DUA PULUH TIGA

12.4K 2.2K 38
                                    

Aku masih tetap diam mematung saat Count Sharlo sudah tepar di atas lantai marmer. Wajahnya lebam, hidung dan ujung bibirnya mengeluarkan darah, juga ada satu giginya yang lepas.

Tidak kusangka, ternyata Ethan langsung menghajar pria tua itu dengan tangan kosong. Sudah begitu, dia masih menginjak tubuh si pedofil tua dan berkata, "Bersyukurlah masih bisa hidup."

"Apa yang terjadi di sini?"

"Hm, Evy? Apa yang-ah, kenapa kau menangis?"

Tak lama setelah itu, aku bisa merasakan kehadiran Ezel dan Logan.
Logan bilang aku menangis tapi aku bahkan baru menyadari bahwa mataku berair. Ini pasti spontanitas karena cengkraman Count Sharlo yang terlalu kuat itu menyakitkan. Bagaimanapun, tubuhku memang lemah. Sudah bisa kutebak, tanganku pasti akan lebam nantinya.

Ezel berjalan menghampiriku dan berjongkok dengan satu lutut menyentuh lantai. Dia memegang kedua bahuku dan bertanya dengan raut cemas.
"Evy, apa yang terjadi?"
Ugh, kalau dia bertanya dengan lembut begitu aku 'kan jadi merasa bersalah karena menjauhi mereka.

"Ayah, apa yang terjadi di sini?" Ezel berbalik menatap Ethan yang sekarang membuat Count Sharlo terguling-guling di lantai. Ck, hidupku kacau. Bagaimanapun, itu bukan pemandangan yang bagus untuk ikut ditunjukkan padaku yang masih anak-anak.

"Bajingan tua ini mencoba menyakiti Evy." Ethan menjawab dengan suara mencekam.

"Apa?!" Ezel dan Logan berbicara dengan serentak. Ah, disaat seperti ini saja mereka yang kompak. Lalu Ezel mengimbuhkan, "Bukankah dia salah satu pengikut keluarga kita?"

"Ya," jawab Ethan singkat.

"Apa yang bajingan itu lakukan di sini? Beraninya dia berpikir ingin menyakiti Evy."

Ya, Tuhan ... percakapan ayah-anak macam ini? Aku tahu mereka begini karena peduli padaku. Tapi bisa-bisanya mereka saling mengucapkan makian sesantai itu.

"Oh, iya. Karena kesal aku lupa menanyakannya. Kurasa alasannya datang ke sini bukanlah sesuatu yang penting. Belakangan bajingan ini memang sering datang membicarakan tambang yang ada di daerah selatan. Dia ingin mengambil alih itu. Berani-beraninya! Bajingan ini bahkan ingin menyakiti putriku." Ethan memperkuat pijakannya pada tangan Count Sharlo. Sesaat aku bisa merasakan matanya berkilat marah.

Duh, aku terharu. Ternyata dia masih memikirkan harta dan putrinya. Berbicara tentang tambang di daerah selatan itu, aku ingat di sana selalu banyak di temukan yang namanya 'kristal mana'. Itu adalah kristal yang mengandung mana, semacam energi yang bisa menambah tingkat kekuatan seseorang. Misalnya, jika kau seorang Kesatria, kau bisa saja menjadi sword master jika punya banyak energi mana di dalam tubuhmu.

Biasanya para penyihir juga begitu. Semakin banyak mana di dalam tubuh mereka, semakin hebat pula kekuatan sihirnya.

Untuk penggunaan kristal mana sendiri, pengoperasiannya cukup sederhana. Hanya perlu memecahkan kristalnya dan energi itu akan keluar memasuki tubuh yang dijadikan titik fokus. Mudahnya, lebih baik melakukan itu saat sendiri agar energinya tidak menyebar pada orang lain.

Hm, aku cukup mengetahui ini dengan baik karena keluargaku dulu berfokus pada bidang perdagangan. Kristal mana ini banyak dijual dengan harga tinggi. Sebenarnya, pertunangan antar aku dan Ethan dulu juga karena ini.

Ayahku, Marquess Luxa melakukan investasi pada pertambangan milik keluarga Cameron sehingga bisa mendukung keluarga Ethan secara finansial. Dengan begini, kedua belah pihak sama-sama dapat keuntungan. Keluargaku mempermudah pemasaran dan mengirim pekerja untuk menambang sehingga saat itu kristal mana banyak dikenal dan akan mendapat untung besar bagi kedua pihak.

Pertambangan Cameron juga berkembang sehingga ayah Ethan (Duke sebelumnya) yang berfokus pada militer tak perlu khawatir lagi urusan finansial saat ada perang. Kaisar pun mendukung hubungan keluarga kami saat itu karena kekaisaran sulit untuk bangkit sendiri.

Dulu, keluargaku memang termasuk keluarga kaya di kekaisaran. Sedangkan keluarga Cameron merupakan keluarga terhormat karena mereka berfokus pada bidang militer dan berjasa dalam kemenangan perang. Singkatnya, kesatuan antar keluarga Luxa dan Cameron bisa memberi keuntungan ekonomi dan politik pada kekaisaran.

Tapi, dulu aku ingat ada kasus 'kristal mana palsu', ini juga jadi alasan kehancuran keluargaku dulu.

"Evy, apa yang kau pikirkan dengan kening berkerut begitu?"

Hm? Aku tersentak dan memukul tangan Logan saat menyadari jari telunjuknya menekan keningku. Lalu aku melirik Ezel yang sedang bicara berdua dengan Ethan. Oh, aku bahkan tak menyadari percakapan keduanya.

"Begitu ... bajingan ini ingin meraup keuntungan dari tambang kita, ya?" Ezel berbicara dengan tangan bersedekap.
"Baiklah, karena dia bukan orang penting, lebih baik Ayah habisi saja."

"Dia sudah tidak bisa bergerak, tuh." Ethan menunjuk Count Sharlo yang kondisinya sudah sangat mengenaskan. Astaga, saat aku melamun, apa saja yang dia lakukan pada pria tua itu? Sebenarnya aku tidak peduli karena pedofil itu menang pantas mendapatkannya.

"Jika Ayah memang takut kehilangan anak itu, tolong jangan tanggung-tanggung untuk melindunginya."

Ha? Siapa yang mereka bicarakan sekarang? Aku tidak mengerti. Kemudian Ezel yang berdiri di depan Ethan kembali membuka mulut.
"Bajingan ini berniat menyakiti Evy. Jika saya jadi Ayah, saya tidak akan membuat ini berakhir hanya dengan meninggalkan lebam di wajah. Mari kita buat dia tinggal nama saja." Diakhir kalimatnya Ezel tersenyum dengan menyeramkan.

Aku bisa melihat saat itu Ethan juga ikut tersenyum setan. Tiba-tiba, kenapa mereka bisa terlihat dekat dan kompak begitu?!
"Ternyata kau benar-benar anakku." Ethan bergumam dengan nada menyiratkan kebanggaan.

"Tiba-tiba aku takut dengan ayah-anak itu." Logan yang berdiri di sampingku ikut bergumam dan memeluk tubuhnya sendiri karena merinding.

Yah, aku setuju dengannya. Sebenarnya keluarga macam apa sih kami ini?!!

[]

Cameron's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang