DUA PULUH TUJUH

9.7K 1.9K 38
                                    

Aku turun dari kereta kuda dengan bantuan Ezel. Logan sudah lebih dulu turun tadi. Yah, sekarang kami sedang ada di alun-alun ibukota. Sesuai dengan permintaan kedua orang itu, aku ikut ke festival Yustita. Di sini sangat ramai. Aku sudah menduganya jadi, setelah melakukan negosiasi dan sedikit ancaman, pada akhirnya Ezel dan Logan setuju untuk membawa dua pengawal terbaik. Mereka adalah sekian dari prajurit terbaik Cameron dan mereka mengikuti di belakang.

"Evy, lebih baik Kakak menggendongmu saja, ya?"

Aku mengganguk setuju. Turuti sajalah permintaan kakakku ini biar tidak rumit urusannya. Tapi aku bertanya-tanya, sebenarnya mereka ke sini mau melihat apa sih? Tidak ada hal yang menarik menurutku.

"Evy, kau mau melihat itu, tidak?" Logan menunjuk ke sisi kanannya dimana di sana banyak orang yang berkerumun menyaksikan penari jalanan. Aku tidak tertarik jadi aku diam saja.
"Kalau itu?" Kali ini dia menunjuk sebuah panggung teater. Aku masih tetap diam. Lalu tangan Logan bergerak menunjuk dirinya sendiri.
"Lihat wajahku sampai puas mau tidak?"

Ew, rasanya aku ingin mengumpat kalau saja aksen cadelku tidak hilang.
Kenapa sih, Putra Mahkota ini seperti tidak punya harga diri?

"Tutup mulut sialanmu itu!" Ezel memperingati. Saat dia memelukku dengan lebih erat, aku memeluk lehernya dan menumpukan dagu di atas bahunya yang nyaman.

Apa, ya? Padahal aku sudah menyiapkan tenaga untuk hari ini tapi aku seperti tidak bersemangat.

Aku tidak menggubris perkelahian Ezel dan Logan. Pandanganku fokus memperhatikan sekeliling yang penuh huru-hara sampai tak sengaja mataku menangkap sosok anak laki-laki yang berlari ke dalam gang kecil. Jika dilihat dari ukuran badan, kuperkirakan umurnya mungkin sepantaran denganku. Awalnya aku tidak peduli. Tapi, setelah itu aku melihat dua orang bandit mengejar anak laki-laki itu.

Ah, hati nuraniku terlalu lemah kurasa. Tanpa sadar aku mencengkram kerah Ezel untuk meminta bantuannya.
"Kak, coba pergi ke arah sana," kataku sambil menunjuk ke arah gang kecil tadi.

Ezel dan Logan secara spontan mengikuti arah pandanganku.
"Memangnya ada apa di sana?"  Ezel bertanya lebih dulu, serta-merta mengerutkan kening dengan satu alis sedikit terangkat.

"Sepertinya ada anak kecil yang membutuhkan bantuan." 

"Evy, itu bukan urusan kita."

"Iya, benar."

Aku menatap Ezel dan Logan dengan jengkel. Dasar dua orang sialan ini!
"Kak Logan, Kakak adalah orang yang akan memerintah kekaisaran ini di masa depan, apa Kakak hanya akan diam saja saat kedamaian di sini kacau? Bagiamana tanggapan orang-orang saat Kakak jadi Kaisar nanti? Mereka akan berpikir seperti ini; Wah, Kaisar hanya menerima haknya saja dan melepas tanggung jawab." Setelah mengatakan itu, kemudian aku menatap dua orang itu dengan wajah serius.
"Aku tidak suka orang yang tidak bertanggung jawab. Itu juga berlaku untuk Kak Ezel, mengerti?!"

Ezel dan Logan langsung mengalihkan pandangan dariku dan berbicara dengan malu.
"Y-ya, kami me-ngerti."

"Terkadang Evy seperti orangtua, ya?" Logan bertanya dan tersenyum dengan menjengkelkan.

Ya, karena itu! Turutilah permintaan orangtua ini supaya tidak durhaka!

"Jack, Luke, pergi ke arah sana." Ezel memerintah dua pengawal yang ada di belakang kami.
Pada akhirnya, mereka memang tidak punya pilihan selain menurutiku. HOHO.

Setelah sampai di depan gang kecil yang ternyata buntu itu, pemandangan pertama yang aku lihat adalah bocah laki-laki tadi dipukuli oleh salah satu bandit. Penampilannya benar-benar kacau. Kenapa mereka menyerang anak kecil seperti itu?!

Luke dan Jack yang berdiri di depan kami kemudian menyerang para bandit itu setelah mendapat persetujuan dari Ezel. Jika dalam keadaan seperti ini, Ezel dan Logan memang tidak perlu buang-buang tenaga untuk ikut menyerang. Karena kemampuan Luke dan Jack sangat hebat. Awalnya, aku khawatir akan ada perkelahian. Tapi bandit-bandit seperti mereka memang pantas untuk dibumihanguskan. 

Dua bandit itu tersungkur saat kaki mereka ditendang bersamaan.
"Sialan! Siapa yang berani melakukan ini?!" Salah satunya memaki dan mendongak untuk menatap lawannya.
"Oho, apa yang dilakukan para Tuan Muda dan Nona manis ini di sini? Lalu, apa-apaan dua orang ini? Pergilah! Ini bukan urusan kalian!"

Hm, dilihat dari cara bicaranya yang sombong, sepertinya para bandit ini tidak mengenali kami. Yah, wajar juga sih. Luke dan Jack juga tidak memakai pakaian resmi supaya tidak menarik perhatian.

"Evy, pejamkan matamu. Wajah para bajingan itu tidak enak dilihat." Saat Ezel berkata begitu, dia menutup mataku dengan telapak tangannya.

Kemudian aku bisa mendengar suara rintihan yang datang dari para bandit itu. Mungkin Luke dan Jack yang memukuli mereka karena Ezel masih dalam posisi diam. Kalau Logan aku tidak tahu. Tapi setelahnya, aku mendengar dia bersuara.
"Kita harus membawa dua orang itu dan memeriksanya. Bisa saja mereka berkelompok."

"Iya, aku juga berpikir begitu." Ezel menyahuti kemudian suaranya terdengar memanggil Jack.
"Masukkan mereka ke penjara yang ada di ruang bawah tanah nanti."

Setelahnya, mungkin karena Luke dan Jack sudah pergi membawa dua bandit itu, Ezel melepas tangannya yang menutupi mataku. Aku kemudian mendengarnya bersuara.
"Hah, ini berubah jadi kacau. Kita terpaksa pulang, tidak apa 'kan Evy?"

"Iya, tidak apa. Kita pu—eh, tunggu! Bagaimana dengan dia. Kita harus membawanya." Aku menunjuk anak laki-laki tadi yang sudah terkapar tidak sadarkan diri. Aku tidak bisa membiarkan anak kecil sendiri dengan kondisi seperti itu.

Tetapi Ezel tidak setuju denganku.
"Evy, jangan memungut sesuatu secara sembarangan." Begitu katanya. Logan bahkan ikut mengganguk.

Hei, begini. Kenapa kata-kata kakakku ini kasar sekali?! Kurasa aku tidak pernah mendidiknya seperti itu. Aku diam saat dia mengatakan para bandit itu bajingan. Aku juga diam saat dia mengatai Ethan sialan. Karena semua yang ia katakan itu benar.

Tapi yang ini beda. Dia mengatakan anak laki-laki itu seperti sampah saja.

"Tapi dia kasihan. Ayo kita bawa saja." Aku masih bersikukuh pada pendapatku. Kalau sudah begini, Ezel tidak akan bisa menolak. Akan lebih baik kalau aku menambahkan sedikit ancaman.
"Kalau Kakak tidak menurut, nanti aku tidak mau peluk Kakak lagi, lho."

"Ah, baiklah! Kita akan membawanya." Ezel menjawab dengan cepat. Aku tersenyum dan mengelus kepalnya dengan lembut.
Anak baik ....

Lalu tiba-tiba Logan membuka mulut dan berkata, "Evy, aku selalu setuju dengan pendapatmu. Kau tidak mau memelukku?"

"Diam!" Aku dan Ezel bersuara bersamaan. Logan langsung tertunduk dengan lesu. Karena kasihan, pada akhirnya aku juga mengelus kepalanya yang membuatnya kembali mengangkat kepala dengan senyum lebar.

Nah, anak-anak anjingku yang imut ... bersikaplah dengan baik pada majikan kalian yang lebih imut ini.

[]

Cameron's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang