26

734 67 2
                                    

Netra Lia mengedar, kepalanya celingak- celinguk mencari keberadaan Refal. Ia berdiri di koridor sisi lapangan yang masih banyak siswa lalu lalang dengan osis yang terlihat mondar-mandir.

Acara sudah selesai dan siswa di perbolehkan pulang. Lia jadi melangkah memasuki lapang, sesekali melongokan kepala mencari Refal. Kepala Lia jadi menoleh ke arah panggung.

Netranya melebar dengan badan membeku, menangkap Refal yang tengah memegang tangan Sheiren lalu tertawa bersama. Sheiren memberikan botol minum lalu menyuruh Refal mendekat dan membungkukan badan.

Jika bukan dari sisi ini, orang akan menyangka bahwa mereka sedang berciuman. Tangan Sheiren terjulur menyentuh pipi Refal lalu tersenyum manis.

Lia membuang muka, ia meneguk salivanya lalu beranjak dengan mata memanas. Langkah kakinya berubah menjadi lari dengan kepala menunduk.

Setelah keluar koridor, Lia berjalan cepat di lapangan yang menuju gerbang dengan tangan menutup mulut yang mulai terisak pelan.

Air matanya turun tanpa diminta. Ia merutuk, bisa-bisanya saat seperti ini malah menangis. Kakinya berhenti setelah berada di luar gerbang sekolah.

Ia menghapus air matanya kasar dengan lengan lalu menunduk. Kenapa ia menangis? Lia tidak tahu, hanya saja rasanya tidak enak melihat Refal bersama dengan Sheiren.

"Lia."

Kepalanya menoleh, mendapati Fauzan berdiri tidak jauh di depannya. Lia jadi membuang muka, membuat Fauzan mengangkat alis.

Fauzan mendekat saat menyadari mata Lia yang merah dan berair. "Lo gapapa?" Tanya Fauzan membuat air mata Lia kembali menetes tanpa diminta.

Isakan pelan keluar dari bibir Lia, ia menutup muka dengan telapak tangannya. Fauzan jadi agak terkejut, biasanya Lia itu kalem, tak banyak bicara dan kadang dingin.

Baru kali ini, melihat sisi Lia yang seperti ini. Fauzan mendekat, berdiri di depannya, menepuk punggung Lia berusaha menenangkan.

Tidak peduli apa penyebabnya, yang penting Lia tenang dahulu.

Beberapa meter dari sana, Refal membeku melihat keduanya dengan tangan mengepal. Wajahnya mengeras, ia membuang muka lalu berbalik, masuk kembali ke dalam sekolah.

**

Lia turun dari motor Fauzan, ia menatap tukang sate di depannya lalu menoleh pada Fauzan meminta penjelasan.

"Makan dulu, capek kan?" Tanya Fauzan langsung beranjak setelah memarkirkan motor tidak menunggu jawaban Lia.

Lia mengikutinya lalu duduk di depan Fauzan yang sudah memesan lebih dulu. "Lo kenapa?" Tanya Fauzan membuat Lia menggeleng pelan.

"Gapapa." Jawab Lia membuat Fauzan mengejeknya. "Cewek, kalau bilang gapapa, berarti ada apa-apa." Jawab Fauzan membuat Lia mendengus.

Lia jadi menunduk membuat Fauzan mengerti, bahwa ia tidak mau cerita. Fauzan mendongkak saat Kang Sate menyimpan 2 piring di mejanya.

"Selamat menikmati," ujarnya membuat Fauzan berterimakasih.

Keduanya makan dalam diam, Fauzan melirik Lia lalu menyeruput minumnya. "Sebenernya, lo suka gak sama gue?" Tanya Fauzan tiba-tiba membuat Lia membelalak, mendongkak menatapnya.

"Ada apa? Tiba-tiba." Ujar Lia membuat Fauzan terkekeh pelan.

Lia jadi mengerjap, tersadar Fauzan akhir-akhir ini jarang bawel. Dia lebih pendiam dan bersikap seperti bukan dirinya.

"Kita udah kenal dari Smp, gue gak nyangka Orang tua kita temen baik. Dan jadilah sekarang kita dijodohin." Ujar Fauzan membuat Lia mengangkat alis.

"Saling kenal dulu, bokap gue gak ngomongin soal nikah." Sanggah Lia.

"Tapi, acara tunangan kita bentar lagi. Meskipun gak ngomongin soal nikah tapi kalau udah tunangan kan--,"

"Mau ngomong apa sebenernya?" Potong Lia malas membahas perihal ini.

"Kalau elo gak suka gue, kenapa elo setuju aja dijodohin?" Tanya Fauzan membuat Lia tersentak.

**

Netra Lia membelalak saat melihat Refal bersandar di atas pembatas rumahnya. Ia turun dari motor lalu menatap Fauzan.

"Makasi." Ujar Lia pendek.

Fauzan mengangguk, ia melirik Refal yang juga sedang memperhatikannya lalu menghela napas pelan. "Gue duluan." Ujar Fauzan memutar balik motornya lalu pergi.

Lia menunduk, wajah nya kembali mengeras mengingat adegan Refal dan Sheiren tadi. Ia berjalan cepat ingin segera menuju rumah namun bajunya ditarik Refal pelan.

"Tas lo." Ujar Refal membuat Lia berbalik mengambil tas nya lalu kembali melangkah.

"Anget banget ya, tadi pelukannya?" Ujar Refal sirat menyindir membuat Lia menoleh dengan kening mengernyit.

"Maksud lo?" Tanya Lia dingin.

"Saking senengnya mau jalan sama Fauzan, sampe lupa janjian ketemu gue? Tas juga ditinggalin di kelas." Ujar Refal datar membuat Lia memutar bola mata.

Lia mendengus, ia berbalik tak mau berdebat.

"Kenapa gak nemuin gue?" Tanya Refal serak membuat langkah Lia terhenti lalu berbalik menghadap Refal lurus.

"Emang harus ya, deket banget Sheiren?" Ujar Lia membuat Refal mendengus membuang muka.

"Emang harus, peluk-pelukan sama Fauzan?"

**

See you :)

ACCISMUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang