06 | officially taken

391 232 151
                                    

Hi, welcome back.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Kalo suka, jangan lupa dimasukin ke library juga ya.



Mia menarik napas sebelum ia memencet tombol hijau di layar ponselnya. Ia tak segera menempelkan ponsel ke telinga, malahan, ia menunggu hingga panggilan itu diangkat. Setelah waktu penghitung lama panggilan memulai, yang menunjukkan bahwa panggilan itu telah diangkat, barulah Mia menempelkan benda pipih tersebut ke telinga.

“Halo?” Ia mendengar pria itu menyapa lebih dulu.

“Aku ingin meminta maaf,” ujar Mia tanpa basa-basi. “Karena aku kabur semalam."

“Oh.” Ia mendengar pria itu menghela napas di seberang panggilan. “Kukira kau meminta maaf untuk menolak perasaanku.”

“Aku… tidak ingin membicarakan ini lewat telepon.” Mata Mia berkelana memandang sekitar. Ketika matanya tak sengaja bertemu dengan salah seorang pejalan kaki, ia memutuskan bahwa kukunya jauh lebih menyenangkan untuk dipandang. “Bisa kita bertemu? Kapan pun kau senggang. Aku janji tidak akan kabur lagi nanti.”

Ia mendengar pria itu tertawa di seberang panggilan. “Aku akan memegang janjimu. Kau beruntung karena aku sedang senggang sekarang. Mau bertemu hari ini?”

Mia mengulum senyum. “Boleh.”

“Pukul empat sore ini, bagaimana?”

“Terdengar seperti rencana yang bagus.”

“Baiklah,” balas Dexter riang. Mia bisa merasakan rasa antusias pria itu menular padanya. “Aku akan menemuimu nanti.”

“Di 182 Montague Street,” Mia memberitahu sebelum Dexter mematikan panggilan. “Itu alamatku. Apartemen Mont Tower.”

“Oh! Benar. Aku belum mengetahui alamatmu. Um, aku akan mengingat-ingatnya.”

Mia tersenyum. “Jangan sampai tersesat.”

“Tidak akan,” balas Dexter.

Mia mematikan panggilan. Ia mendapati dirinya tersenyum memandang benda pipih itu bahkan setelah layar ponselnya berubah gelap. Mungkin ini keputusan yang tepat. Ia akan menerima perasaan Dexter, dan mereka akan menjadi sepasang kekasih. Ia tidak perlu memikirkan perasaan Rafael lagi. Karena mereka hanya berteman, dan selamanya akan seperti itu.

ㅤㅤ
“Bagaimana penampilanku?”

Mia menyandarkan ponselnya di meja rias agar ia bisa menunjukkan pakaiannya pada Hannah. Ia memutar tubuh di depan kamera.

“Apa ini terlalu simpel untuk kupakai berkencan dengan pria tampan?” tanya Mia.

Hannah terkesiap. “Kau akan berkencan?? Dengan siapa? Ke mana? Sejak kapan kalian bertemu?” cecarnya. “Beritahu aku! Aku ingin mendengar semua cerita detailnya!”

Mia melipat lengan di depan dada. “Ya, aku akan pergi berkencan. Namanya Dexter. Aku tidak tahu dia akan mengajakku ke mana. Dan aku bertemu dengannya minggu lalu.”

Hannah mengerutkan kening. “Tunggu dulu. Kukira kau dan Rafael bersama,” celetuknya.

“Kita hanya berteman, Hannah,” Mia mengoreksi. “Dexter-lah yang akan menjadi kekasihku.”

Hannah memandangnya penuh arti. “Kalian berdua bertengkar?”

“Kenapa kau menyimpulkan seperti itu?”

“Kau selalu melakukan hal yang ceroboh setelah kalian berdua bertengkar.”

“Aku tidak meneleponmu untuk mendengar komentarmu tentang hubunganku dengan Rafael, oke?” Mia meraih dua mantel yang ia letakkan di atas tempat tidur. “Aku meneleponmu untuk mendengar pendapatmu. Yang kanan atau kiri?” tanyanya sambil mengangkat kedua mantel itu.

Twisted Fate (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang