BAB 22
Dalam limosin tersebut, ayah Taehyun masih berbincang sengit dengan seseorang di ujung telepon. Suara beliau sangat keras, ditambah dengan intonasi yang patah-patah, sangat serius. Ibu Taehyun melirik sekilas, lantas kembali termenung. Seumur hidup, Taehyun tidak pernah menentang mereka. Dia patuh, selalu mendengarkan. Dia juga tidak pernah mengeluh berlebihan, sesekali memprotes, tapi selebihnya akan dia lakukan dan patuhi. Ini pertama kali.
"Aku tahu, sebaiknya kalian bersiap. Kami di perjalanan."
Jarak Heva dan Etha membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua jam, ditambah dengan suasana hati ayah Taehyun yang memburuk, ini akan jadi perjalanan panjang.
"Siapa?"
"Tuan Bong. Dia sudah mengizinkan kita datang. Demi Taehyun, aku menginjakkan Heva lagi, cih."
Ibu Taehyun menghela napas. Kebencian suaminya sejelas hitam dan putih. Ibu Taehyun sudah pasrah saja, tidak mau ambil pusing. Toh, fokus mereka adalah menemukan Taehyun lagi. Semalaman, bahkan sejak dua hari lalu, ibu Taehyun terus resah; susah tidur dan enggan makan. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran akan Taehyun. Apakah dia tidur di tempat layak? Makannya cukup? Selimutnya cukup hangat? Dia tidak digigit nyamuk atau menderita, kan? Ibu Taehyun tidur di ranjang empuk dan besar, selalu makan makanan lezat, selalu hangat dan nyaman, tapi putranya?
"Aku ingin berpesan padamu, berhenti bersikap keras dengan putra kita. Taehyun sudah cukup mengalami banyak hal buruk," gumam ibu Taehyun sendu.
"Kau ini yang terlalu memanjakannya, jadi dia tidak bisa diatur!"
"Aku tidak pernah memanjakannya, Taehyun sudah besar dan bisa berpikir mana yang baik dan buruk," tukasnya. "Dia bukan anak kecil lagi, kau tahu itu."
Ayah Taehyun berdecak seraya menyandarkan punggung lebarnya ke jok mobil. "Entahlah, dia kadang bodoh."
"Dia berbeda denganmu. Dia tidak bisa diatur-atur lagi seperti dulu," jelas beliau. Ibu Taehyun sadar, Taehyun sudah banyak berubah beberapa tahun belakangan dan itu jelas wajar. Justru dia berpikir, apakah pengasuhan mereka yang salah? Apakah mereka yang selama ini tidak menangani Taehyun dengan baik?"
"Sudahlah, kau membuatku pusing."
Ibu Taehyun melirik dengan bibir mengatup. "Kau mungkin terobsesi dengan banyak hal, tapi jangan menyeret Taehyun terus menerus. Dia itu anak kita, putra kita satu-satunya."
.
.
Selama perjalanan di mobil, Beomgyu terus membisu.
Taehyun sudah ingin menggamit tangan Beomgyu agar Beomgyu bicara, tapi sepertinya Beomgyu tetap diam, seperti berperang dingin dengannya. "Kau marah, ya?"
"Untuk apa marah?" sahut Beomgyu tanpa melihat Taehyun.
"Aku tahu kau marah." Taehyun mulai bergeser, kemudian melirik Beomgyu lagi. Dari samping, wajah Beomgyu tampak sangat tampan, apalagi dengan garis rahang tegas dan hidung mancungnya. Taehyun penasaran, apakah boleh dia menyentuh wajah indah itu? Tidak tidak. Taehyun melipat bibirnya lagi. "Kau marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
HESTIA CLASS | beomtae ✔
FanfictionDi tahun 2040, manusia terbagi menjadi beberapa klan, sesuai dengan transformasi tubuh mereka. Klan terkuat ditempati oleh White Wolf. Klan ini menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan. Beberapa keluarga besar klan White Wolf bahkan pernah menjabat...