BAB 33
Taehyun menyebut perutnya si Semangka. Beomgyu akan tertawa kalau saja tidak ingat bagaimana Taehyun sebenarnya berusaha menghiburnya agar tidak terus menerus khawatir jelang kelahiran. Yah, kandungan Taehyun sudah masuk usia delapan bulan lebih, makin dekat dengan tanggal kelahiran yang diperkirakan dokter. Taehyun makin sadar, dibanding dirinya, Beomgyu sudah pucat di tiap hari. Bahkan Beomgyu terus terbangun tiap dua jam sekali karena takut Taehyun mengeluh sakit dan perlu dilarikan ke rumah sakit.
"Tapi memang seperti semangka," katanya berusaha menjelaskan, seperti yang sudah-sudah. Kali ini karena Pelayan Joo bilang itu lebih mirip melon matang. Taehyun tidak terima. "Ini seperti semangka kalau.." Waktu dia hendak mengangkat dasternya, Beomgyu menahannya dan menggeleng.
"Kau mau memamerkan perutmu ke tiap orang?" katanya.
Taehyun mengerang. "Tapi dia harus tahu, perutku lebih mirip semangka, tahu!" Akhirnya, Taehyun mengalah dan gagal memamerkan perutnya. Ada garis-garis makin jelas di perutnya, seperti motif semangka. Tiap kali Beomgyu melihatnya, Beomgyu takut pingsan. Sekarang pun begitu.
Pelayan Joo manggut-manggut. "Baiklah, si Semangka," katanya berusaha mencairkan suasana. Tidak sulit untuk menebak reaksi Beomgyu—dia tidak senang. Mungkin dia masih khawatir, jadi lebih baik Pelayan Joo tidak membahasnya lebih lanjut.
Setelah Pelayan Joo izin pamit untuk siap-siap memasak, Taehyun beralih memperhatikan Beomgyu. "Kau kenapa?"
"Aku sudah bilang, tubuhmu itu jangan dipamer-pamer seperti itu. Apakah kau tahu bagaimana itu cukup.. mengejutkan? Bagaimana kalau Pelayan Joo juga kaget melihat perutmu?"
"Kau pikir perutku ini tidak layak dilihat?" katanya, mulai tersinggung.
Beomgyu cepat-cepat menggeleng. "Bukan begitu. Aku hanya tidak suka ada yang melihat perutmu begitu saja. Jadi, kita sepakat, ya? Kau boleh pamer perut kepadaku saja, oke?" Beomgyu sudah mengacungkan kelingkingnya dan Taehyun memberengut, namun menautkan kelingking mereka. "Perutmu yang cantik hanya boleh dilihat olehku."
"Genit!" Taehyun tersenyum.
"Apakah sakit, Tae? Kau merasa.. sudah dekat?"
Taehyun menggeleng. "Belum, tuh. Aku merasa biasa saja." Akhirnya, Taehyun mulai bergerak dari posisinya, meskipun dia agak merintih. "Aku mau ambil minum."
"Aku yang ambilkan," kata Beomgyu dan cepat mengambilkan minum lantas menyerahkan pada Taehyun.
"Trims."
"Kau tidak boleh banyak bergerak."
"Tapi kalau mau persalinannya lancar, aku harus bergerak juga," sahut Taehyun tidak mau kalah. Beberapa saat hanya ada keheningan, Taehyun langsung dapat membaca ekspresi Beomgyu. Dia takut, sangat takut. Jadi, Taehyun menaruh gelasnya dan menangkup wajah Beomgyu. "Aku tahu kau takut, tapi kau percaya kan? Aku akan melahirkan anak kita, jadi jangan terlalu takut."
"Hm."
"Kau juga akan mendampingiku nanti, jadi aku tidak takut," hiburnya.
Beomgyu agak menunduk, mengecup jemari Taehyun yang masih menyangga sisi rahangnya. Beomgyu mengecup sekitar telapak tangan Taehyun yang hangat. "Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi."
"Tidak akan," tukasnya cepat.
"Janji, ya."
Beomgyu sulit mengurai perasaannya sekarang. Kacau, bingung, khawatir, marah, linglung. Dia juga kurang tidur jadi sesuatu di kepalanya agak berdenyut, dan tubuhnya memprotes. Tapi, dia ingin selalu terjaga agar bisa menjaga Taehyun. Dia tidak mau dia tertidur padahal Taehyun sewaktu-waktu membutuhkannya.
Taehyun balas mengecup bibir Beomgyu lembut. "Ya, janji. Kita hadapi bersama, oke?"
.
.
Turun dari ambulans, mereka membawa Taehyun. Roda-roda beradu dengan lantai dingin, sedangkan para perawat dengan sigap menyiapkan ruang operasi. Beomgyu ikut berlari karena terburu-buru mengikuti langkah-langkah tegap dokter dan juga ranjang rumah sakit yang membawa Taehyun.
Taehyun mengenggam tangan Beomgyu. Dia takut juga, Beogmyu tahu. Meskipun terus meneguhkan Beomgyu, Beomgyu yakin Taehyun sebenarnya tidak pernah berurusan dengan ruang operasi. Hari ini, terjadilah.
"Ruang operasinya siap?"
"Siap, Dok," kata perawat yang berjaga. Mereka langsung membawa masuk Taehyun. Perawat itu menahan dada Beomgyu. "Maaf, siapa Anda? Apakah berhubungan dengan pasien?"
"Saya suaminya."
Perawat itu mengangguk, lalu menyerahkan pakaian hijau yang steril, sama seperti yang dipakainya. "Anda boleh masuk." Beomgyu cepat menurut, mengenakannya cepat, dan terakhir mengenakan masker dan sarung tangan elastis.
Beomgyu masuk bersama dokter yang terakhir muncul seraya menutup ruang operasi itu. Dini hari tadi Taehyun mengeluh perutnya terasa panas dan kram. Beomgyu langsung sadar waktu ada sesuatu yang merembes dari bawah pakaian Taehyun di ranjang mereka. Dia langsung saja meraih kunci mobil, tapi tersadar Pelayan Joo sedang bawa mobil tadi malam untuk menjenguk kakaknya yang sakit di desa sebelah. Jadi dia cepat menghubungi ambulans. Di sinilah mereka berada.
Taehyun sempat tersenyum, mencari-cari tangan Beomgyu. Setelah Beomgyu muncul dan menautkan tangan mereka, Taehyun tersenyum lebih lebar. Peluh mengucur di dahi dan sekitar lehernya.
Operasi pun dimulai. Dokter mulai meminta Taehyun mengatur napas agar lebih rileks. Sedangkan Beomgyu tidak berani melihat ke mana-mana karena ngeri. Dia fokus pada wajah orang yang dicintainya dan sekarang tengah berjuang demi bayi mereka.
Beomgyu ingin menangis. Tidak pernah dia membayangkan melahirkan butuh lebih banyak tenaga daripada siapa pun. Dia juga tidak pernah membayangkan bagaimana ada sosok yang rela bersentuhan dengan maut seperti sekarang.
"Taehyun." Beomgyu sudah menangis, tanpa sadar. "Terus bersamaku, ya? Tetap sadar, oke?" katanya penuh penekanan, mewanti-wanti.
Taehyun mengangguk. Wajahnya terlihat tegang, dan berusaha menarik napas seperti yang dokter suruh. "Beomgyu."
"Kumohon, tetap bersamaku," katanya dan meremas tangan Taehyun lebih kencang. Beomgyu tidak sanggup melihat untuk sejenak, jadi dia menutup matanya, membiarkan air mata berjatuhan. Bahkan Beomgyu takut dia yang pingsan di tempat karena saking tidak sanggupnya. Tekanan itu melebar di udara, dan Beomgyu tidak sadar dia terus menangis panik.
Belum pernah Beomgyu merasakan adrenalinnya terpompa kuat, napas tersendat dan dia merasa begitu kecil sekarang. Tekanan itu menikam dada. "Taehyun, tetap kuat untukku."
Taehyun mulai dibius, sedangkan para perawat sibuk di sekitar mereka dan dokter mulai membuat sayatan memanjang di perut Taehyun. Seluruh prosesnya berlangsung hati-hati dan tenang. Ketika suara tangis itu pecah, semua yang di ruangan tersebut langsung menyambutnya. Taehyun menghela napas yang sudah tersisa tipis.
Beomgyu mulai memberanikan membuka mata, meskipun dia tidak tahu apa yang akan dilihatnya. Beberapa waktu berlalu dengan tegang dan menyiksa untuknya sendiri. Dokter mulai sibuk mengeluarkan plesenta, memberikan injeksi, lantas menutup sayatan dengan jahitan. Sementara perawat membersihkan sisa
"Bayinya sangat sehat, Tuan," ujar satu perawat yang mulai menggendong bayi yang masih kemerahan itu. Beomgyu masih sulit melihat karena air mata yang menggenang, apalagi waktu dia dari dekat melihat bayi itu masih menangis kencang, suaranya menggetarkan ruang operasi.
Rambutnya sudah hitam, dengan tangan mengepal, meskipun seluruh tubuh dan kulitnya masih kemerahan dan baru dibersihkan dari sisa darah yang melekat padanya. Beomgyu masih mematung, tidak dapat berucap apa pun.
Suara tangis bayi itu makin kencang, sedangkan Beomgyu masih tercekat napasnya.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
HESTIA CLASS | beomtae ✔
FanfictionDi tahun 2040, manusia terbagi menjadi beberapa klan, sesuai dengan transformasi tubuh mereka. Klan terkuat ditempati oleh White Wolf. Klan ini menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan. Beberapa keluarga besar klan White Wolf bahkan pernah menjabat...