai kepalanya."Lihat, Dex." Mia mengangkat anak kucing itu. "Dia sungguh kecil dan menggemaskan."
Dexter tersenyum melihat rasa kebahagiaan terpancar jelas di wajah sang kekasih. "Kau jauh lebih menggemaskan darinya, sayang," godanya.
Mia terkekeh. Ia menggesekkan pipinya ke bulu anak kucing itu. "Dia sungguh lembut dan kecil."
"Apa dia yang akan kau pilih?" tanya Dexter.
"Entahlah." Mia menurunkan kembali kucing itu. "Semua kucing di sini sungguh menggemaskan. Rasanya seperti aku ingin membawa pulang mereka semua."
"Pilih satu saja, sayang," kata Dexter. "Bisa-bisa aku kewalahan jika kau ingin membawa mereka semua pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
Fiksi Umum[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...