BAB 13

862 173 25
                                    

BAB 13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 13

Beomgyu mendorong pelan pintu ruangan ayahnya. Tiap kali kakinya menjejakkan lantai linoleum itu, memori Beomgyu mengembara. Tahun-tahun awal masa pertumbuhannya, bermain bersama Hyung sebagai perompak dan bajak laut nakal. Beomgyu akan mengenakan satu penutup mata hitam, sedangkan Hyung akan menggunakan tangan mainan dengan ujung melengkung. Mereka hanya berdua, tapi jika sudah bermain, rasanya ada kawanan gagak di sini—saking ribut dan serunya.

Beomgyu mengulum senyum mengingatnya seraya berjalan ke dekat sosok yang masih berkutat di dekat meja kerja. "Appa."

"Nak, duduklah."

Beomgyu menarik kursi berbantalan empuk seraya memandang beliau. Ayah Beomgyu tipikal orang praktis. Berada di komunitas, di tengah perjamuan klan atau bahkan sejumlah diskusi penting dengan para petinggi Wild Tiger, ayah Beomgyu sosok karismatik yang menarik perhatian siapa pun. Wajahnya tampan memancarkan kebijaksanaan dengan suara berat yang merdu. Beomgyu sangat mengidolakan ayahnya melebih siapa pun sampai detik ini. "Apa yang ingin kau bicarakan, Appa? Sepertinya sangat penting sampai hanya ada kita berdua."

Ayah Beomgyu menghela napas lantas mulai duduk di dekat Beomgyu. Pancaran matanya hangat. Sesuai makan malam, ayah Beomgyu terlihat lebih segar dan lebih bersemangat daripada sebelumnya. "Soal hasil tesmu. Jadi, bagaimana? Apakah kau akan tetap sekolah di Etha? Nenekmu ingin kau langsung bertugas di sini tapi aku rasa, kau masih ingin senang-senang."

"Yah, itu.."

"Aku tahu, kau masih muda. Tapi, aku juga mau kau tahu kalau di keluarga Choi, kau juga tumpuan kami. Sebagai lead, kau akan meneruskan pack dan mulai bertugas di dekat perbatasan. Tidak hanya itu, liburan musim panas, musim dingin, Natal sampai pergatian tahun, kau akan terus mengawal para anak buahmu. Aku juga salut dengan hasil kecakapanmu, nampaknya kau tidak hanya pintar dalam hal fisik saja, Beomgyu," pujinya pelan.

Beomgyu merasa dadanya mengembang bangga. Namun, tidak sampai satu detik, Beomgyu merasa gundah lagi. "Aku.. masih ingin di Etha." Dengan Taehyun. Bersamanya. Beomgyu merasa dorongan itu teramat kuat sampai rasanya dia tidak ingin Taehyun jauh-jauh darinya. Beomgyu, jujur, merasa kaget dan kalut betapa besar dia ingin melidungi Taehyun seorang diri. Padahal, yah, seharusnya yang Taehyun hindari adalah dirinya; bagaimana Beomgyu ingin terus memonopoli Taehyun untuk dirinya sendiri, keuntungannya.

"Pikirkan sejenak, Nak. Aku tahu, kau bisa memutuskan dengan baik."

Ayah Beomgyu terlihat bangkit seraya mendekati satu rak tinggi. Beliau melirik kecil lewat sisi bahu namun tidak mengucapkan banyak kalimat. Beomgyu tahu betul, ayah pasti mengharapkan jawaban Ya yang tegas dari Beomgyu. Atau bahkan jawaban yang tidak terkesan bimbang seperti tadi. Tapi, ini hidupnya, kan? Mengapa dia harus tergesa-gesa untuk tanggung jawab sebesar itu? Apalagi, dia baru mencicipi 'indahnya' masa SMA tanpa pengekangan mereka, merantau ke pusat kota yang dinamis seperti Etha, kemudian berpertualang mencari jati diri.

HESTIA CLASS | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang