Extra chap 2 : Manja

1.1K 84 3
                                    

Refal tersenyum ramah saat ada beberapa siswa yang menyapanya sepanjang koridor. Ia sudah berseragam rapih dibalut almamater biru dongker kebanggan Doa Rakyat. Tali tas ia selipkan di sebelah bahu.

Langkahnya memelan saat Kenath terlihat menghampirinya terburu-buru.

"Mampus lo Fal!! Gue gak tahu lagi harus komentar apa. Gak nyangka lo pinter juga, anjir."

Refal mengernyit tidak mengerti dengan sapaan Kenath yang ambigu.

"Ngomong yang jelas." Ujar Refal mendorong bahu Kenath pelan, menyuruh menyisi karena menghalangi jalannya.

"Ck, udah keluar. Peringkat dari Uas kemarin."

Refal menoleh sepenuhnya. Ia lupa.

**

"Hahah Refal!! Udah ini, tunangan bubar!!" Celetuk Ezra saat melihat kedatangan Refal, membuat Refal mengangkat alis.

Di Doa Rakyat, selalu dibuat peringkat per angkatan untuk setiap ujian yang diadakan. Untuk meningkatkan motivasi belajar katanya. Peringkat itu dibuat di layar LED Raksasa yang terdapat di lapangan utama.

Dan sekarang Refal ternganga saat namanya terpampang jelas di deretan ke 5, angkatan MIPA. Dia peringkat 5 besar, meskipun ini tidak sesuai yang ia janjikan pada Bunda, tapi ini kemajuan yang super pesat karena ujian-ujian sebelumnya nama Refal tidak pernah masuk 5 besar untuk peringkat satu angkatan MIPA.

Ia hanya masuk 10 besar untuk peringkat kelas kemarin. Masuk 10 besar dengan saingan satu kelas saja sangat sulit menurut Refal, dan sekarang ia bisa masuk peringkat 5 besar untuk satu angkatan kelas 11 MIPA?

Tentu saja dia senang, belajar dengan Lia tidak sia-sia.

Tapi bukan itu yang membuat Refal kaget.

Nama Julia Jisu, yang berada di bawah namanya yaitu peringkat 6.

Refal menggigit bibir resah, entah ia harus senang, sedih apa begimana?

Padahal Lia yang mengajarinya, kenapa bisa peringkat Lia dibawahnya?

"Ck, gak adil. Refal mendadak pinter. Makin berat aja saingan disini." Celetuk Alvin kentara kesal sambil meminum susu kotak.

"Tauk nih. Tiba-tiba naik jadi peringkat 5, padahal awalnya sama kayak gue di deretan puluhan." Timpal Reynan sudah berada di sebelah Refal.

"Tapi itu, Julia ada peringkatnya..., bukannya dia yang ngajarin lo? Apa gue salah?" Tanya Alvin lagi membuat Refal makin resah.

Refal berdecak, ia berbalik mendiall nomer tunangannya namun tidak diangkat. Ini yang Refal takutkan, apa Julia marah padanya?

Kalau marah si gak mungkin, tunangan mana yang akan marah kalau pasangannya dapet peringkat bagus, apalagi hasil ajarannya.

Tapi dibanding marah, Refal takut Lia kecewa.

Entahlah, perasaan semacam itu yang membuat dirinya resah.

**

"Permisi... Tante Diana... Julia!!" Refal mengetuk pintu rumah Lia yang terbuka.

Setelah dapat info dari sekretaris kelas, ternyata Lia ijin pulang duluan karena tidak enak badan, membuat Refal khawatir. Takut Lia ngedrop karena peringkat itu.

Ingin segera menyusul Lia saat itu juga, namun Kenath melarang. Jadi, disinilah Refal setelah pulang sekolah.

"Refal ya? Langsung masuk aja, Tante lagi masak. Lianya dikamar!!"

Refal melangkah masuk setelah mendengar sahutan dari Tante Diana. Langkahnya terburu ke arah kamar Lia, yang sudah sangat ia hapal letaknya. Wajar lah, tunangan pasti sering ngapel.

"Lia, gue masuk ya?" Tanya Refal di depan pintu kamar Lia yang tertutup.

Terdengar gerutuan dari dalam yang dianggap Refal sebagai persetujuan masuk. Netra Refal menangkap Lia yang tidur menyamping di bungkus selimut sampai leher.

Refal mendekat lalu duduk tepat di samping Julia yang berbaring. Telapak tangannya menyentuh kening Lia yang masih menutup mata.

"Syukurlah, gak demam." Refal menghela napas lega.

Tangannya menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Lia, lalu mengusap pucuk kepalanya.

"Apa yang sakit?" Tanya Refal membuat Lia mengerjap, melenguh pelan, menatap Refal sayu.

"Pusing banget, lemes." Ujar Lia pelan, ia bangun lalu meringsek, tidur di paha Refal membuat Refal tersenyum.

Tangan Refal mengusap lembut kepala Lia, sesekali memijat keningnya, berharap bisa menghilangkan sakit kepala yang membuat tunangannya jadi kesakitan begini.

Refal jadi berdehem. "Kepikiran peringkat ya?" Tanya Refal pelan membuat netra Lia terbuka.

Hening sebentar, disusul gelengan kepala Lia membuat Refal menghentikan gerakan memijat nya.

"Beneran? Marah gak?" Tanya Refal membuat Lia menggeleng lagi.

"Peringkat itu ngebuktiin, gue guru yang bagus, kenapa harus marah?" Ujar Lia serak, memejamkan mata kembali membuat Refal tersenyum lega, kekhawatiran yang tadi lenyap begitu saja.

"Gue khawatir, lo kepikiran. Padahal elo yang ngajarin tapi peringkat gue yang leb-,"

"Berisik, makin pusing." Lia berdecak, meringsek menenggelamkan wajahnya pada perut Refal membuat wajah Refal memerah dengan jantung yang berdegup kencang.

Hah, tunangannya memang manja saat sakit. Coba kalau setiap hari Lia manja begini, bisa kena serangan jantung Refal.

ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang