BAB 3

1K 192 49
                                    

BAB 3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 3

Mengipasi wajahnya, Taehyun berdiri di dekat gerbang sekolah dengan wajah suntuk. Ke mana dia? Apakah Pak Woo lupa untuk menjemputnya? Astaga, Taehyun sudah ingin duduk dengan hawa sejuk dalam mobil, bukannya merasa gusar karena menunggu.

Lama sekali!

"Em, Tae, belum pulang?" Satu suara membuat Taehyun menoleh. Sekujur tubuhnya meremang karena suara berat tersebut. Namun, setelah sadar bahwa suara itu amat familier di telinga, Taehyun memberenggut lantas memalingkan wajah. "Aku.."

"Sudah kubilang, jangan bicara." Apalagi ada murid-murid lain yang turut bubar. Bisa saja, salah satu gerombolan itu adalah Klan White Wolf, mau ditaruh di mana wajahnya? Taehyun belum mau digosipi lebih jauh karena kedekatan mereka. Tidak. Dekat itu terlalu intim, karena 'ketidakberuntungan' yang mempersatukan dia dan si Choi ini.

"Oke, sampai jumpa."

Akhirnya, Beomgyu melajukan sepeda motor besarnya, menjauh dari bangunan sekolah. Setelah sosok itu pergi, barulah Taehyun lebih rileks. Ada ketenggangan membiusnya tiap kali Beomgyu di dekatnya. Bau pinis dan basah. Bau pinus khas pedalaman. Bau pinus yang malam itu.. Taehyun meringis. Tidak! Tidak! Jangan diingat-ingat lagi! Toh, malam itu seharusnya tidak pernah ada, tidak pernah terhidung dalam daftar malam dalam setahun ini.

"Tuan Taehyun." Suara Pak Woo menyapanya, disusul dengan wajah yang terlihat dari dalam mobil.

"Kenapa lama?" pekiknya seraya meraih handle pintu dan mendudukkan diri di dalam mobil. Tidak lupa, dia menutup pintu rapat sebelum ada yang lihat betapa gusarnya wajah Taehyun. Padahal, Taehyun selama ini dikenal sebagai murid terkalem dan tidak pernah banyak omong. Gara-gara Beomgyu! Hih, gara-gara dia Taehyun harus terjebak sejauh ini, dengan rentetan hari-hari buruk di kelas Hestia.

"Anda mau makan siang dahulu sebelum pulang?" tanya Pak Woo dengan ramah. Dia melirik lewat spion tengah mobil sampai Taehyun menggeleng sebagai jawaban. "Baiklah, Tuan Muda."

"Apakah Appa dan Eomma belum pulang?"

"Yah, mereka sibuk. Kemungkinan sampai akhir minggu ini. Walaupun Nyonya akan pulang secara teratur tapi dia pasti akan di Myungha lebih lama dari biasanya. Apalagi ada penerimaan mahasiswa baru dan juga rapat antar dekan."

"Hah, mengesalkan." Jadi, pagi tadi adalah terakhir mereka sarapan bersama selama seminggu ini? Tidak heran sih. Taehyun sudah terbiasa di tengah-tengah kesibukan orang tuanya, apalagi ayahnya. Setelah tes klan keluar, ayahnya serba sibuk di Everden Institute. Apalagi, beliau.. mengatur semua skema tes tersebut—apakah mungkin dia sudah lihat?! Hasil Taehyun? Mendadak Taehyun gugup, sedangkan mobil meninggalkan bangunan sekolah.

Kalau aku Omega?!

Taehyun tercekat napasnya sendiri. Selama ini, tidak hanya ibu dan ayahnya, tapi seluruh anggota keluarga menantikan hasil Taehyun. Sebagai anak laki-laki satu-satunya, Taehyun jelas akan melanjutkan beberapa perusahaan orang tuanya, terkait kepemilikan cabang rumah sakit, laboratorium pusat, dan sebagainya. Sebagai anak laki-laki, Taehyun jelas diharapkan menjadi seorang Alpha yang tangguh. Bukan Omega. Jangan Omega. Bahkan ayahnya tabu menyebut Omega sebagai klan mereka, jadi dia biasa menyebut itu "Bagian Lain" seolah momok.

HESTIA CLASS | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang