TRACE OF YOU

501 103 7
                                    

Di empat puluh hari yang kita punya, aku ingin menghabiskan waktu secara penuh denganmu.

.

.

hestia class – bonus chapter

TRACE OF YOU

Seusai acara pemakaman, aku bangun setengah menggigil di atas ranjang. Aku buru-buru mencari-cari saklar lampu hingga kamarku penuh cahaya. Mulutku sangat kering sampai meneguk ludah terasa menyakitkan. Keluar dari pintu, aku mendapati ibuku masih pucat dan dia memandangku nanar. "Beomgyu."

"Di mana anakku?"

Ibu menoleh ke kamar lain. Kami sengaja menempati rumah sementara ini karena aku benar-benar tidak ingin ke manapun, termasuk berada di rumah Taehyun. Aku langsung menggeluyur masuk, mendapati putraku masih terlelap. Wajahnya tenang, bibirnya agak membuka.

"Beomgyu, kau pasti lelah. Istirahat saja, Eomma yang jaga Goreum," gumam ibu sembari mengusap rambutku dari belakang.

Seharian ini terasa mimpi. Ketika aku menatap wajah putraku, aku dihantam lagi perasaan menyakitkan. Luka ditaburi garam. Luka yang terbuka mengaga. Taehyun sudah tiada. Sebanyak apa pun aku berusaha mengenyahkan bayangan Taehyun, sebanyak itu dia berkerumun di kepalaku.

.

.

Panggilan pertama. Sebagai lead, aku tidak butuh banyak intruksi. Tugas kami jelas, mencari buruan di sekitar Heva, dan jarak dari pusat kota Heva yang ramai dan hutan cukup jauh. Goreum bersama keluargaku, katanya dia baik-baik saja. Aku butuh uang, jadi aku setuju menjadi lead. Ke depannya, aku tidak mau tetap menumpang di rumah orang tuaku dan merasa menjadi beban. Aku akan bawa Goreun dan mencari rumah baru yang nyaman untuk kami. Aku mungkin akan menggunakan uang itu untuk modal. Entah usaha apa pun, aku akan sanggupi demi hidup kami berdua.

Aku menoleh, masih tersengal-sengal seusai berubah menjadi wujud manusiaku. Dalam pakaian serba gelap itu, aku membawa senapan di depan dada. Aku memberi isyarat pada yang lain agar begerak lebih dahulu, sedangkan aku mengwasi dari belakang. Ada banyak kabar bahwa ada monster penjerat di sini. Penjerat Jiwa. Aku tidak pernah takut apa pun, kecuali kematian. Mungkin hari ini aku akan terkejut.

"Bergerak cepat!" Aku berbisik, kemudian melangkah lebar-lebar. Air menggenang di atas lumpur, jadi agak licin. Bobot senapan itu cukup membuatku agak repot, jadi ketika aku tetap mendekapnya bagai anak bayi, aku hampir tersuruk lagi.

"Beomgyu!"

Aku mengangguk, mulai membidik mangsa kami. Katanya, di sekitar sini ada hybrid liar, tapi tujuan kami adalah rusa-rusa jantan yang susu dan dagingnya akan kami bawa langsung ke pusat. Mereka butuh rusa ini untuk observasi dan bayarannya cukup bagus untuk satu ekor, baik dewasa atau yang anak-anak. Aku menyipitkan mataku seraya membidik satu rusa yang matanya agak tajam.

"Ah, sial!" Peluru itu melesat dan rusa itu berlarian heboh. Aku cepat mengejarnya, tapi sepatuku tidak banyak membantu. Tubuhku terpeleset di tepi bukit, sampai rasanya terperosok sangat dlam. Aku berpegangan pada apa pun agar aku tidak makin terperosok, membuat lengan dan tanganku penuh lumpur dan rumput-rumput.

"Beomgyu!"

"Di sini!" teriakku. Sepertinya pinggangku agak terkilir. Sebelumnya, aku sering ikut operasi bersama seniorku yang lain. Menjelajah, mengendap-endap, merunduk, berjalan di lumpur, bahkan melewati jembatan mengerikan. Sekarang, pikiran dan konsentrasi aku pecah, jadi aku menyerah. Satu tangan terulur, hendak membantuku dan aku cepat meraihnya. Aku mendorong tubuh bawahku agar naik, sedangkan sosok lain di pasukan kami turut membantu.

HESTIA CLASS | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang