ACCISMUS [END]

22

Lia mendongkak menerima piring dengan daging yang sudah dipotong oleh Fauzan. "Katanya lo ikut olimpiade mtk?" Tanyanya membuat Lia mengangguk sebelum memasukan suapan pertama.

"Gimana, capek gak latihannya?" Tanya Fauzan membuat Lia menggeleng. "Emang suka mtk." Jawabnya membuat Fauzan mengangguk, benar juga.

"Gue pesenin orange jus, gapapa kan? Soalnya elo gak spesifik suka minuman apa." Ujar Fauzan yang sudah hapal membuat Lia mengangguk. "Gapapa," ujarnya menyedot jusnya dari sedotan pelan.

Lia jadi mengerjap, teringat orange jus yang dibelikan Refal di warung Johan. Dari yang ia lihat, sepertinya Refal suka jus jeruk. Terlihat di sekolah ia selalu meminum jus berwarna orange ini.

Kepala Lia jadi mengangguk kecil, rasa orange jus, memang tidak buruk. Mungkin, dari sekarang ia akan menyukai rasa ini juga.

Lia mendongkak kaget, saat tangan Fauzan membersihkan sudut bibirnya dengan jari. "Makan lo kayak bocil, udah gede juga. Mau gue suapin aja?" Tanya Fauzan membuat Lia menjauhkan kepala lalu menggeleng.

"Gak, ngapain." Jawab Lia membuat Fauzan terkekeh pelan.

"Udah ini mau kemana?" Tanya Lia membuat Fauzan berdehem. "Nonton gimana?" Tanya Fauzan membuat Lia jadi menggigit bibir.

Benar saja, ini terasa seperti ngedate.

Lia jadi menghela napas, untuk sekali ini saja, tidak enak juga selalu menolak Fauzan terus-terus.

**

"Mau nonton apa?" Tanya Fauzan membuat Lia mengedikan bahu. "Terserah lo aja." Ujarnya membuat Fauzan mengangguk.

Sementara Fauzan memesan tiket, Lia menunduk pada ponsel. Kepalanya menoleh begitu saja, netranya jadi mengernyit, memperjelas pandangan.

Benar saja, Refal ada disana.

"Mau ngapain, kok dandan nya ganteng banget?" Tanya Lia tanpa sadar menatap Refal yang memakai kaos hitam di balut jaket denim army dengan celana jeans.

Padahal dandannya biasa saja, tapi kenapa kelihatan ganteng sekali? Apa karena bajunya bermerek gucci dari atas sampai bawah?

Lia jadi berdecak, tentu saja bukan karena itu. Wajah nya yang menyelamatkan segalanya.

Sepertinya pakai pakaian dari pasar loak saja Refal akan tetap tampan karena wajahnya. Lia jadi mengernyit, menggeleng pelan. Kenapa ia jadi mengurus beginian?

Lia jadi membeku saat melihat ada gadis yang menghampiri Refal dengan wajah ceria dengan Refal yang menyambut tak kalah ceria.

Kenapa sesakit ini ya?

"Udah, ayok. Filmnya mulai bentar lagi." Ajak Fauzan sudah berada si samping Lia membuat Lia berdehem, terkejut lalu mengangguk pelan.

Fauzan berjalan terlebih dahulu, membuat Lia mengikutinya dari belakang. Terasa greget, Lia jadi menoleh lagi, ingin melihat sedang apa Refal sekarang.

Netra Lia membelalak sempurna, saat Refal berjalan lurus ke arahnya, menatapnya lekat membuat Lia gelagapan di tempatnya. Fauzan yang sadar, Lia tidak mengikutinya jadi berbalik kembali menghampiri Lia.

"Lo kenapa hei?" Tanya Fauzan melambaikan tangan di depan muka Lia.

Lia jadi meringis, menatap kembali pada Refal yang langkahnya jadi memelan, melihat dirinya dengan Fauzan. Sedetik, namun ia kembali melangkah ke arahnya.

"Lia?" Tanya Refal membuat Fauzan menoleh menatap Refal yang sudah didepannnya tersenyum ramah.

"Hai, Kak Lia." Sapa Sheiren di samping Refal ramah membuat Lia menoleh, agak gelagapan tak urung mengangguk.

"Lo... yang waktu itu kan?" Tanya Fauzan jadi menyelidik membuat Refal tersenyum menanggapi.

"Tadi gue ke rumah elo, gue pikir lo kemana, ternyata jalan sama Fauzan." Ujar Refal membuat Lia serasa tertohok dengan Fauzan yang mengangkat alis dan Sheiren yang diam tak ingin ikut campur.

Lia jadi menunduk, kenapa serasa ke-gep selingkuh sama pacar?

"Kak, Julia mau nonton juga? Valak 3 juga? Sama dong. Ayok bareng kak, gapapa kan Kak Refal?" Tanya Sheiren saat mereka saling diam membuat Refal yang masih menatap Lia lekat, menoleh mengangguk.

Fauzan jadi bergeming. Rasanya aneh, jika ia menganggap Refal hanya selalu kebetulan bertemu dengannya saat ia menemui Lia.

Sepertinya, Fauzan harus mencari tahu maksud Refal pada Lia.

**

Langsung 4 ya update nya 😂 ganti yg kemarin.

Enjoy :)

See you.