Gambar diatas adalah ekspresi Nami di chapter ini (re: terheran-heran dengan keadaan)
***
Desember
Bulan di penghujung tahun, dimana ujian akhir diadakan. Hari ini adalah hari pertama ujian di sekolah Nami. Setelah ujian hari Senin selesai, Nami berkunjung ke perpustakaan sekolah untuk belajar bersama kedua temannya, Desya dan Raya. Setelah sampai di perpustakaan sekolah, ia segera membuka notesnya dan bersiap untuk membahas ujian yang diadakan besok.
"Sekarang kita mau bahas apa dulu nih? Gue sih paling pusing matematika soalnya, bener-bener susah banget otak gue buat nerima pelajaran satu itu, mana tiap Bu Dewi jelasin gue gak pernah paham lagi" Namira memang seperti itu, sejak kelas 2 SMP, dia mulai tidak menyukai matematika.
"Bukan lo doang, kita berdua juga sama kali. Jadinya belajar darimana dulu nih? Invers?" tanya Raya.
"Boleh deh" jawab Namira dan Desya.
Ketiga orang itu belajar di perpustakaan, walaupun tidak semuanya paham, ketika dipelajari bersama dengan sungguh-sungguh, mereka yakin mereka bisa ... setidaknya menjawab satu soal matematika ketika ujian besok.
"By the way, kelas kita ada yang sebelahan kan ya sama anak IPA-7?" tanya Raya, Nami dan Desya spontan menoleh.
"Oh iya bener, kalian sih enak bisa satu kelas. Gue sendirian tau, mana kelas gue ada di sebelah kelas Anaimy-nya Namira lagi" goda Desya, ia langsung mengerti apa yang Raya katakan.
Merasa membicarakan topik yang ada kaitan dengan dirinya, Nami hanya memutarkan bola matanya. Raya dan Desya memang sudah tau, Nami sudah tidak ingin berdebat dengan mereka berdua. Asal mereka berdua tidak menyebut namanya secara jelas, Nami tidak masalah.
"Kalian kenapa jadi bahas dia sih? Gue udah cukup pusing, gak mau nambah beban otak. Udah deh, fokus aja. Emangnya kalian udah paham sama per-invers-an ini? Daripada kalian ghibah-in dia, mending kalian ajarin gue"
"Iya iya, sini gue ajarin, Namira cantik" ujar Desya.
"Jijik, Desya" mereka bertiga pun melanjutkan aktivitas belajarnya.
***
Esoknya, siap tidak siap Nami harus menjawab 40 soal ujian matematika. Berapapun hasilnya nanti, Nami sudah tidak peduli, yang penting ia sudah berusaha.
Kenyataan bahwa ia bisa menjawab 25 dari 40 soal saja sudah membuatnya bahagia. Itupun ada beberapa hasil contekan yang ia dapat, sisanya ia jawab secara acak. Asal nilainya lebih dari 50, ia sudah bisa bernafas lega, walaupun misal nilainya itu hanya 55, toh nilai rapor tidak hanya diambil dari ujian akhir.
Tugas dari Bu Dewi selalu ia selesaikan tepat waktu, tidak pernah telat. Tapi jujur saja, nilai keaktifannya di pelajaran matematika tidaklah banyak. Nami hanya akan maju jika terpaksa ditunjuk atau soal yang memang dijawab secara bergilir. Ia sudah terlalu malas.
Namira akan selalu fokus pada ujian akhir, ia sengaja menyelesaikan tugasnya di OSIS terlebih dahulu. Ia tipe orang yang disiplin dan bertanggung jawab, walau terkadang sifatnya itu membuat orang kesal, apa-apa harus segera diselesaikan.
Setelah makan di kantin, Nami bergegas menuju kelas. Namun, saat itu Nami melihat Arsa yang duduk di depan kelas sambil mendengarkan lagu lewat earphone.
Ia senang sekaligus terkejut. Ketika ia melihat Arsa, lelaki itu juga tengah melihatnya secara tidak sengaja. Beruntung, ia menyelesaikan makan terlebih dahulu dan meninggalkan teman-temannya yang masih sibuk mengobrol di kantin.
![](https://img.wattpad.com/cover/277149773-288-k272655.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaimy (JJH x JCY)
Ficção Adolescente"Gue tanya sekali lagi. Apa pernah gue ngasih harapan buat lo?" Gadis itu hanya diam. "Namira..." "Apa?" ia hanya bertanya kembali tanpa berniat menjawab pertanyaan sebelumnya. "Lo belum jawab pertanyaan gue" lelaki itu terus mendesaknya untuk menj...