Welcome back and enjoy your reading.
•
•
•"Ayolah, Nolan, berkendaralah lebih cepat lagi!"
Pria paruh baya yang duduk di balik kursi kemudi itu merengut kesal. "Saya sudah berusaha menyetir secepat yang saya mampu, sire."
"Well, kau tidak cukup cepat," balas Rafael. "Ini masalah penting! Kita harus segera menemukan Mia. Bagaimana jika kita terlambat mengejar mereka?"
Nolan menyalip mobil di depannya, mengabaikan raungan klakson dari mobil itu karena disalip tanpa aba-aba. "Saya sedang berusaha menyetir secepat mungkin, Mr. Davis. Jika Anda terus merecoki kemampuan menyetir saya, bisa-bisa kita celaka karena fokus saya terbagi," rutuknya.
"Dia benar, Raf," timpal William. Pria itu meremas lembut pundak sahabatnya. "Bersabarlah sedikit. Kita pasti akan mendapatkan Mia kembali.""Taksi yang mereka tumpangi telah mencapai Great West Road," suara Marlo menggelegar dari speaker ponsel milik Jasper.
Mobil SUV yang mereka tumpangi telah mencapai Flyover Hammersmith, sekitar lima menit jaraknya dari taksi yang ditumpangi Mia bersama Dexter. Marlo memberikan nomor pelat taksi itu, menyuruh Nolan untuk mengikuti dari jarak aman selagi polisi dalam perjalanan.
Jasper menggigit kuku jempolnya. "Ke mana bajingan itu hendak membawa Mia?" gumamnya rendah.
"Heathrow," jawab Nolan singkat.
"Apa?"
Tanpa mengalihkan pandangan dari jalan, Nolan menjelaskan, "Hanya sebuah asumsi. Mungkin pria ini hendak membawa Nona Collins ke bandara Heathrow."Rafael menoleh pada William, mereka saling bertatapan untuk beberapa detik sebelum Rafael menyuarakan pertanyaan di benaknya. "Apa Dexter berniat membawa Mia kembali ke Brooklyn?"
"Mungkin," balas William.
"Ke mana pun itu--" sahut Jasper cepat, "kita harus menghentikan Dexter sebelum dia sempat membawa Mia naik ke pesawat."
"Itu ide yang bagus," cetus Marlo. "Aku akan memberitahu polisi untuk mencegatnya di bandara."
"Kau sudah memberi mereka deskripsi Dexter dan Mia, 'kan?" tanya Rafael.
"Sudah," Marlo menjawab. "Aku memberi mereka foto keduanya."
"Baguslah."
"Mari berharap pada Tuhan rencana kita akan berhasil," ujar William.
Mendengar itu, Rafael sontak menyatukan kedua tangannya. Jari-jemarinya saling bertaut rapat, matanya terpejam selagi Rafael memanjatkan doa dalam hati. Meminta tolong pada Tuhan agar Ia membantu mereka.
Kumohon, Tuhan, jaga Mia untukku, pinta Rafael.
"Itu dia."
Kepala Rafael terangkat mendengarnya. Tangan Jasper sedang menunjuk ke arah sebuah taksi yang berada yang jauh di depan mereka.
"Marlo?" Jace memanggil. "Apa rencananya, sobat? Kita ikuti taksi itu sampai bandara?"
"Ya, beberapa polisi sudah sampai di bandara Heathrow. Mereka sedang menyebarkan informasi mengenai Dexter pada petugas keamanan di sana untuk mencegatnya, berjaga-jaga kalau dia berhasil kabur dari kepungan polisi," jawab Marlo.
Jasper menoleh ke belakang, meminta persetujuan dari Rafael. "Bagaimana, Kawan? Kau setuju dengan ide Marlo?"
Pria itu mengangguk. "Apa pun itu untuk mendapatkan Mia kembali dengan selamat," jawab Rafael.
"Kita hampir mencapai bandara," Nolan memberitahu. Pandangannya masih tertuju pada taksi yang mereka ikuti.
Punggung Jasper menegang ketika ia menyadari sesuatu. "Tunggu, kalau taksi itu menuju bandara Heathrow, seharusnya dia mengambil sisi kiri jalan," katanya.
Rafael mencondongkan tubuh ke depan untuk melihat lebih jelas. Apa yang dikatakan Jasper benar. Seharusnya taksi itu mengambil sisi kiri jalan jika tujuan Dexter adalah membawa Mia pulang ke Brooklyn.
Kenapa mobil itu malah mengambil sisi kanan jalan?
"Tidak," lirih Rafael. "Tidak, tidak, tidak!" ia berseru panik ketika taksi itu tak berbelok ke kiri, di mana jalan menuju bandara Heathrow seharusnya, namun malah terus melaju lurus mengikuti jalan tol.
"Kita salah perhitungan!" seru William.
"Mereka tidak pergi ke bandara Heathrow!" timpal Jasper. "Marlo! Beritahu para polisi!"
"Sedang kulakukan, Jace," sahut Marlo segera.
ㅤㅤ
"Kita mau ke mana?" tanya Mia. Wanita itu menoleh ke luar jendela. Perasaan cemas dan paniknya tak kunjung reda karena ia terjebak di mobil yang sama dengan Dexter."Ke suatu tempat," jawab Dexter singkat. "Berapa lama lagi, sobat?" tanyanya pada si sopir.
"Setengah jam lagi, paling lambat," jawab pria yang duduk di balik kursi kemudi.
Suara itu membuat alis Mia bertaut. Entah kenapa, suara pria itu terdengar familier. Di mana ia pernah mendengarnya?
Dexter mengerang. "Aku harus duduk di sini untuk setengah jam lamanya?"
"Kau pikir menyetir selama satu jam setengah tidak melelahkan? Bersabarlah, Dex," balas sopir itu.
"Siapa kau?" Mia menyahut, penasaran. Kenapa sopir itu bisa mengenal Dexter? Siapa pria itu sebenarnya?Kedua pria di dalam mobil itu terdiam untuk beberapa saat. Dexter melirik si sopir dari spion, lalu menyandarkan tubuh, sebelah lengannya terentang di punggung kursi mobil.
"Kau mengenalku, Belle," jawab pria yang duduk di kursi kemudi. Wajah Mia berubah pias begitu ia mengenali nama panggilan itu. Belle. Hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan nama itu.
"Kau..." lirih Mia. Alisnya berkerut kecewa dan dipenuhi ketidakpercayaan. "...Alex?"
Akhirnya, pria itu melepaskan topi yang ia kenakan. Jantung Mia seakan ditusuk dengan pisau tak kasat mata ketika ia melihat pria itu tersenyum.
"Senang bertemu denganmu lagi, Belle."
Dengan air mata menggenangi pelupuknya, Mia mengepalkan kedua tangan erat-erat. "...Bagaimana bisa? Teganya kau melakukan ini padaku?!" ia menjerit.
"Berhentilah berteriak, Belle, kau membuat telingaku berdenging," balas Alex santai.
Dexter meremas pundak Mia lembut. Pria itu mencondongkan bibir pada telinga Mia dan berbisik, "Kau membuat kesalahan besar karena tak mempercayai Rafael waktu itu, Butterfly."
Rambut halus di tengkuk Mia meremang mendengar kata-kata Dexter. Napasnya berubah pendek ketika pria itu memberinya kecupan ringan di pundak. Mia mendorong Dexter sekuat tenaga, membuat pria itu tersentak ke belakang, punggungnya menubruk pintu mobil cukup keras.
"Menjauh dariku," desis Mia.
Ia ketakutan. Dan Rafael tak ada di sini untuk menyelamatkannya. Ia sendirian. Apakah ini akhir dari nasibnya? Ataukah semua penderitaan itu hanya sebuah permulaan dari penderitaan lain yang akan ia dapatkan?
•
•
•
TBC.ㅤㅤ
See you on next chapter!ㅤ
ㅤ
[ February 13th, 2024 ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (TERBIT)
General Fiction[ SUDAH DITERBITKAN, BISA DIAKSES/DIBELI LEWAT GOOGLE PLAYBOOK. LINK EBOOK TERTERA DI BIO. ] ----- ㅤ [ BOOK ONE OF THE FATE SERIES ] ㅤㅤ [ 18+ ] Alexander Vangelis kembali ke Brooklyn setelah menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana untuk membala...