25

766 71 1
                                    

Hah enjoyy :)

***

Alunan musik itu mengalun merdu di telinga para siswa yang sudah berdiri berebut ingin paling depan demi melihat Band sekolahnya.

Dimas si vokalis bernyanyi lagu "Jadilah Legenda" dari Superman Is Dead, sesuai dengan tema hari ini yang Indonesia banget.

Beberapa meter dari panggung, Lia berdiri kaku di tengah ramainya para siswa, menatap Refal yang memainkan drum dengan santai sambil sesekali tersenyum melirik ke arah penonton.

Hati Lia berdesir saat netranya bertemu dengan netra Refal. Sudut bibirnya terangkat, tersenyum sangat samar. Sepertinya kerinduan nya sudah terobati.

Hanya dengan menatap Refal dari kejauhan seperti ini, di tengah banyaknya penonton. Segini saja cukup.

Lia jadi mengulum bibir, sejak kapan hatinya berdesir hanya dengan melihat Refal dari jauh? Sejak kapan sudut bibirnya selalu terangkat jika melihat Refal tersenyum manis?

Lia jadi mendengus, sepertinya dia sudah gila, atau tidak, dia salah minum obat pagi ini.

Lia bingung dengan apa yang dia rasakan saat ini karena tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya.

"Ah, dahlah." Ujar Lia menggeleng pelan, ia berbalik ingin beranjak pergi.

Namun langkahnya terhenti, Lia jadi menoleh menatap Refal lurus. Ia jadi menggigit bibir kecil, menoleh sekeliling yang sedang fokus berteriak dan berjingkrak menonton.

Tangan Lia bergerak, mengambil ponsel dari dalam saku lalu menekan ikon kamera. Ia mengancungkan ponsel ke depan lalu menzoom ke arah Refal.

Cekrek.

Satu tangkapan Refal sedang memukul drumnya sambil tersenyum. Lia mengulum senyum lalu beranjak pergi dari lapangan.

Helsi yang sedari awal memperhatikan Lia dari Lab Kimia lantai 2 di gedung yang terletak di sisi lapang, jadi mengulum senyum lalu menunduk terkekeh pelan.

Ia jadi menselonjorkan tangan pada pembatas lalu menghembuskan napas kasar.

"Refal gila apa? Udah jelas Lia suka gitu, masa masih gak sadar si?" Tanya Helsi jadi menggeleng pelan.

"Kalau kayak gini, gak usah pake dibikin cemburu juga. Orang dianya udah suka, apa yang mau di buktiin." Ujar Helsi jadi menunduk pada ponsel membuka roomchat Refal.

Helsi : kutu, gue gak jadi nolongin lo buat liat Lia suka apa nggak sama elo

Helsi : tidak usah dibuktikan karena sudah terbukti

Helsi : selamat sepupu

Helsi : gebetan selama satu tahun udh suka ciee

Helsi : duh sepupu gue udah gede.

Helsi jadi terkekeh, ia menoleh menatap Refal yang asik memukul drum di panggung. Tadinya ia ingin merilis berita Sheiren ngedate sama Refal, pasti bikin heboh sekaligus mau lihat reaksi Lia gimana.

Tapi gajadi deh.

"Duh, harus cari berita lain nih." Ujar Helsi beranjak pergi.

Kepala Refal jadi menoleh, tangannya berhenti memukul drum saat lagu selesai dengan Dimas yang berbicara, memberitahu akan ganti lagu.

Netranya bergerak, menelusuri lapangan, mencari cewek yang tadi berdiri beberapa meter jauh di depannya di tengah puluhan penonton.

Lia tidak ada, Refal jadi mengernyit, tidak melihat Lia pergi. Ada rasa kecewa di hatinya saat Lia tidak berdiri menontonnya. Apa Lia tidak suka menonton Band ya? Apa Lia hanya tidak suka menonton dirinya?

ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang