BAB 15
Taehyun menyerahkan changeling milik ibu Beomgyu. Mereka akan berangkat sore ini dan Beomgyu sudah beres mengangkut lagi koper-koper ke dalam bagasi mobil.
"Sudah semua?" tanya Beomgyu di dekat garasi.
"Hm." Sejenak, Taehyun mendongak, memandang lagi bangunan rumah Beomgyu. Sebenarnya, Taehyun ingin menginap lebih lama apalagi dari waktu ke waktu, Taehyun melihat ada 'celah' antara dia dan ibu Beomgyu agar dapat mengobrol lebih akrab. Yah, beliau itu baik dan perhatian. Kadang, agak rewel karena Taehyun katanya terlihat lemah dan pucat. Tapi, di balik wajah ketus dan suara tajam, beliau itu peduli dan memperlakukannya seolah bagian dari keluarga.
Itu melegakan.
Padahal, Taehyun sudah takut setengah mati wanita itu akan langsung mengusirnya saking tidak sudi rumah mereka diinjak oleh klan Taehyun. Ternyata tidak begitu. Taehyun mengeratkan pegangan pada jaket seraya memandang Beomgyu yang sudah berdiri seraya mendekat. Beomgyu di Heva terlihat lebih segar. Mereka juga sempat jalan-jalan setelah pergi dari danau, ada tebing, lapangan luas, taman dan tempat lain yang menjadi favorit Beomgyu. Mereka juga mampir berbelanja dengan Taehyun nampak senang.
Beomgyu masuk ke dalam rumah bersama Taehyun. Beomgyu menaruh changeling tadi di dalam lemari pakaian lagi kemudian memperhatikan Taehyun yang duduk di tepi ranjangnya. "Apa yang kau pikirkan?"
"Banyak hal."
"Pertunanganmu?"
"Itu salah satunya," aku Taehyun. Pemuda itu mengangkat wajah. "Apakah kau yakin akan langsung bertemu ayahku?" Gezz, bahkan sudah sejauh ini, Taehyun masih takut tiap kali mengingat ekspresi keras sang ayah. Dibanding anggota keluarga lain, maka ayahlah di posisi paling sulit untuk dibujuk. Terlebih, Beomgyu pasti dianggap sebagai orang luar untuknya. Bahkan mungkin berhadapan dengan klan lain untuk alasan seperti ini tidak pernah beliau bayangkan. Berhasilkah? "Dia tidak mudah ditemui."
"Kita harus mencobanya." Beomgyu duduk bergabung dengan Taehyun dan menepuk paha Taehyun. "Kau yakin kepadaku, kan?"
"Ya, Gyu. Tentu saja."
"Kalau begitu, berhenti khawatir." Beomgyu tersenyum seraya meremas telapak tangan Taehyun. Beomgyu memandang isi kamarnya. "Ah, rasanya aku tidak mau pergi dari sini tapi aku harus. Oh ya, apakah ada yang mau kau beli sebelum kita berangkat? Kita tidak akan sempat mampir di Rute 88 karena waktu yang terbatas."
"Tidak masalah. Aku baik-baik saja."
Akhirnya, pukul empat mereka mulai berpamitan. Ayah Beomgyu mendekap tubuh Taehyun dan memandang lurus. "Hati-hati." Beliau hendak bersuara namun mendadak kelu. Dia justru memandang putranya dan menepuk-nepuk bahu Beomgyu.
"Appa, hati-hati di sini." Ia beralih pada wanita di sisi ayah Beomgyu. "Kau juga, Eomma. Aku akan hubungi Hyung secepatny—"
KAMU SEDANG MEMBACA
HESTIA CLASS | beomtae ✔
Fiksi PenggemarDi tahun 2040, manusia terbagi menjadi beberapa klan, sesuai dengan transformasi tubuh mereka. Klan terkuat ditempati oleh White Wolf. Klan ini menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan. Beberapa keluarga besar klan White Wolf bahkan pernah menjabat...