TIGA

32.7K 4.8K 195
                                    

Selepas kejadian aku menampar Ethan, aku tak pernah lagi melihat wajahnya muncul di permukaan. Mungkin dia sedang di ruang kerjanya. Aku dengar dari beberapa pelayan yang bergosip, selama pergi waktu itu dia sibuk mengurusi para bangsawan serakah yang diam-diam menambang di daerah selatan. Padahal itu daerah yang menjadi otoritas Ethan, itu sebabnya akhir-akhir ini dia punya banyak pekerjaan meladeni para 'anjing-anjing' yang kelaparan.

Aku tidak bisa bayangkan bagaimana rumitnya menjadi seorang kepala keluarga. Ezel pun nanti pasti akan sering sibuk. Aku jadi sedih memikirkannya. Sekarang saja waktuku untuk bermain dengannya sering berkurang karena dia mengikuti banyak kelas. Mulai dari kelas filsafat, kelas sosial, belajar teknik pedang dan lain-lain. Intinya Ezel dituntut untuk serba bisa. Para pendahulu keluarga ini memang selalu mengutamakan kemampuan di atas keinginan. Padahal Ezel 'kan masih anak berumur tujuh tahun .... Apalagi si Ethan seperti tidak peduli pada kakakku yang tampan, sialan!

"Nona, sekarang saatnya Anda makan." Lulu masuk ke kamarku dengan nampan berisi makanan bersama dua pelayan lainnya yaitu Lili dan Lala. Nama mereka mirip? Tentu, karena mereka putri kembar.

Dari tadi aku memikirkan banyak hal sampai tidak sadar perutku sendiri pun sudah memberontak minta diisi oleh makanan. Lulu mendudukkanku di kursi yang nyaman lalu mulai menyuapiku dengan lembut dan hati-hati.

"Hei, kalian sudah dengar rumor tentang Count Sharlo belum?" Lala yang sedang membereskan kamarku memulai gosip yang akan dibawanya. Aku diam-diam mendengarkan. Anak kecil ini juga butuh hiburan dewasa. Jadi, janganlah hanya kalian bertiga yang bergosip di sini.

"Tidak. Memangnya rumor apa?" Lili memasang tampang tak peduli namun dia tetap menanggapi. Dia adik yang baik.

"Di umurnya yang sudah mencapai angka tiga puluh, dia melamar seorang nona bangsawan yang keluarganya hancur."

"Tidak ada yang aneh dari itu. Kenapa ora—"

"Dia melamar seorang nona yang masih berumur tiga belas tahun."

Kami yang berada di ruangan itu langsung terkejut bukan main. Bahkan aku sampai tersedak. Dasar Count Sharlo bajingan! Dia memanfaatkan situasi untuk melamar seseorang yang lebih pantas jadi anak angkatnya daripada istri. Dasar Pedofil!

Kemudian Lala yang puas dengan respon saudari-saudarinya melanjutkan.
"Katanya dia tertarik dengan sesuatu yang kecil, cantik, manis, imut lucu dan menggemaskan."

"Gawat!!" Saat itu Lulu langsung berseru heboh. Lili juga tiba-tiba datang dan memelukku. Lala pun ikut-ikutan. Aku tak mengerti apa yang sedang mereka lakukan.
"Kita harus menjaga Nona! Karena Nona sesuai kriteria. Bisa saja bajingan itu menculik Nona kita yang manis ...."

Ah .... Saat itu barulah aku sadar.

***

"EVY-KU!! Kakak datang!" Ezel masuk ke kamarku. Ah, lihat mata birunya yang berbinar. Aku rasa dia baru selesai belajar. Lama sekali ternyata. Buktinya dia berkunjung di saat hampir sore seperti ini.
"Evy, apa ada yang ingin kau lakukan, adikku?" tanya Ezel dengan suara yang manis dan lembut. Astaga! Suaranya lebih manis dari gulali. Rasanya aku ingin menggigit pipi Ezel, kyaaaa.

"Kita jalan-jalan sebentar saja di taman." Ezel dengan riang menggendongku. Kemudian tangan kanannya terulur untuk mengambil mainan kerincing dan memberikannya padaku. Mungkin dia takut aku kebosanan. Lihat'kan? Kakakku ini memang perhatian.

"Ini Evy. Gunakan ini untuk memukul kepala Ayah jika dia mengganggumu."

Eh? Serius?
Aku pikir dia memberiku mainan ini supaya tidak bosan, tapi ternyata untuk memukul Ethan?
Aduh, kupikir Ezel ini lemah lembut seperti tampangnya. Ternyata oh ternyata.

Yah, terserahlah.

Dengan langkah jenjangnya, Ezel menyusuri hamparan mawar yang ada di taman. Aku masih anteng di gendongannya. Ikut menikmati suasana damai ini.

Tapi sayangnya kedamaian itu tak bertahan lama karena seseorang datang menginterupsi kegiatan kami.

"Heh, apa yang sedang kau lakukan?"

Aku menatap sosok yang kini berdiri di depan Ezel. Menghalangi kami dengan tangan berkacak pinggang. Postur wajahnya terlihat sekali muka-muka sombong. Aku tak tahu siapa itu. Tapi aku rasa umurnya sepantaran dengan Ezel.
Lalu aku melirik kakakku itu yang masih diam saja. Tunggu dulu, aku baru sadar ekspresi Ezel sudah berubah jadi dingin.

[]

Cameron's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang