Satu tahun. Satu tahun telah berlalu sekarang. Sampai saat ini, aku masih kagum saat menyadari fakta bahwa Aster masih bernapas dan hidup dengan baik di kediaman ini. Oh, astaga ... tubuhnya juga sudah seperti anak delapan tahun yang normal. Tidak ada lagi tubuh yang kecil dan kurus. Meski begitu, ia masih tidak lepas dari pantauan Ethan dan Ezel.
Itu karena, kami sudah mengetahui identitas Aster. Sulit dipercaya bahwa Aster ternyata adalah keturunan bangsawan juga. Tapi dia punya kehidupan yang buruk. Dibuang saat dia bahkan tak bisa melindungi diri sendiri. Bukankah itu kejam? Sekarang aku jadi bersyukur punya ayah seperti Ethan. Setidaknya dia tidak membuangku dulu 'kan?
Walau Aster terlihat sangat menyedihkan, Ezel dan Ethan tidak peduli. Mereka tetap dingin pada anak itu. Alasannya karena Aster bangsawan dari daerah Timur, tempat di mana para bangsawan yang merasa superior dengan kekuatan mereka berada. Sebenarnya, sih ... aku tidak tahu alasan pasti mereka risih melihat Aster. Mungkinkah mereka kesal aku dekat dengan anak itu? Jika dilihat dari sifat mereka, kurasa itu mungkin.
Meski begitu, mereka sangat tidak berperasaan saat mengatakan sesuatu pada Aster. Aku ingat apa yang Ethan katakan saat dia tahu identitas Aster. Dia bilang, "Dia memang terlihat lemah saat ini. Tapi, kekuatan sihirnya bisa saja bangkit kalau dia sudah punya energi mana. Saat itu, dia tidak akan ada bedanya dengan makhluk-makhluk superior itu. Menjijikan."
Perlu diketahui, ternyata Ethan tidak punya hubungan yang baik dengan Duke Dautly, ayah Aster. Itu karena Duke Dautly selalu mencari perkara dan merasa bahwa dirinya lebih hebat dari Ethan di kekaisaran ini. Pemikirannya kekanakan. Sebenarnya tidak salah Ethan kesal karena Aster keturunan (bisa dibilang) musuhnya.
Sudah begitu pun, aku rasa Aster tidak terlalu peduli dengan pandangan Ethan ataupun Ezel. Karena pada saat itu, dia hanya menatap ke arahku dengan khawatir. Kupikir dia takut kalau aku juga membencinya jika mengingat bahwa aku adalah anak Ethan. Untungnya saat itu aku hanya tersenyum padanya sebagai tanggapan dan Aster langsung bernapas lega. Dia juga terlalu lengket padaku.
Ngomong-ngomong, Ezel bersama Logan juga sudah mengurusi masalah para bandit yang mengejar Aster waktu itu. Ternyata para bandit itu anggota dalam sebuah organisasi. Mereka para penjahat yang mencari uang dengan cara haram. Misalnya seperti kasus Aster, mereka menculik anak jalanan untuk dijadikan seorang budak dalam penjualan ilegal.
Ah, untung Aster tidak tertangkap saat itu. Kalau tidak, malang sekali nasib Aster-ku yang imut.
"Evy, kau terus melihat ke jendela. Mau ke taman?"
Aku menolehkan pandangan pada Aster lalu menggelengkan kepalaku dengan pelan. Yah, aku memang bosan terus berada di kamar. Tapi belakangan ini udara menjadi semakin sejuk. Jadi Ethan melarang keras aku berkeliaran ke luar. Mungkin dia khawatir aku sakit, iya 'kan? Hm, dia benar-benar sudah jadi ayah yang baik.
"Kau tidak mau minum? Aku akan ke dapur dan meminta pelayan untuk membuatkan." Lagi-lagi Aster mengusulkan sesuatu padaku.
"Tidak. Kau tak perlu melakukan itu." Aku menolaknya dengan halus. Sekarang dia benar-benar sudah bersikap lembut total padaku. Kurasa etika yang kuajarkan padanya cukup berguna. Hm, Aster itu 'kan dibuang saat masih kecil. Jadi, mungkin dia tidak diajari etika dengan benar. Makanya saat pertama bertemu, dia agak kasar. Jadi aku mengajarinya kalau dia harus bersikap sopan.
Aku tidak masalah dia hanya memanggilku dengan nama alih-alih nona. Tapi akan jadi masalah kalau dia memanggil Ethan atau Ezel dengan sembarangan. Itulah sebabnya aku harus mengajari Aster tentang hal dasar yang harus dipatuhi di rumah ini. Ah, dan tentang itu, kurasa aku juga akan disuruh belajar mengingat umurku sekarang. Biasanya para bangsawan mulai menerima pendidikan di usia dini.
Duh, menyebalkan. Aku itu orang yang anti belajar.
Membayangkan tugas-tugas yang akan aku kerjakan nanti, aku jadi merinding ketakutan."Aster ...." aku memanggil anak laki-laki yang sedang membaca buku itu dengan pelan.
Aster menoleh dan tersenyum dengan wajah imutnya. "Ada apa, Evy?" tanyanya dengan lembut dan manis. Astaga! Apakah dia itu sebuah kue? Kenapa dia sangat manis dan lembut begitu?
"Aku ingin bertanya sesuatu. Kau ma—" Eh? Aku terdiam ketika menyadari sesuatu. Sebenarnya, aku ingin bertanya tentang bagaimana kehidupan Aster saat di kediamannya dulu. Tapi aku rasa itu bukan topik yang bagus untuk Aster. Jadi aku buru-buru meralat.
"Itu, apa sesuatu yang kau sukai Aster?"
Ya, lebih baik aku membicarakan tentang sesuatu yang menyenangkan.Aster yang mendengar pertanyaanku lagi-lagi tersenyum dan menjawab tanpa berpikir panjang.
"Evy." Itu katanya.Aku sempat linglung sesaat. Sudahlah dia langsung menjawab dengan cepat, dia juga mengatakan sesuatu yang membuat bingung. Jadi aku mengerutkan kening dan bertanya, "Oh? Apa yang kau bilang tadi Aster?"
"Aku suka Evy." Aster menjawab dengan senyum merekah. Saat itu aku seperti melihat bunga-bunga bermekaran di sekitarnya. Sial, aku tidak boleh terbawa perasaan pada perkataan manis anak-anak.
Kemudian, dari arah pintu, kami bisa mendengar suara seseorang yang baru saja masuk tanpa permisi.
"Siapa kau yang berani mengatakan suka pada putriku?" Itu Ethan, yang datang dengan wajah menyeramkan.Aster, ayo kibarkan bendera putihmu segera!
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Cameron's House
FantasyKeluarga Cameron merupakan keluarga bangsawan terpandang. Reputasi baik mereka pun tak pernah padam. Beruntung atau sial, Evy bisa-bisanya berakhir di dalam rumah itu dengan takdir konyol. Dia juga menemukan suatu fakta. Tidak seperti pandangan kha...