Setelah menuntaskan pelajaran hari selasa, Namira tidak langsung pulang. Ia bergegas menuju ruang OSIS, sebentar lagi akan ada classmeeting yang diadakan tiap satu semester. Biasanya, kegiatan akan dilakukan ketika ujian akhir selesai.
"Lesu amat neng mukanya!" teriak Rafly menggoda, sesaat setelah Nami memasuki ruangan.
Masih sepi, jadi dia bisa teriak sepuasnya. Kebiasaan anggota lain adalah telat saat rapat, termasuk dirinya. Tapi, kali ini dia datang lebih awal karena kelasnya sudah selesai. Apalagi ia sedang tidak mood untuk makan dan jajan seperti biasanya.
Sambil menunggu yang lain, Nami bersiap untuk tidur dengan tas yang digunakan sebagai bantalan. Rafly dan Yesaya, ketua OSIS nya sudah memaklumi hal itu.
Tidur menjadi salah satu kebiasaan anggota OSIS jika berada di ruangan ini, khususnya anggota senior. Bukan berarti ada gap yang terlihat antara junior dan senior, tapi mereka selalu bilang:
"Gak enak kak, gak sopan tau. Kita bisa istirahat ditempat lain kok. Kakak-kakak sekalian juga pasti capek karena mikir banyak kegiatan"
Well, gak pernah tau itu jawaban asli atau hanya pencitraan, yang jelas Nami dan teman-temannya tidak ingin ada jarak yang jauh antara mereka dan adik kelasnya. Kalo kata Yesaya:
"Organisasi bukan cuma nambah pengalaman atau jalanin program kerja aja. Disini kita tuh keluarga, kalo mau cerita ya cerita aja, gausah takut atau malu. Kita susah seneng bareng-bareng, jadi jangan gengsi kalo mau tanya apapun" yang dibalas anggukan oleh anggota lain, biar cepat selesai sepertinya.
Tapi Yesaya benar, sejak saat itu OSIS sudah seperti keluarga mereka. Menghabiskan waktu lebih banyak di ruangan ini daripada di ruang kelas. Selalu dispensasi, jarang ikut pramuka (karena emang ada kegiatan ya, jangan salah paham), nangis dan bingung bareng kalo ada hal yang gak mereka prediksi sebelumnya, bahagia bareng kalo acara lancar, sampai pernah saling emosi karena sama-sama capek dan gak ada progress apapun saat rapat.
Budak Sekolah. Itu adalah julukan yang sudah menjadi makanan mereka sehari-hari. Mereka emosi, mereka merasa bukan budak. Tapi, apa namanya jika terus-terusan ikut acara sekolah? Ikut kena omel guru-guru jika tidak bisa diandalkan. Mereka layaknya pesuruh saat ada kegiatan lain di sekolah, baik saat penerimaan siswa baru hingga perpisahan.
Mereka akan diceramahi oleh pembina jika ada kegiatan yang kurang sesuai dengan ekspektasi, tapi mereka juga yang jarang mendapat pujian jika acaranya lebih dari ekspektasi. Mereka tahu konsekuensinya sejak awal, mereka tidak bisa membantah bahwa mereka adalah budak sekolah.
OSIS diluar sana memang sudah memiliki citra sombong, sok keren, dan cari perhatian. Orang-orang belum tahu saja bagaimana seluk-beluk organisasi. Hanya dicap sebagai 'siswa nakal yang suka dispensasi' atau 'siswa yang tidak mementingkan akademis'.
Tak jarang beberapa dari mereka berurusan dengan wali kelas terkait nilai rapor. Tapi anggota OSIS tidak peduli, mereka pikir sekolah bukan sekedar untuk akademis. Sudah seharusnya jika hard-skill dan soft-skill diasah dengan seimbang, kan?
Baru beberapa menit tidur, anggota lain sudah berdatangan. Akhirnya, mau tidak mau Nami bangun, ia mulai bergabung bersama anggota lain untuk melaksanakan rapat rutin guna membahas kegiatan yang akan datang.
"Oke, gue tanya mulai dari acara dulu ya, progress nya gimana?" tanya Yesaya, sesaat setelah rapat dibuka.
"Aman sih, Yes. Alhamdulillah semua udah diatur, mungkin beberapa jadwal ada yang harus dipastiin lagi. Tapi overall, semua baik-baik aja"
"Konsumsi gimana?" tanya Yesaya lanjut.
"Gue sama anak konsumsi udah mulai list beberapa snack buat hari-h sih. Kalo acara udah deket, kita bisa langsung pesen aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaimy (JJH x JCY)
Ficção Adolescente"Gue tanya sekali lagi. Apa pernah gue ngasih harapan buat lo?" Gadis itu hanya diam. "Namira..." "Apa?" ia hanya bertanya kembali tanpa berniat menjawab pertanyaan sebelumnya. "Lo belum jawab pertanyaan gue" lelaki itu terus mendesaknya untuk menj...