"Salam kepada Yang Mulia Putra Mahkota."
Saat Ezel menyapanya, barulah aku tahu siapa yang ada di depan kami ini. Betapa bodohnya aku. Aku tidak menyadari surai perak bocah itu yang persis seperti keluarga kekaisaran yang lainnya.
Tapi Ezel menyambutnya dengan tidak ramah. Apa mereka punya hubungan yang buruk? Ada urusan apa pula Putra Mahkota ke sini?"Seperti yang Anda lihat Yang Mulia. Saya dan adik saya sedang jalan-jalan sekarang. Jadi, lebih baik Anda pergi dari sini." Ezel tersenyum dengan manis tetapi itu terlihat kontras dengan ucapannya yang sudah seperti es batu.
"Adik saya punya fobia terhadap serangga, Yang Mulia. Tidak baik jika Anda berkeliaran di sini."Ezel tutup mulutmu! Kau bisa saja dijebloskan ke penjara atas dasar tuduhan pencemaran nama baik keluarga kekaisaran. Bisa gawat nanti! Aku secara hati-hati melirik Putra Mahkota itu. Oh, dia terlihat marah. Jelas terlihat dari tangannya yang terkepal menahan geram.
Putra Mahkota tertawa sambil berdecih pada Ezel.
"Sepertinya, penerus Cameron tidak belajar tentang etiket, ya?""Bagaimana dengan Anda?"
"Apa?!"
"Sepertinya di Istana, Anda tidak belajar apa-apa juga. Soalnya ayah Anda sendiri lebih sering menanyakan perkembangan saya daripada anaknya."
"Dasar sombong! Yang jadi pahlawan kekaisaran itu ayahmu bukan kau!"
Sebagai pengamat, aku hanya memperhatikan mereka saja yang mulai panas.
"Hah. Yang Mulia, coba buka mata Anda. Semua orang di kekaisaran ini pun menanti-nantikan saya, bukan Putra Mahkota. Sepertinya Yang Mulia kurang paham, jadi saya akan jelas—"
"Diam!"
Aku melihat Ezel tertawa dengan respon yang diberikan Putra Mahkota. Tapi, seolah belum puas. Ezel sedikit maju sehingga mulutnya mudah untuk berbisik di telinga Putra Mahkota.
"Dengar ini baik-baik, Yang Mulia. Manusia cenderung berpihak pada hal yang lebih menguntungkan. Menjilat itu sudah seperti cara bertahan hidup. Jadi, Anda yang lemah ini kenapa tidak bergantung pada saya juga?" Di akhir percakapannya, Ezel tersenyum lalu berlalu pergi dari taman.Oke, sekarang aku paham dengan permasalahan mereka. Putra Mahkota cemburu pada Ezel yang lebih dipuji oleh banyak orang. Rasanya tidak adil. Dia adalah pemimpin masa depan, harusnya orang-orang lebih memperhatikannya, iya 'kan? Yah, Putra Mahkota pasti berpikir seperti itu.
Untungnya aku terbebas dari situasi tak mengenakan mereka. Astaga, aku baru tahu kalau kakakku yang imut ini bisa bersikap dingin begitu. Semoga ke depannya tidak ada hal buruk terjadi.
***
Waktu cepat berlalu. Mungkin karena aku hanya tidur-makan-tidur-makan-tidur, aku sendiri jadi tidak menyadari bahwa umurku kini sudah genap empat tahun. Tidak ada hal istimewa yang terjadi selama dua tahun sebelumnya. Hanya saja, hubunganku dengan Ezel jadi semakin dekat. Kalau Ethan? Hmm, aku jarang melihatnya karena dia selalu melakukan ekspedisi yang diperintahkan Kaisar. Juga tidak ada pesta yang digelar dengan mewah selama aku ulang tahun. Hanya ucapan selamat dari orang-orang terdekat saja. Yah, ini tidak buruk. Aku menyukainya! Apalagi aku sudah bisa bicara.
"Kak Ejel!" Yah, walau masih cadel tak apalah. Intinya aku senang bisa mengobrol dengan Ezel.
Sekarang aku sedang di ruang belajar Ezel. Duduk di sofa sambil mengamati kakakku yang tampan sedang menulis sesuatu di atas kertas perkamen.
"Ya, ada apa Evy?" Ezel masih menanggapiku di sela-sela kegiatannya. Sekarang usia Ezel pun sudah ikut bertambah tiga. Tapi, dia masih terlihat menggemaskan di mataku.
"Tolong bawa akuh kembali ke kamal," kataku dengan tenang. Sekarang sudah waktunya makan siang. Bisa-bisa Lulu akan marah karena berpikir aku menghindar untuk makan. Sebenarnya, belakangan nafsu makanku memang turun.
Ezel melirikku sebentar sebelum akhirnya mengangguk dan berdiri untuk menggendongku. Kalau sudah nyaman di gendongannya begini, entah kenapa mataku selalu meminta untuk di pejamkan. Karena mengantuk, aku memeluk leher Ezel lalu menidurkan kepalaku di atas bahunya. Ah ... nyamannya ....
[]
![](https://img.wattpad.com/cover/281363224-288-k976360.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cameron's House
FantasyKeluarga Cameron merupakan keluarga bangsawan terpandang. Reputasi baik mereka pun tak pernah padam. Beruntung atau sial, Evy bisa-bisanya berakhir di dalam rumah itu dengan takdir konyol. Dia juga menemukan suatu fakta. Tidak seperti pandangan kha...