DUA PULUH DELAPAN

9.3K 1.8K 55
                                    

"Dia masih belum sadarkan diri? Lukanya masih terus diobati 'kan?"

Lulu yang sedang manata rambutku mengangguk atas pertanyaan yang kulontarkan. Ini sudah hari kelima semenjak kami membawa bocah laki-laki yang ditemui di festival Yustita. Sampai sekarang, ia masih belum membuka mata.

Sepertinya kondisinya memang lemah, jauh sebelum para bandit itu mengejarnya. Aku juga melihat ada bekas memar pada tubuh anak itu. Ah, ngomong-ngomong ... setelah dibersihkan oleh para pelayan, anak yang belum kutahu nama dan identitasnya itu sangat imut! Hish ... tidak kusangka ternyata aku juga lemah terhadap sesuatu yang imut seperti Logan.

Sekarang, haruskah aku menemui anak itu? Sial! Bisa-bisanya aku ketagihan melihat wajah dia. Kalau Ezel tahu, bisa mampus anak itu.

Ah, jangan sampai itu terjadi ....

Tapi, aku ingin melihat wajah anak itu terus! Hm, baiklah. Mari berperilaku jaim. Katakan saja aku menjenguk anak itu karena khawatir. Lagi pula, sebenarnya aku ini anak kecil 'kan? Anak kecil memang suka sesuatu yang imut. Ya, mari berpikir seperti itu!

"Lulu, aku ingin ke kamar anak itu untuk melihat keadaannya. Ayo ke sana!"

Lulu diam. Dia tak menjawab dan tampak memikirkan sesuatu. Sepuluh sekon setelahnya, dia menggeleng.
"Tidak boleh, Nona!" Lulu berkata dengan tegas dan membuat tanda silang dengan tangganya. Dia kemudian menjelaskan, "Tuan Muda bilang, Anda tidak boleh dekat-dekat anak itu. Bisa saja dia orang jahat dan saat sadar, dia menyakiti Anda."

Apa sih? Kondisi anak itu saja lemah. Bagaimana bisa dia menyakiti seseorang dengan kondisi tubuh tidak stabil begitu?
"Ah, itu tidak akan terjadi." Aku mengibaskan tanganku dan mencoba menampik pemikiran Lulu.
"Lagian dia anak yang imut begitu, kok."

"Nona ...!" Lulu memasang ekspresi lemas. Yah, memang sulit menghadapiku.  Aku itu bocah lima tahun yang keras kepala. Aku sadar diri, kok.
Kemudian Lulu bersuara lagi.
"Anda tidak boleh menilai sesuatu dari luarnya saja!"

"Iya-iya, aku mengerti." Aku serius. Aku sangat mengerti itu. Lihat saja Ezel yang kupikir anak tampan yang lembut. Lalu Ethan yang kupikir pria keren dan Logan kupikir anak yang punya wibawa. Mereka semua menghancurkan ekspektasiku.

Tapi apa? Sudah kubilang aku terkadang lemah terhadap wajah. Jadi aku tetap menyukai mereka. Namun, kalau sifatnya jahat, ya kujauhi juga.

Kalau pada tahap ini Lulu tidak mempan dengan sikap keras kepalaku, aku tinggal menambahkan bumbu imut lagi pada wajah ini.
"Lulu serius tidak mau menuruti permintaanku?"

"Nona, bukan begitu ...."

Ha, kena kau!

"Masa Lulu tidak menurutiku, sih. Lulu benci aku, ya?"

"Tidak, Nona! Itu tidak benar. Nona adalah orang yang paling saya sukai! Saya bahkan rela tidak akan menikah selama bisa bersama Nona!" Lulu berkata dengan sungguh-sungguh.

Baiklah, aku tidak tahu obsesi orang-orang di kediaman ini yang mengerikan atau hanya perkataan mereka yang terlalu hiperbolis. Tapi yang kutahu, tidak ada orang yang normal di sini! Apalagi, aku tidak suka jika seseorang berkorban demi aku seperti itu. Masa dia mau merelakan masa depannya, sih?!

"Ah, sudahlah. Pokoknya kalau Lulu tidak mau artinya Lulu benci aku!"

"Nona ...!" Lagi-lagi Lulu memelas dengan wajah lelah.

***

"Sudah, Lulu sudah boleh pergi." Lulu mengganguk dengan lesu dan keluar dari ruangan yang tak lain adalah tempat si imut di rawat. Maksudku, anak yang kami bawa waktu itu. Pada akhirnya aku berada di sini setelah membujuk Lulu. Tidak bisa dibilang membujuk juga, sih .... Karena aku memaksa, hehe.

Intinya, dia khawatir karena perintah dari Ezel. Huh, dasar kakakku itu!

Aku fokus lagi pada si imut yang berbaring dengan mata terpejam. Duh, jika melihatnya, aku jadi ragu kalau dia itu hanya rakyat jelata. Anak itu punya surai berwarna pirang tetapi warnanya lebih berkilau dari rambutku. Sialan, ini tidak adil! Aku harus menanyakan identitasnya segera saat dia sadar nanti.

Saat aku menikmati wajah yang imut ini, tiba-tiba suara yang familier mengudara hingga terdengar olehku.

"Evy!! Kenapa kau mendatangi orang yang kau pungut itu!"

Dasar Lulu pengkhianat!

[]

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cameron's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang