[ Flashback ]

90 23 34
                                        

Ada alasan kenapa Nami maupun orang tuanya sangat hati-hati terhadap Flora. Kejadian yang membuat Nami putus asa sekaligus sakit fisik dan mentalnya masih ada di ingatan mereka.

***

1.5 Tahun Lalu

Nami sudah mempunyai rencana untuk melanjutkan sekolah di salah satu SMA terbaik di kotanya. Nami pun tahu bahwa Arsa akan bersekolah disana.

Namun, takdir tidak berpihak padanya. Nami menerima pengumuman bahwa ia tidak diterima di sekolah yang ia tuju. Dia terpuruk, sangat terpuruk. Pasalnya, kemungkinan terakhir adalah Nami akan bersekolah di sekolah yang tidak dia inginkan.

Merah, lagi-lagi warna merah yang ia dapatkan dari pengumuman. Ia telah mendapatkan itu di pengumumannya masuk SMP dulu. Nami tak habis pikir, mengapa ini semua terjadi padanya.

"Tuhan tuh gak adil!"

Kalimat yang diucapkan oleh sebagian besar orang ketika ada hal yang tidak sesuai dengan keinginannya, dan Nami adalah salah satunya.

Nami terus menyalahkan Tuhan disaat seperti ini. Meskipun ia tahu bahwa tetap akan ada hikmah dalam setiap keadaan. Ayah, ibu, dan adiknya, Aga masih terus menyemangati Nami. Tetapi, sosok yang disemangati tampak tidak memiliki harapan hidup lagi.

Dia merasa sedih, kecewa, dan malu. Apa kata teman-temannya jika dia tidak lolos? Gengsi adalah kata yang bisa menggambarkan Nami saat ini.

"Nam, mau sekolah mana selain Harapan Bangsa? Ayah cariin ya, mahal gapapa, yang penting Nami jangan sedih kayak gini" kata Ayahnya.

"Iya sayang, kalo kamu sedih, ibu juga ikut sedih"

Ibunya memang memiliki sifat seperti Nami, selalu banyak pikiran dan tidak bisa tenang. Berbeda dengan Aga dan ayahnya, mereka cenderung tenang saat menghadapi masalah, seberat apapun masalahnya.

"Nami gak mau sekolah yang lain, yah..." Nami mengatakan itu dengan tatapan kosong dan nada yang putus asa, ibunya sangat khawatir.

"Nami pasti masuk kok, itu Nami sebenernya masuk. Tinggal dikit lagi, Nami tuh harusnya masuk, Ayah!" tambahnya sedikit emosi.

"Nami gapapa kok masuk IPS, yang penting Nami bisa sekolah di Harapan Bangsa"

Kalimat itu adalah kalimat yang tiap satu jam sekali diucapkan Nami, tentunya sambil menangis dan melihat kedepan dengan tatapan kosong.

Nami tidak mau makan, pun minum. Kamar mandi yang ada di dalam semakin membuatnya tak pernah keluar kamar. Jika ditanya ingin makan apa, Nami selalu menggeleng.

"Aku mau puasa aja" katanya.

Tapi, ia juga tidak pernah sahur dan berbuka dengan layak. Ayam goreng dan bakar buatan ibunya pun tidak mempan, begitu pula dengan minuman dan dessert milo kesukaannya. Kadang, karena sangat terpaksa, ia hanya memakan ayam, tanpa nasi. Ia sangat frustasi.

Hari pertama dan kedua dilalui sangat buruk, Nami jatuh sakit. Fisik dan mentalnya sangat turun. Ia tidak bisa tidur, terkadang dia bangun tiap satu jam, mengatakan kalimat seperti yang biasa ia ucapkan, sambil menangis dan mata terpejam.

Aga yang sudah mengira kakaknya akan seperti ini hanya diam, dia hanya bisa melihat. Jika dihibur pun percuma, Nami tidak akan bisa berubah untuk saat ini. Walaupun dia sering bertengkar karena hal kecil dengan Nami, tapi disaat seperti ini ia akan dengan senang hati menggantikan posisi kakaknya.

Ini adalah masalah dan kasus yang sama seperti Nami masuk SMP dulu, bedanya dulu ia menangis tidak lebih dari satu hari. Sementara, ini sudah hari kedua dan Nami hanya terlihat seperti orang yang sangat stress.

Anaimy (JJH x JCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang